ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN DEMAM KEJANG di RUANG ANAK RSUD PARIAMAN

 

 

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN DEMAM KEJANG di RUANG ANAK RSUD PARIAMAN

 

 

 

KARYA TULIS ILMIAH

 

 

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Ahli Madya Keperawatan

 


 

LILIAN FAJAR RAHMI

18334045

 

 

 

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

JURUSAN KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021


 

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan KTI ini. Penulisan KTI ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Diploma III pada Program Studi D III Keperawatan Jurusan Kesehatan dan Rekreasi ,Fakultas Ilmu Keolahragaan.Universitas Negeri Padang.Saya menyadari bahwa,tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan KTI ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan KTI ini. Oleh Karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

(1)     Ibu Ns.Maidawilis S.Kep. M.Biomed selaku koordinator studi Diploma III Keperawatan Universitas Negri Padang.

(2)     Ibu Direktur RSUD Pariaman Elnofrida, SKM. MM yang telah mengizinkan peneliti melakukan penelitian di RSUD Pariaman.

(3)     Kepala Ruangan Anak dan Kepala Rekam Medis RSUD Pariaman yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan penelitian di Ruang Anak RSUD Pariaman.

(4)     Ibu Ns. Debby Silvia Dewi, S.Kep, M.Kep, selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan fikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan laporan studi kasus ini.

(5)     Ibu selaku penguji I sidang studi kasus yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat membangun.

(6)     Ibu selaku penguji II sidang studi kasus yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat membangun.

(7)     Bapak / Ibu Dosen beserta staf Diploma III Keperawatan Universitas Negri Padang yang telah memberikan ilmu selama masa pendidikan dan membantu mengarahkan dalam penyelesaian studi kasus ini.

(8)     Rekan-rekan akademik yang telah memberikan dorongan kepada peneliti, serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan nama nya saatu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian studi kasus ini

(9)     Teristimewa kepada ayah dan Ibu serta kakak dan adik tersayang yang selalu mendo’akan dan memberikan semangat baik moral maupun materil dalam penyelesaian studi kasus ini.

(10)  Dan teman-teman seperjuangan mahasiswa prodi DIII Keperawatan Universitas Negri Padang angkatan 2018 khususnya kelas III.B atas bantuan dan kerja sama nya saat ini.

 

Dalam penyelesaian studi kasus peneliti sadar bahwa ini tak lepas dari kekurangan dan kesalahan, maka dengan rendah hati peneliti mengharapkan kritikan dan saran kebaikannya, dan semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih kepada allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan jalan bagi peneliti untuk menyelesaikan studi kasus ini, peneliti mengharapkan agar studi kasus ini bermanfaat bagi penulis, pembaca, serta dapat digunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

 

Pariaman,    Juni 2021

 

 

Lilian Fajar Rahmi

 

 


PROGRAM STUDY DIPLOMA III KEPERAWATAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2021

LILIAN FAJAR RAHMI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. A DENGAN DEMAM KEJANG DI RUANG ANAK RSUD PARIAMAN TAHUN 2021

 

Xiv + V BAB + 77 Halaman + 12 Tabel + 1 Bagan + 4 Gambar + 11 Lampiran

 

ABSTRAK

WHO memperkirakan terdapat lebih dari 21,65 juta penderita demam kejang dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal, sementara di Sumatra barat khususnya di kota padang memiliki angka berjumlah 134 kasus. Tujuan  penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan asuhan keperawatan pada pasien demam kejang. Demam kejang atau febrile convulsion adalah kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstranium. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan subjeknya berjumlah 1 pasien. Penelitian ini dilaksanakan di ruang anak RSUD Pariaman pada tanggal 17-19 juni 2021. Setelah dilakukan pengkajian, diperoleh 3 diagnosa keperawatan yaitu hipetermia, gangguan pola tidur, dan resiko defisit nutrisi. Disimpulkan bahwa diagnose keperawatan yang didapatkan dari An.A masalah keperawatan teratasi sebagian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diharapkan pada orang tua untuk bisa menjaga dan merawat anaknya lebih baik lagi supaya tidak terjadinya demam kejang berulang.

 

Kata Kunci : Asuhan Keperawatan, Demam Kejang pada Anak

Daftar Pustaka : 18 (2013-2018)

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... ii

KATA PENGANTAR.................................................................................. iv

LEMBAR ORSINALITAS .......................................................................... v

ABSTRAK..................................................................................................... vi

DAFTAR ISI................................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................. 4

C. Tujuan Penelitian................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A.    Konsep Anak

1. Pengertian anak................................................................................. 6

2. kebutuhan dasar anak........................................................................ 7

3. tingkat perkembangan anak............................................................... 7

4 faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak................ 8

5. gangguan tumbuh kembang anak.................................................... 15

B.     Konsep Dasar Demam Kejang

1.      Pengertian..................................................................................... 16

2.      Penyebab ...................................................................................... 23

3.      Manifestasi Klinis ........................................................................ 24

4.      Anatomi fisiologi

5.      Patofisiologi

6.      WOC

7.      Komplikasi

8.      Pemeriksaan Penunjang

9.      Penatalaksanaan

C.    Asuhan Keperawatan Teoritis

1.      Pengkajian

2.      Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

3.      Intervensi Keperawatan

4.      Implementasi Keperawatan

5.      Evaluasi Keperawatan

 

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian............................................................................ 28

B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 28

C. Subjek Penelitian............................................................................ 28

D. Instrument Pengumpulan Data....................................................... 29

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 29

F. Rencana Analisis............................................................................. 30

G.Etika Penelitian............................................................................... 31

 

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.HASIL PENELITIAN................................................................... 33

1.      Gambaran Lokasi Penelitian.................................................... 33

2.      Pengkajian............................................................................... 34

3.      Data Sosial Ekonomi............................................................... 43

4.      Pemeriksaan Penunjang........................................................... 43

5.      Terapi ...................................................................................... 44

6.      Data Fokus.............................................................................. 44

7.      Analisa data............................................................................. 45

8.      Diagnosis Keperawatan........................................................... 48

9.      Intervensi Keperawatan.......................................................... 48

10.  Implementasi Keperawatan .................................................... 53

B. PEMBAHASAN KASUS............................................................. 61

1.      Pengkajian............................................................................... 62

2.      Diagnosis Keperawatan........................................................... 63

3.      Intervensi Keperawatan.......................................................... 63

4.      Implementasi Keperawatan..................................................... 63

5.      Evaluasi Keperawatan............................................................. 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan..................................................................................... 66

B. Saran............................................................................................... 67

 

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 68

LAMPIRAN………………………………………………………………....69

 

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Penyakit Demam Kejang di RSUD Pariaman.......................... 3

Tabel 1.2 Data 10 Penyakit Terbanyak di Ruang Anak RSUD Pariaman ....... 3

Tabel 1.3 Jumlah Keseluruhan Demam Kejang Perbulan................................. 4

Tabel 2.1 Pemeriksaan Fisik............................................................................ 28

Tabel 2.2 Penilaian Kekuatan Otot................................................................. 31

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan.................................................................. 32

Tabel 4.1 Identitas Klien dan Keluarga.......................................................... 42

Tabel 4.2 Riwayat Kesehatan......................................................................... 43

Tabel 4.3 Riwayat Tumbuh Kembang............................................................ 44

Tabel 4.4 Riwayat Imunisasi........................................................................... 45

Tabel 4.5 Kebutuhan Dasar............................................................................. 46

Tabel 4.6 Data Psikologis................................................................................ 47

Tabel 4.7 Pemeriksaan Fisik............................................................................ 49

Tabel 4.8 Pemeriksaan Penunjang................................................................... 52

Tabel 4.9 Data Fokus ..................................................................................... 53

Tabel 4.10 Analisa Data.................................................................................. 54

Tabel 4.11 Intervensi Keperawatan................................................................ 56

Tabel 4.12 Implementasi Keperawatan........................................................... 62


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.  Latar Belakang

Sorang anak yang pernah mengalami demam kejang untuk pertama kalinya mempunyai peluang 30-35% untuk mengalami demam kejang berikutnya, tidak ada patokan suhu yang sama, serta tidak selalu terjadi pada setiap demam. Peningkatan faktor predisposisi geneitic juga akan meningkatkan resiko berulangnya demam kejang (Hariadi & Arifianto, 2017).

Demam kejang atau febrile convulsion adalah kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh proses ekstranium (Lestari,2016). Demam kejang terbagi menjadi 2 yaitu demam kejang simplek yang terjadi < 15 menit dan demam kejang komplek >15 menit. Pada demam kejang wajah anak akan menjadi biru, matanya berputar-putar, dan anggota badanya akan bergetar dengan hebat. Demam kejang terjadi pada anak berusia 6 bulan 5 tahun, karena pada saat usia ini otak anak sangat rentan terhadap peningkatan mendadak suhu tubuh (Hidayat,A,2015).

WHO memperkirakan terdapat lebih dari 21,65 juta penderita demam kejang dan lebih dari 216 ribu diantaranya meninggal. Selain itu di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan – 13 tahun dengan riwayat kejang, yang mengalami demam kejang sekitar 77% (WHO, 2013 dalam untari 2015). Insiden terjadinya demam kejang diperkirakan mencapai 4-5% dari jumlah penduduk amerika serikat, Amerika Selatan, dan Eropa Barat, Namun di Asia angka kejadian demam kejang lebih tinggi, seperti di jepang dilaporkan antara 6-9% kejadian demam kejang, 5-10% di India, dan 14% di Guam (Hernal, 2010). Selain itu di kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan sampai 13 tahun dengan riwayat demam kejang, yang mengalami demam kejang sekitar 77% (WHO,2013).


 

Di Indonesia, angka demam kejang 3% - 4% dari anak yang berusia 6 bulan sampai 5 tahun pada 2012-2013. Dilaporkan 5 (6,5%) diantara 83 pasien demam kejang menjadi epilepsy, penanganan demam kejang harus tepat sekitar 16% anak akan mengalami kekambuhan (rekurensi) dalam 24 jam pertama walaupun ada kalanya belum bisa dipastikan, bila anak mengalami demam yang terpenting adalah usaha menurunkan suhu badanya (Depkes RI,2017).

Dalam rangka mewujudkan Indonesia sehat 2025, Indonesia melakukan peningkatan dalam pembangunan kesehatan dan juga mengarahkan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan untuk hidup sehat, pembangunan kesehatan di selenggarakan berdasarkan perikemanusiaan, pemberdayaan, kemandirian, adil, dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk terutama pada anak bayi dan balita (Depkes RI,2015).

Anak sebagai penerus bangsa yang perlu mendapatkan perhatian pertumbuhan dan perkembanganya guna menciptakan generasi yang sehatbaik secara fisik maupun mental. Selama proses pertumbughan dan perkembanganya, anak dapat mengalami berbagai gangguan kesehatan. Salah satu gangguan pada anak adalah gangguan neurologis, salah satunya adalah demam kejang (Depkes RI,2015).

Angka kejadian demam kejang untuk untuk Sumatra barat, terutama di kota padang tahun pada tahun 2015 anak yang dirawat di RSUP Dr M.djamil padang berjumlah 173 anak yang mengalami demam kejang. Sedangkan pada tahun 2016 angka kejadian demam kejang berjumlah 134,dari kasus tersebut 64,7% anak terdiagnosa demam kejang kompleks, dan 23,5% terdiagnosa demam kejang simpleks, 13,5% anak terdiagnosa demam kejang berulang, dan  2% anak mengalami kematian karena demam kejang (Desi, 2017).

Berdasarkan hasil pengambilan data awal yang dilakukan peneliti pada tanggal 20 mei 2021 di Rekam Medik RSUD Pariaman didapatkan data pasien yang mengalami Demam Kejang pada tahun 2017-2020 diantaranya adalah sebagai berikut :

 

Tabel 1.1 :

Data Demam Kejang di RSUD Pariaman Tahun 2017-2021

 

No

Tahun

Kasus

Persentase

1.

2017

128

1,28%

2.

2018

135

1,35%

3.

2019

140

1,4%

4.

2020

85

0,85%

(Sumber : Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman,2021)

Dari tabel di atas dapat dilihat kasus demam kejang  pada tahun 2017 terdapat 128 kunjungan pasien, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2018 dan 2019 menjadi 135 dan 140 kunjungan dan pada tahun 2020 mengalami penurunan dengan jumlah kunjungan yaitu sebanyak 85 kunjungan.

Tabel 1.2 :

10 Penyakit Terbanyak Di Ruang Anak RSUD Pariaman Januari-Mei 2021

 

No.

Penyakit

Kasus

1.

Demam Kejang

19

2.

Bp

13

3.

Gea

10

4.

Faringitis Akut

7

5.

DBD

5

6.

DHF

5

7.

Demam Tyfoid

4

8.

Gea Dehidrasi Sedang

3

9.

Meningitis

3

10.

Pneumonia

2

(Sumber : Medical Record Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman,2021)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa demam kejang termasuk pada 10 penyakit terbanyak di Ruang Anak RSUD Pariaman dengan jumlah kasus sebanyak 19. Maka dari itu peneliti akan memberikan rincian pada setiap bulannya. Untuk lebih jelasnya dapat demam kejang dapat dilihat perbulanya pada tahun 2021.

 

 

 

 

 

Tabel 1.3 :

Jumlah keseluruhan Demam Kejang perbulanya pada Anak diruang Anak RSUD Pariaman 2021

 

No

Bulan

Kasus

1.

Januari

3

2.

Februari

10

3.

Maret

3

4.

April

3

(sumber Rekam Medis RSUD Pariaman 2021)

Berdasarkan data yang di dapat peneliti pada tanggal 15 juni 2021 dari Rekam Medik dan diruang rawat inap anak RSUD Pariaman bahwa banyak kasus demam kejang terjadi pada bulan februari tercatat 10 kasus.

Berdasarkan data yang didapat dari rekam medik dan rawat inap anak RSUD Pariaman demam kejang terbagi menjadi demam kejang kompleks dan demam kejang simpleks . untuk kasus demam kompleks berjumlah 15 orang  dan demam kejang simpleks berjumlah 4 orang.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan pada tanggal 20 mei 2021 dengan Kepala Ruangan di ruang Anak RSUD Pariaman, demam kejang ini sangat rentan menyerang anak usia 1-5 tahun. Dan setelah dilakukan wawancara pada salah satu ibu dari pasien ditemukan minimnya pengetahuan si ibu tentang perawatan anak yang mengalami demam kejang di rumah, dan kurangnya pengetahuan orang tua tentang perawatan anak pasca demam kejang yang pernah dirawat di RSUD Pariaman.

Berdasarkan dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam sebuah studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An.A dengan Demam Kejang di Ruang Anak RSUD Pariaman”

 

 

 

B.  Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan masalah keperawatan “Bagaimana  asuhan keperawatan pada Anak dengan Demam Kejang di RSUD Pariaman”.

 

C.  Tujuan Penelitian

1.    Tujuan Umum

Mampu menerrapkan asuhan keperawatan dengan Demam Kejang di ruang Anak RSUD Pariaman.

2.    Tujuan Khusus

a.    Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan Demam Kejang di ruang inap anak RSUD  Pariaman Tahun 2021.

b.    Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada anak Demam Kejang di    Ruang Rawat inap Anak RSUD Pariaman Tahun 2021.

c.    Mampu menyusun intervensi keperawatan pada anak Demam Kejang di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Pariaman Tahun 2021.

d.   Mampu melaksanakan implementasi  keperawatan pada anak Demam Kejang di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Pariaman Tahun 2021.

e.    Mampu melakukan evaluasi dan asuhan keperawatan  pada anak dengan Demam Kejang di Ruang Rawat Inap Anak RSUD Pariaman Tahun 2021.

 

D.  Manfaat Penelitian

       Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat bagi beberapa pihak, yaitu sebagai berikut:      

1.    Bagi peneliti

Di harapkan dapat meningkatkan kemampuan peneliti dalam menggali wawasan serta mampu menerapkan ilmu yang telah di dapatkan tentang penatalaksanaan keperawatan, merencanakan, melakukan evaluasi permasalahan, dan pemecah masalah dalam asuhan keperawatan pada anak dengan Demam Kejang.

2.    Bagi Klien dan Keluarga

Agar klien mendapatkan asuhan keperawatan yang tepat dan agar demam kejang yang di alami klien dapat diatasi dengan baik serta diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi keluarga atau orang tua klien tentang cara penanganan pertama  apabila terjadi kejang demam dirumah dan bisa menerapkan penatalaksanaan yang sudah di ajarkan kepada keluarga.

3.    Bagi Institusi

Hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk memodifikasi sistem pembelajaran, dan sebagai bahan kepustakaan Keperawatan Anak utamanya bagi Mahasiswa Prodi D III Keperawatan Universitas Negeri Padang.

4.    Bagi Perawat

Memberikan gambaran mengenai pengelolaan pada klien dengan demam kejang, sehingga dapat dijadikan panduan dalam mengaplikasikan pemberian Asuhan Keperawatan pada klien dengan demam kejang agar meningkatkan promosi kesehatan sehingga penderita demam kejang  ini dapat menurun.

5.    Bagi Instansi Kesehatan

Untuk menambah pengetahuan dan berguna sebagai bahan masukan bagi Institusi, khususnya D III Universitas Negri Padang dalam meningkatkan wawasan mahasiswa tentang askep Demam Kejang pada Anak.


BAB II

TINJAUAN TEORI

 

A.  Konsep Anak

1.    Pengertian Anak

Anak merupakan makhluk rentan dan selalu bergantung, yang selalu di penuhi rasa Ingin tahu, aktif. Serta penuh harapan. Agar anak menjadi pribadi yang mandiri dan generasi yang berkualitas, anak perlu mendapatkan perlindungan dan perlakuan khusus sesuai kemampuan tumbuh kembangnya (Nursalam,2013).

Perlindungan anak bertujuan untuk terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, sehingga menjadi anak yang berkualitas, berakhlak mulia, dan sejahtera (Nursalam,2013).

 

2.    Kebutuhan Dasar Anak

Seorang anak dapat tumbuh kembang secara optimal dipengaruhi oleh hasil interaksi antara faktor genetic, herediter, konsitusi, dan faktor lingkungan. Agar faktor lingkungan memberikan pengaruh yang positif bagi tumbuh kembang anak, maka perlu kebutuhan dasar, kebutuhan dasar ini dapat dikelompokan menjadi 3 yaitu, asuh, asih, asah (Soetjiningsih,2015).

1)   Asuh (Kebutuhan Fisik-Biomedis)

a)    Nutrisi yang adekuat dan seimbang

Pemberian nutrisi secara adekuat harus sudah dimulai sejak dalam kandungan, yaitu dengan pemberian nutrisi yang cukup memadai pada ibu hamil. Setelah lahir harus di upayakan pemberian ASI secara ekslusif, kalau pemberian ASI saja sampai anak berumur 4-6 bulan. Mulai anak berumur 6 bulan anak diberikan makanan tambahan untuk pendamping


ASI. Pemberian tambahan makanan ini penting untuk melatih kebiasaan makan yang baik dan memenuhi kebutuhan nutrisi yang mulai meningkat pada masa bayi dan prasekolah, karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat terutama pertumbuhan otak.

b)   Perawatan kesehatan dasar

Untuk mencapai keadaan kesehatan anak secara optimal perlu beberapa upaya misalnya imunisasi, kontrol ke puskesmas/ posyandu secara berkala, dengan upaya tersebut, keadaan kesehatan anak dapat dipantau secara dini, sehingga bila ada kelainan anak, segera mendapat penanganan secara benar.

c)    Pakaian

Anak perlu pakaian yang bersih dan nyaman dipakai. Karena aktivitas anak lebih banyak, hendaknya pakaian terbuat dari bahan menyerap keringat.

d)   Perumahan

Dengan memberikan tempat tinggal yang layak, akan membantu anak untuk tumbuh kembang secara optimal, tempat tinggal yang layak bukan berarti tempat tinggal yang besar tetapi bagaimana upaya kita untuk mengatur rumah berapapun ukuranya menjadi sehat, cukup ventilasi, terjaga kebersihan, dan kerapianya.

e)    Hygiene diri dan lingkungan

Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga berarti sudah mengurangi resiko tertularnya penyakit infeksi. Selain itu, dengan lingkungan yang bersih akan memberikan kesempatan anak untuk melakukan aktifitas bermain secara aman.

 

f)    Kesegaran jasmani (olahraga dan rekreasi)

Aktifitas olahraga dan rekreasi digunakan untuk melatih kekuatan otot-otot tubuh dan membuang sisa metabolisme. Selain itu meningkatkan motoric anak balita dan aspek perkembangan lainya.

2)   Asih

a)    Kasih sayang orang tua

Orang tua yang harmonis akan mendidik dan membimbing anak dengan kasih sayang. Kasih sayang berarti tidak memanjakan atau tidak marah, tetapi bagaimana orang tua menciptakan hubungan yang hangat dengan anak, sehingga merasa aman dan senang.

b)   Rasa aman

Adanya interaksi yang harmonis antara orang tua dan anak akan memberikan rasa aman bagi anak untuk melakukan aktifitas sehari-hari.

c)    Harga diri

Setiap anak ingin diakui keberadaanya dan keinginannya. Apabila anak diacuhkan maka dapat menyebabkan frustasi.

d)   Dukungan atau dorongan

Dalam melakukan aktifitas, anak perlu dukungan dari lingkunganya, apabila orang tua sering melarang aktifitas yang akan dilakukan, maka dapat menyebabkan anak ragu-ragu dalam melakukan aktifitasnya, selain itu, orang tua perlu memberikan dukungan agar anak dapat mengatasi stres atau masalah yang dihadapi.

e)    Mandiri

Agar anak menjadi pribadi yang mandiri, sejak awal anak harus dilatih untuk selalu tidak bergantung pada lingkunganya. Untuk melatih anak menjadi mandiri tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan anak.

 

 

f)    Rasa memiliki

Anak perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki barang-barang yang dimilikinya, sehingga mempunyai rasa tanggung jawab untuk memelihara barangnya.

g)   Kebutuhan akan sukses

Mendapatkan kesempatan dan pengalaman anak perlu diberi kesempatan untuk berkembang sesuai kemampuan dan sifat-sifat bawaanya. Orang tua tidak dapat memaksakan keinginannya untuk dilakukan anak tanpa memperlihatikan kemauan anak.

3)   Asah (Kebutuhan Stimulasi)

Stimulasi adalah perangsangan dari lingkungan luar anak berupa latihan atau bermain. Stimulasi merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang banyak mendapat stimulasi yang terarah akan cepat berkembang dibandingkan anak kurang mendapat stimulasi. Pemberian stimulasi ini dapat dilakukan sejak masa prenatal, kemudian anak yang baru lahir dengan cara menyusui bayi pada ibunya sedini mungkin. Asah merupakan kebutuhan untuk berkembang mental psikososial anak yang dapat dilakukan dengan pendidikan atau pelatihan (soetjiningsih,2015).

3.    Tingkat Perkembangan Anak

Berikut ini perkembangan anak secara normal (Moersintowarti,2015)

1)   Usia 0-1 tahun

Pada masa ini bayi belum dapat mengekspresikan perasaan dan pikirannya dengan kata-kata. Oleh karena itu komunikasi pada bayi lebih banyak mengunakan komunikasi non verbal, pada saat lapar, haus, basah, dan perasaan tidak nyaman lainya bayi hanya bisa mengekspresikan perasaanya dengan menangis, walaupun demikian sebenarnya bayi dapat merespon terhadap tingkah laku orang dewasa yang berkomunikasi denganya secara non verbal. Misalhnya memberikan sentuhan, dekapan, dan menggendong dan berbicara lemah lembut.

2)   Masa Balita

(a) Pertumbuhan fisik anak 1-3 tahun relative lebih lambat daripada saat masa bayi tetapi perkembangan motoriknya lebih cepat. Anak sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga anak tampak langsing dan berotot, serta anak mulai belajar jalan. Pada masa ini anak masih bersifat egosentris yang mempunyai sifat yang keakuan yang kuat sehingga segala sesuatu yang di sukainya dianggap miliknya.

(b) Usia 3-5 tahun

Pada masa ini rasa ingin tahu dan daya imajinasi anak berkembang, sehingga anakbanyak bertanya tentang segala hal disekelilingnya yang tidak diketahuinya.

3)   Usia pra sekolah

Karakteristik anak pada masa ini terutama pada anak dibawah 3 tahun adalah sangat egosentris. Selain itu anak juga mempunyai perasaan takut ada ketidaktahuan sehingga anak perlu diberi tahu tentang apa yang terjadi padanya.

4)   Usia sekolah (6-12 tahun)

Anak pada usia ini sangat peka terhadap stimulus yang di rasakannya yang akan mengancam keutuhan tubuhnya. Oleh karena itu apabila berkomunikasi dan berinteraksi social dengan anak usia ini, harus menggunakan bahasa yang mudah di mengerti anak berikan contoh yang jelas, sesuai dengan, kemampuan kognitifnya.

5)   Usia remaja

Fase remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Dengan demikian pola piker dan tingkah laku anak merupakan peralihan dari anak-anak menuju orang dewasa, anak harus diberikan kesempatan untuk belajar memecahkan masalah secara positif.

4.    Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Tumbuh Kembang Anak

Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak dapat di kelompokan menjadi 2 yaitu faktor internal dan eksternal (soetjiningsih, 2015).

a.    Faktor Internal

1)   Genetik

Faktor genetic akan mempengaruhi cepat pertumbuhan, kematangan tulang, dan saraf sehingga merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang sebagai berikut :

a)    Perbedaan ras, etnik, atau bangsa.

Tinggi badan orang eropa akan berbeda dengan orang Indonesia atau bangsa lainya.

b)   Keluarga

Ada keluarga yang meiliki badan cenderung gemuk atau perawakan pendek.

c)    Umur

Masa prenatal, bayi, dan remaja merupakan tahap yang mengalami pertumbuhan cepat dibanding masa lainya.

d)   Jenis kelamin

Wanita akan mengalami masa pubertas lebih dahulu dibanding laki-laki.

e)    Kelainan kromsom

Dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya sindrom down.

 

 

 

2)   Pengaruh hormone

Saat janin berumur 4 bulan, terjadi pertumbuhan cepat, hormon yang berpengaruh terutama hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari. Selain itu, kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin, yang berguna untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak.

b.    Faktor lingkungan (eksternal)

a)   Faktor prenatal

(1) Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhu pertumbuhan janin, terutama trimester akhir kehamilan.

(2) Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan kelainan kongenital.

(3) Toksin, zat kimia, radiasi.

(4) Kelainan endokrin.

(5) Infeksi kepanjangan, penyakit menular seksual.

(6) Kelainan imunologi

(7) Psikologis ibu

b)   Faktor kelahiran/persalinan

Faktor kelainan dengan fakum ekstrasi atau forseps dapat menyebabkan trauma kepala pada bayi, sehingga beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak.

c)   Faktor pascanatal

Seperti hal nya pada masa prenatal faktor yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak adalah gizi, penyakit kronis atau kelainan kongenital, lingkungan fisik dan kimia, psikologis, endokrin, sosio ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi dan obat-obatan.

 

 

5.      Gangguan Tumbuh Kembang Anak

Ganguan tumbuh kembang anak yang sering ditemui adalah:

a.    Gangguan bicara dan bahasa, kemampuan berbahasa merupakan indicator seluruh perkembangan anak, karena melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi, dan lingkungan sekitar anak.

b.    Cerebral palsy merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif karena kerusakan/gangguan pada sel-sel motoric pada susunan saraf pusat yang sedang dalam pertumbuhan.

c.    Sindrom down merupakan suatu kelainan akibat jumlah kromsom 21 yang berlebih yang dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas.

d.   Perawakan pendek (short stature) merupakan istilah untuk tinggi badan yang berada dibawah persentil 3 atau 2 SD pada kurva pertumbuhan.

 

B.  Konsep Dasar Demam Kejang

1.         Pengertian

Demam kejang adalah bangkitan kejang pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (diatas 38°C dengan metode pengukuran suhu apa pun) yang tidak disebabkan oleh proses intracranial, lamanya kurang 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi setelah 16 jam setelah timbulnya demam. (UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2016)

Demam kejang adalah kenaikan suhu tubuh di atas 38°C yang disebabkan oleh ekstrakranium (otitis media akut, bronkopneumonia, gastroentristis akut dan lain-lain) (Nagastiyah,2015).

Demam kejang merupakan serangan kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh suhu rektal diatas 38°C (Riyadi dan Sujono, 2009 dalam Caring Nursing Journal 2017.

 

Demam kejang adalah bangkitan bangkitan kejang pada kenaikan suhu tubuh, suhu rektal diatas 38°C yang disebabkan oleh proses ekstracranial dan terbagi menjadi 2 yaitu demam kejang kejang simplek dam komplek (taufan 2016).

a.    Demam kejang simplek

Demam kejang simplek lama kejang <15 menit, kejang bersifat umum toknik atau klonik, demam kejang simplek akan berhenti sendiri dan tidak akan mengalami demam kejang berulang.

b.    Demam kejang komplek

Demam kejang komplek kejangnya bersifat fokal atau persial, lamanya kejang >15 menit dan menyebabkan demam kejang berulang pada anak.

 

2.    Penyebab

Menurut Lestari (2016) Hingga kini belum diketahui dengan pasti demam sering disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, pneumonia , gastroentitis, dan infeksi saluran kemih. Menurut Riyadi (2013) dalam Caring Nursing Journal (2017), Kondisi yang menyebabkan terjadinya Demam Kejang yaitu infeksi ektrakranial seperti tonsilitis, faringitis, otitis media akut, bronkitis.

Menurut dr.Rusepto (2015) penyebab demam kejang :

a.    Gangguan vaskuler

Pendarahan berupa petekia akibat anaksia dan asfiksia yang dapat terjadi interverbal atau antraventrikal, sedangkan pendarahan akibat trauma langsung, yaitu berupa pendarahan di subaraknoidal atau subdural, terjadi trombosisi, adanya penyakit pendarahan seperti deferensi vitamin K, sindrom hipervikositas disebabkan oleh meningginya jumlah eritrosit dan dapat diketahui dari peninggian kadar hematocrit. Gejala klinisnya antara lain plethora, sianosis, latergi, dan kejang.

 

 

b.    Gangguan metabolisme

Gangguan metabolisme meliputi hipokalsemia, hipoglikemia, hiponatremia, hipernatremia, dan hiperbilirubinemia.

c.    Infeksi

Kejang demam disebabkan oleh infeksi, meliputi: meningitis sepsis, tokso plasma kongenital, penyakit-penyakit cytomagelic inclusion.

d.   Kelainan kongenital

Kelainan kongenital meliputi: porensetali, hindrensefali, agnesis ( sebagian dari otak)

 

3.    Manifestasi klinis

Menurut wulandari & Erawati (2016) manifestasi demam kejang  yaitu :

a.    Demam kejang  mempunyai kejadian yang tinggi pada anak yaitu 3%.

b.    Kejang biasanya singkat,berhenti sendiri, banyak dialami oleh anak laki-laki.

c.    Kejang timbul dalam 24 jam sesudah suhu badan naik diakibatkan infeksi.

d.    Disusunan saraf pusat seperti otitis media dan bronchitis.

e.    Takikardi: pada bayi, frekuensi sering di atas 150-200 kali permenit.

 

4.    Anatomi fisiologi

Sistem saraf adalah sistem pengendalian aktivitas tubuh sistem koordinasi, seperti misalnya kontraksi otot. Sistem ini bereaksi ketika tubuh manusia bereaksi terhadap rangsangan dari luar tubuh. Rangsangan tersebut disebut stimulus, sedangkan reaksi dari stimulus tersebut tersebut dinamakan respon untuk menanggapi rangsangan ada 3 komponen yaitu reseptor penerima impuls, penghantar impuls, dan efektor bagian yang menanggapi rangsangan (Maryana,2016).

 

 

 

Berikut struktur saraf dan sistem saraf :

a.    Struktur saraf

1)   Neuron

Neuron merupakan bagian terkecil dalam penyusunan sistem saraf yang berfungsi menghantarkan impuls (rangsangan) dari luar tubuh melalui panca indra menuju otak. Berdasarkan fungsinya ada 3 jenis sel saraf yaitu sel saraf sensorik, sel saraf motoric, dan sel penghubung.

a)    Sel saraf sensorik

Sel saraf sensorik bertugas menerima rangsangan dari luar tubuh, merubah menjadi impuls, dan meneruskan ke otak.

b)   Sel saraf motoric

Sel saraf motoric dalah sel saraf yang berfungsi membawa impuls dari otak dan sumsum tulang belakang menuju otot.

c)    Sel saraf penghubung

Sel saraf penghubung adalah sel saraf yang banyak terdapat didalam otak dan sumsum tulang belakang berfungsi menghubungkan impuls dari sel sensorik ke sel saraf motoric.

2)   Sel glial

Sel saraf glial bertugas menyediakan nutrisi, mempertahankan hemeostatis, selain juga berperan dalam transmisi sinyal dalam sistem saraf.

Fungsi utama sel glial adalah mendukung neuron dan menahan neuron supaya berada dalam tempatnya, menyediakan nutrisi untuk neuron, menghancurkan pathogen dan menghilangkan neuron mati, serta menyediakan petunjuk pengarah akson dan neuron.

b.    Sistem saraf

1)   Saraf sentral

Saraf sentral memiliki fungsi sebagai pengatur kerja jaringan saraf hingga ke sel saraf. Saraf sentral meliputi otak besar, otak tengah, otak kecil, batang otak, sumsum lanjutan (medulla oblongata, dan sumsum tulang belakang medulla spinalis. Dalam tubuh, otak manusia berada didalam tengkorak, sedangkan sumsum tulang belakang berada di dalam ruas tulang belakang manusia.

Gambar 1 : Sistem Persyarafan (Muttaqin, 2013.12)

 

System syaraf terdiri dari sistem syaraf pusat (sentral nervous system) yang terdiri dari cerebellum, medulla oblongata, dan pons.

 

a.    Otak besar (cerebrum)

Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia dengan binatag. Cerebrum membuat manusia memiliki kemampuan berfikir, analisa, logika, bahasa, perasaan, kesadaran, perencanaan, memori dan kemampuan visual.

Otak besar/ Cerebrum terbagi menjadi 4 bagian yang disebut lobus. bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukkan yang menyerupai parit disebut sulcus.

1)   Lobus Frontal

Merupakan bagian lobus yang ada di bagian paling depan dari otak besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian masalah, memberi penilaian, kreatifitas, control perasaan, control perilaku seksual, dan kemampuan bahasa secara umum.

 

 

 

2)   Lobus Parietal

Berada di tengah, berhubungan dengan ptoses sensor perasaan seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit.

3)   Lobus Temporal

Berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa bicara atau komunikasi dalam bentuk suara.

4)   Lobus Occipital

Bagian paling belakang , berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan interprestasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.

b.    Otak kecil (cerebellum)

Otak kecil /Cerebellum terletak dibagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya:

1)   Mengatur sikap atau posisi tubuh

2)   Mengontrol keseimbangan

3)   Koordinasi otot dan gerakan tubuh

c.    Batang otak (Brainstem)

Mangatur fungsi vital manusia meliputi pusat pernafasan, denyut jantung, mengatur suhu tuuh, mengatur proses pencernaan, dan merupakan suber insting dasar manusia fight or flight (menghadapi atau menghindar) saat datangnya ancaman. Batang Otak terdiri dari 2 bagian, yaitu:

1)   Mesencephallon

Disebut otak tengah (Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan otak besar dan otak kecil. Berfungssi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.

 

 

2)   Dienchephalon

Merupakan bagian otak yang terletak di bagian atas dari batang otak dan di depan Mesencephallon. Terdiri dari:

a)    Thalamus

Yang terletak di antara korteks otak besar dan otak tengah yang berfungsi untuk menyampaikan impuls / sinyal motoric menuju korteks otak besar dan Modella spinalis.

b)   Hipotalamus

Adalah bagian otak yang terdiri dari sejumlah nueleus dengan berbagai fungsi yang sangat peka terhadap steroid, glukokortikoid, glukosa dan suhu.

d.   Medulla Oblongata

Adalah titik awal syaraf tulang belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian kanan badan,begitu juga sebaliknya.berfungsi untuk menghantarkan impuls dari medulla spinalis menuju otak.medulla oblongata mempengaruhi reflek fiosologi seperti detak jantung,tekanan darah,volume dan kecepatan respirasi,fungsi pencernaan.Selain itu juga mengatur gerak refleks lain seperti bersin,batuk,dan berkedip.

e.    Pons

Kata pons berasal dari kata latin yang berarti jembatan.adalah bagian otak yang berupa serabut syaraf yang menghubungkan dua belahan otak kecil (kiri dan kanan ).pons juga menghubungkan korteks otak dan medulla.

Pons disebut juga pons varoli / jembatan varol . sebagai bagian dari batang otak ,pons juga mempengaruhi beberapa fungsi otomatis organ vital tubuh salah satunya mengatur intensitas dan frekuensi pernapasan ( Sefrizal Arifin,Fakultas Ilmu Kesehatan UMP , 2017).

 

 

 

 

5.    Patofisiologi

Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik.

Dalam akeadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+ ) dan sangat sulit dilalui dengan mudah oleh ion natrium (Na+ ) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl- ). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang di luar sel, maka terdapat perbedaan 5 potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran diperlukan energi dan bantuanenzim Na-K ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel.

Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah oleh : a. Perubahan konsentrasi ion di ruan ekstraselular b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, Kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya c. Perubahan patofisologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan Pada keadaan demam kenaikan suhu 1oC akan mengakibatkan kenaikanmetabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.

Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan “neutransmitter” dan terjadi kejang  (Lestari 2016).

 

6.   

Kurang Pengetahuan

Kurang Pengetahuan

Kurang informasi

Pengobatan perawatan :

Kondisi, prognosis,

Lanjut, dan diet.

Resiko Kejang Berulang

Rangsang Mekanik

Dan Biokimia

Perubahan Konsentrasi

Ion di ruang ekstraseluler

WOC

Infeksi bakteri

Virus, dan parasit

Gambar 2.2

Aktivitas otot meningkat

Keseimbangan potensial

Membrane ATPASE

Difusi Na’ dan K’

Reaksi Inflamasi

Proses demam

Kejang

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Lebih dari

15 menit

                                                                                                                            

Perubahan suplay darah ke otak

Metabolisme meningkat

 

 

 


Hipertemi

Suhu tubuh meningkat

                                                                                                

Resiko kerusakan sel neuron otak

Resiko cidera

Kurang kesadaran

Inkordinasi kontraksi otot mulut dan lidah

Ketidaefektifan perfusi jaringan cerebral

 

 

 

 

 

 


(Sumber: Lestari, 2016).

 

 


7.         Komplikasi

Demam Kejang  yang diperkirakan setiap tahun nya terjadi diantaranya mengalami komplikasi epilepsi. Di indonesia sendiri komplikasi yang terjadi berupa kejang berulang, epilepsi, hemiparese dan gangguan mental (IDAI, 2013dalam Caring Nursing Journal 2017). Menurut Terrie & Kyle (2012), komplikasi yang berkaitan dengan demam kejang meliputi status epileptikus, defisit koordinasi motorik, ketidakmampuan intelektual, dan masalah perilaku.

8.    Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan meniningitis, terutama pada pasien kejang demam pertama.Pada bayi-bayi kecil sering kali gejala meningitis tidak jelas sehingga fungsi lumbal harus dilalukan pada bayi berumur berumur <6 bulan , EEG atau kejang demam berulang kemudian hari. Saat ini pemeriksaan EEG tidak di anjurkan untuk pasien demam kejang sederhana (Lestari,2016).

9.    Penatalaksanaan

a)    Penatalaksanaan Keperawatan:

1)   Baringkan pasien ditempat yang rata dan pasang gudel.

2)   Singkirkan benda-benda yang ada didekat pasien, lepaskan pakaian pasien yang mengganggu pernafasan.

3)   Hisap lendir sampai bersih dan beri O2.

4)   Bila suhu tinggi berikan kompres hangat.

5)   Setelah pasien bangun dan sadar, berikan minum air hangat kuku

6)   Jika dengan tindakan ini tidak berhenti, hubungi dokter.

b)   Penatalaksaan Medis:

1)   Segera diberikan diazepam intravena dosis rata-rata 0,3 mg/ kg.

2)   Diazepam rektal dosis ≤ 10 kg = 5 mg/kg.

3)   Parasetamol 10mg/kgBB/kali kombinasi diazepam oral 0,3 mg/kgBB.

4)   Memberikan cairan yang cukup bila kejang berlangsung cukup lama ( 10 menit ) dengan IV: D5 ¼, D5, RL

 

D.  Asuhan Keperawatan Teoritis

1.    Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dari proses Keperawatan

a.    Identitas

Identitas terdiri dari nama,umur,tempat tanggal lahir,jenis kelamin,nomor medical record,alamat,riwayat alergi,alat bantu yang terpasang,dan penanggung jawab.

(1) Identitas Orang Tua

(1)     Ayah

Meliputi nama,umur,alamat,pekerjaan,dan pendidikan terakhir.

(2)     Ibu

Meliputi nama,usia,alamat,pekerjaan ibu,dan pendidikan.

b.    Keluhan utama

Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan dan yang paling sering mengganggu pasien pada saat itu. Keluhan utama pasien dijadikan sebagai acuan dalam menggali informasi lebih dalam, melakukan pemeriksaan, dan pemberian tindakan.

Biasanya anak mengalami peningkatan suhu lebih dari 38°C dan akan mengalami demam kejang kompleks dan juga mengalami penurunan kesadaran.

c.    Riwayat Kesehatan

a)    Riwayat kesehatan dahulu

Apakah anak mengalami penyakit infeksi atau permah mengalami  penyakit demam kejang dahulu.Apakah ada riwayat trauma kepala Radang selaput otak dan lain-lain.

b)   Riwayat Kesehatan Sekarang

(1)     Riwayat penyakit yang diderita sekarang tanpa kejang ditanyakan, apakah betul ada kejang. Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar mengetahui kejang yang dialami oleh anak.

(2)     Dengan mengetahui ada tidaknya demam yang menyertai kejang, maka diketahui apakah terdapat infeksi. Infeksi mempengaruhi penting dalam terjadinya bangkitan kejang pada anak

(3)     Lama serangan Seorang ibu yang anaknya mengalami kejang merasakan waktu berlangsung lama. Dari lama bangkitan kejang dapat kita ketahui respon terhadap prognosa dan pengobatan.

(4)     Pola serangan Perlu diusahakan agar diperoleh gambaran lengkap mengenai pola serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik atau klonik. Pada kejang demam sederhana kejang ini bersifat umum.

(5)     Frekuensi serangan Apakah penderita mengalami kejang sebelumnya, umur berapa kejang teljadi untuk pertama kali dan berapa frekuensi kejang per tahun. Prognosa makin kurang baik apabila timbul kejang pertama kali pada umur muda dan bangkitan kejang sering terjadi.

(6)      Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan Sebelum kejang perlu ditanyakan adakah aura atau rangsangantertentu yang dapat menimbulkan kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana kejang dimulai dan bagaimana menjalamya. Sesudahnya kejang perlu ditanyakan apakah penderita segera sadar, tertidur, kesadaran menurun, ada paralise, menangis dan sebagainya.

(7)     Riwayat penyakit sekarang biasanya badan anakn terasa panas, nafsu makan menurun, lama terjadinya kejang biasanya tergantung pada jenis demam kejang yang dialami anak.

c)    Riwayat penyakit keluarga Adakah keluarga yang memiliki penyakit kejang demam sepexti pasien (25 % penderita kejang demam mempunyai faktor turunan). Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit saraf atau lainnya. Adakah anggota keluarga yang mendedta penyakit seperti ISPA, diare atau Penyakit infeksi menular yang dapat mencetuskan texjadinya kejang demam.

d)   riwayatayat kehamilan dan persalinan Kelainan ibu sewaktu hamil per trisemester, apakah ibu pemah mengalami infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma perdarahan pervagina sewaktu hamil, penggunakan obat-obatan maupun jamu selama hamil. Riwayat persalinan ditanyakan apakah sukar, spontan atau deng an tindakan (forcep/ vakum), perdarahan ante partum, asfiksia dan lain-lain. Keadaan selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau netek dan kejang kejang.

e)    Riwayat imunisasi Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur mendapatkan imunisasi dan reaksi dari imunisasi. Pada umumnya setelah mendapat imunisasi DPT efek sampingnya adalah panas yang dapat menimbulkan kejang.

f)    Riwayat perkembangan kemampuan perkembangan Anak meliputi:

(1)     Personal sosial (kepribadian/ tingkah laku sosial): berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.

(2)     Motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda dan lain-lain.

(3)     Motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

(4)     Bahasa : kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.

(5)     Riwayat sosial Untuk mengetahui perilaku pada anak dan keadaan emosionalnya yang perlu dikaji siapakah yang mengasuh anak.

Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya

(1)     Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat Gaya hidup yang berkaitan denga kcsehatan, pengetahuan tentang kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan 13 medisBagaimana pandangan tehadap penyakit yang diderita, pelayanan kesehatan yang diberikan, tindakan apabila anggota keluarga yang sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.

(2)     Pola nutrisi Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak, ditanyakan bagaimana kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak, makanan apa saja yang disukai dan yang tidak, bagaimana selera makan anak, berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari.

(3)     Pola eliminasi BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis ditanyakan bagaimana warna, bau khas, dan terdapat darah, serta tanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing. BAB: ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak, bagaimana konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir.

(4)     Pola aktivitas dan latihan Apakah anak senang bermain sendiri atau  dengan teman sebayanya, berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam, aktivitas apa yang disukai.

(5)     Pola tidur/istirahat Berapa jam sehari tidur, berangkat tidur jam berapa. Bangun tidur jam berapa, kebiasaan sebelum tidur, serta bagaimana dengan tidur siang

 

d.   Pemeriksaan  Fisik

Pemeriksaan fisik pada anak demam kejang sebagai berikut (Dr Taufan 2016):

 

 

 

 

 

 

 

TABEL 2.1

PEMERIKSAAN FISIK

1)

Keadaan umum

: keadaan anak biasanya lemah

2)

Kesadaran      

: Composmentis (E:4, M:5, V:5)

3)

TTV

:N          

: biasanya nadi anak teraba cepat         yaitu        Sekitar 116 kali/menit

 

 

 RR

: biasanya anak mengalami Sesak Napasfrekuensi pernapasan yaitu  sekitar 37x/menit.

 

 

Suhu

: Biasanya anak mengalami peningkatan  suhu sekitar 38⁰C

 

 

BB

: biasanya anak yang mengalami demam kejang mengalami penurunan berat badan

4)

Kepala

biasanya bentuk kepala normal bentuknya simetris dan kulit kepala tampak sedikit kotor dan tidak ada lesi di kulit kepala.

 

Inspeksi

apakah ada nyeri tekan pada kepala anak apakah adanya pembengkakkan pada kepala anak

5)

Mata

 

 

Inspeksi

simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik, Kongtiva Anemis.

6)

Mulut dan lidah

 

 

Inspeksi

Adanya siaonosis,Biasanya pangkal lidah jatuh, biasanya pada demam kejang gigi anak memgatup.

7)

Telinga

 

 

Inspeksi

: periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta

tanda ada infeksi seperti pembengkakan dan nyeri di daerah sekitar  belakang telinga, keluar cairan dari telinga, keluar cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran.

8)

Hidung

 

 

Inspeksi

: Biasanya penciuman baik,tidak ada pernafasan  cuping hidung, bentuk simetris, mukosa berwarna merah muda.

 

Palpasi

: Biasanya tidak pembengkakkan di hidung dan nyeri tekan di hidung.

9)

Leher

 

 

Inspeksi

: Biasanya adanya tanda-tanda kaku kuduk, pembesaran kelenjar tiroid

 

Palpasi

: Adanya pembesaran vena junggularis, dan  adanya nyeri tekan dan pembesaran kelenjar tiro id 

 

10)    Thoraxs

a)    Paru

(1)     Inspeksi :

Biasanya dari depan klafikula, sternum, tulang  rusuk antara kiri dan kanan tidak simetris dari belakang bentuk tulang belakang, scapula tidak simetris dan adanya retaksi interkostalis selama bernafas, nafas pendek, frekuensi pernapasan meningkat

(2)     Palpasi  :

Biasanya tektil fremitus tidak simetris antara Kiri dan kanan

(3)     Perkusi              

Biasanya terdapat bunyi hipersonor saat di Perkusi

(4)     Auskultasi          :

Biasanya ditemukan bunyi nafas tambahan Seperti ronchi dan wheezing.

b)   Jantung

I : Ictus cordis lidah terlihat

P: Ictus cordis di SIC teraba

P: Batas kiri jantung, SIC II kiri di linea parastrenalis kiri ( pinggang  

     Jantung), SIC V kiri agak ke medial linea midclavicularis kiri.

A: Biasanya irama jantung sinus

11)    Abdomen

I: Biasanya tidak ada lesi, tidak adanya jaringan perut,tidak asites

P: Biasanya hepar dan limpa tidak teraba

P: Biasanya bunyi timpani pada abdomen

A: Biasanya bising usus 4x/i

12)    Ekstremitas

a.    Atas kanan

Biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT>2 detik.

b.    Atas kiri

Biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT>2 detik.

c.    Bawah kanan

Biasanya tonus otot bawah mengalami kekakuan atau susah digerakkan,akral dingin.

d.   Bawah kiri

Biasanya tonus otot bawah mengalami kekakuan dan susah digerakkan, akral dingin.

13)    Integument

Biasanya tidak terdapat lesi, turgor kulit jelek, mukosa bibir kering.

14)    Saraf kranial yang dominan di kenai

a)    Saraf olfaktorius

Adanya gangguan penciuman atau disebut anosmia

b)   Saraf optikus

Adanya kelainan gangguan visus dan lapang pandang anak

c)    Saraf vestibolocochlearis

Pada demam kejang anak biasanya mengealami ketidak seimbangan pendengaran yang dilakukan dengan cara test webber.

d)   Saraf asesoris

Pada anak demam kejang biasanya anak akan untuk menggerakan bahunya karna terjadinya kekakuan pada bahu

15)    Penilaian kekuatan otot

Tabel 2.2

Penilaian kekuatan otot

Respon

Skala

Kekuatan otot tidak ada

0

Tidak  dapat digerakkan, tonus otot ada

1

Dapat digerakkan,mampu terangkat sedikit

2

Terangkat sedikit <45⁰C, tidak mampu melawan gravitasi

3

Bisa terangkat, bisa melawan gravitasi, namun tidak dapat melawan tahanan pemeriksa, gerakkan tidak terkoordinasi

4

Kekuatan otot normal

5

                        (Sumber : maryana, 2017)

2.    Kemungkinan Diagnosa Keperawatan

a.    Hipetermia b/d peningkatan laju metabolisme d.d suhu diatas nilai normal dan kejang ( D.0130 )

b.    Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas d.d pola napas abnormal (D.0005 )

c.    Termogulasi tidak efektif b/d proses penyakit d.d kejang (D.0149)

d.   Resiko aspirasirasi b/d penurunan tingkat kesadaran d.d gullain barre syndrome ( D.0006 )

e.    Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan d.d nafsu makan menurun (D,0019)

 

 

3.    Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Berdasarkan pada kasus yang dihadapi oleh klien maka intervensi keperawatan yang muncul, yaitu:

TABEL 2.3

Intervensi Keperawatan

NO

Diagnosa Keperawatan

Standar Luaran Keperawatan Indonesia  (SLKI)

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

1.

hipeterrmia /d peningkatan laju metabolisme d.d suhu diatas nilai normal dan kejang (D.0130)

 

( L.14134 )

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan :

-    Kejang menurun

-    Akrosianosis menurun

-    Konsumsi oksigen menurun

-    Pucat menurun

-     Suhu tubuh membaik

-    Suhu kulit membaik

-    Tekanan darah membaik

 

 

 

( I.06193 )

Observasi

-    Monitor terjadinya kejang berulang

-    Monitor karakteristik kejang

-    Monitor status neurologis

-    Monitor tanda-tanda vital

Terapeutik

-    Baringkan pasien agar tidak jatuh

-    Pertahankan kepatenan jalan napas

-    Dampingi selama periode kejang

-    Catat durasi kejang.

-    Reorientasi setelah periode kejang

-    Dokumentasikan periode terjadinya kejang

-    Berikan oksigen

Edukasi

-    Anjurkan keluarga menghindari memasukan apapun kedalam mulut saat periode kejang

Kolaborasi

-    Kolaborasi pemberian antikolvusan.

2.

Pola napas tidak efektif b/d hambatan upaya napas d.d pola napas abnormal

(D.0005)

(L.06053)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan:

-    Tingkat kesadaran meningkat

-    Status kognitif meningkat

-    Komunikasi meningkat

-    Frekuensi kejang menurun

-    Hipetermia menurun

-    Pucat menurun

-    Pola napas membaik

-    Pola istirahat tidur membaik

-    Frekuensi napas membaik

-    Refleks pilomotorik membaik

 

-    (I.01011)

-    Obsevasi

-    Monitor pola napas (frekuensi,kedalaman,usaha napas)

-    Monitor bunyi napas

-    Monitor sputum

Terapeutik

-    Pertahankan kepatenan jalan napas

-    Posisikan semi-fowler atau fowler

-    Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik

-    Berikan oksigen

Edukasi

-    Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari

Kolaborasi

-    Kolaborasi pemberian bronkodilator,ekspektoran,mukolitik,jika perlu.

 

3.

Termogulasi tidak efektif b/d proses penyakit d.d kejang (D.0149)

(L.14134)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam diharapkan:

-    Kulit merah menurun

-    Kejang menurun

-    Konsumsi oksigen menurun

-    Pucat menurun

-    Hipoksia menurun

-    Suhu tubuh membaik

-    Suhu kulit membaik

-    Kadar glukosa darah membaik

-    Ventilasi membaik

-    Tekanan darah membaik

 (I.15506)

Observasi

-    Identifikasi penyebab hipetermia

-    Monitor suhu tubuh

-    Monitor kadar elektrolit

-    Monitor haluaran urine

-    Monitor komplikasi akibat hipetermia

Terapeutik

-    Sediakan lingkungan yang dingin

-    Longgarkan atau lepaskan pakaian

-    Berikan cairan oral

-    Hindari pemberian antipiretik atau aspirin

-    Berikan oksigen,jika perlu

Edukasi

-    Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

-    Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

4.

Resiko aspirasi b/d penurunan kesadaran d.d gullain barre syndrome (D.0149)

(L.01006)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam diharapkan:

-    Tingkat kesadaran meningkat

-    Kebersihan mulut meningkat

-    Dispnea menurun

-    Batuk menurun

-    Sianosis menurun

-    Gelisah menurun

-    Frekueni napas membaik

(I.01018)

Observasi

-    Monitor tingkat kesadaran, batuk,muntah dan kemampuan menelan

-    Monitor status pernapasan

-    Monitor bunyi napas,terutama setelah makan/minum

Terapeutik

-    Pertahankan kepatenan jalan napas

-    Lakukan penghisapan jalan napas,jika produksi secret meningkat

-    Sediakan suction diruangan

-    Berikan makanan dengan ukuran kecil dan lunak

-    Berikan obat oral dalam bentuk cair

Edukasi

-    Anjurkan makan secara perahan

-    Anjurkan strategi mencegah aspirasi

-    Ajarkan teknik mengunyah atau menelan

5.

Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan d.d nafsu makan menurun (D.0019)

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan:

-    Mempertahankan makanan dimulut meningkat

-    Reflek menelan meningkat

-    Kemampuan mengunyah meningkat

-    Usaha menelan meningkat dengan

-    Frekuensi tersedak menurun

-    Batuk menurun

-    Muntah menurun

-    Gelisah menurun

-    Penerimaan makanan membaik

Observasi

-    Identifikasi status nutrisi

-    Identifikasi makanan yang disukai

-    Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient

-    Monitor aasupan makanan

-    Monitor berat badan

-    Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik  

-    Lakukan oral hygiene sebelum makan,jika perlu

-    Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

-    Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi

-    Berikan makanan tinggi kalori dan protein

-    Berikan suplemen makan jika perlu

Edukasi

-    Anjurkan posisi duduk,jika perlu

Kolaborasi

-    Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan

-   Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrient yang dibutuhkan,jika perlu

 

4.    Implementasi

Menurut Tarwoto dan wartonah (2015). Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi.

Tindakan mandiri (independen) adalah aktifitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan dan keputusan sendiri bahkan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain.

 

5.    Evaluasi

Menurut setiadi (2012), evaluasi adalah proses yang bekerja untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi terus-menerus dilakukan pada respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Tujuan evaluasi adalah mengakhiri rencana tindakan keperawatan, dan meneruskan rencana tindakan keperawatan, Untuk mempermudah mengevaluasi dan memantau perkembangan klien, digunakan komponen SOAP.

S   : Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah dilakukan perawatan.

O  : Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada klien.

A  : Interprestasi dari data objektif dan subjektif. Analisa data merupakan suatu masalah diagnosis keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat di tuliskan masalah/diagnosis yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah terindefiasi datanya dalam data objektif dan data subjektif.

P   : Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya. Tindakan yang perlu dilanjutkan adalah tindakan yang masih komponen untuk menyelesaikan masalah klien dan membutuhkan waktu untuk mencapai keberhasilannya. Tindakan yang perlu dimodifikasi adalah tindakan yang dirasakan dapat menyelesaikan masalah klien.

 

 


BAB III

METODE PENELITIAN

A.  Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan strategi yang digunakan penyidik untuk memandu dalam  pengumpulan data kemudian digambarkan sebagai kesimpulan (Muharto,2016),

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang dilakukan terhadap suatu objek yang disebut dengan kasus yang dilakukan secara seutuhnya menyeluruh dan mendalam dengan menggunakan berbagai sumber data atau informasi (Sugyono,2015). Studi kasus ini dibatasi oleh waktu, tempat serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas dan individu.

Penelitian studi kasus ini adalah dengan melihat atau menelaah masalah asuhan keperawatan pada pasien dengan Demam Kejsng di ruang anak RSUD Pariaman.

B.  Lokasi dan Waktu Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian studi kasus adalah di ruang anak RSUD Pariaman. Waktu pelaksanaan studi kasus ini dimulai pada bulan juni tanggal 17-19 Juni 2021 selama 3 hari berturut-turut.

C.  Subjek Penelitian

Subjek merupakan orang yang dijadikan sebagai responden untuk mengambil kasus penelitian. Subjek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah satu pasien dengan kasus demam kejang di ruang anak RSUD Pariaman.

 

 

D.  Instrumen Penelitian

Instrumen adalah pedoman tertulis seperti wawancara atau pengamatan dan daftar pertanyaan yang telah disiapkan untuk mendapatkan berbagai macam informasi dari responden (Nursalam,2017). Jenis instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner, kuesioner merupakan jenis pengukuran dengan pengumpulan data ecara formal kepada subjek untuk menjawabpertanyaan secara tertulis ( Nursalam,2017).

Instrumen dalam pengumpulan data adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo,2018). Dalam penelitian ini menggunakan lembar observasi (chek list) sebagai instrumen penelitian.

 

E.  Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data menurut (Sugyono, 2015) dengan cara sebagai berikut.

1.    Data Primer

Data perimer adalah data atau kesimpulan secara langsung pada saat berlangsungnya penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang di ambil melalui subjek penelitian langsung :

a.    Interview / Wawancara

Yaitu pengumpulan data dengan menggunakan komunikasi langsung dengan pasien atau keluarga, hasil anamesis berisi tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit keluarga dan riwayat penyakit dahulu, serta informasi lainnya. Sumber data bisa diperoleh dari pasien, perawat atau bidan lainnya.

b.    Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Yaitu pengamatan langsung pada pasien yang meliputi keadaan umum atau gejala yang timbul pada klien yang terdiri dari tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik bisa dilakukan dengan cara IPPA (Inspeksi Perkusi Palpasi dan Auskultasi). Dengan membawa alat berupa alat tensi, stetoscop, thermometer, jam tangan.

c.    Studi Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data dan mempelajari catatan medic keperawatan dan pemeriksaan penunjang dan data lain yang relevaan untuk mengetahui perkembangan keadaan klien misalnya pemeriksaan ronsen atau laboratorium.

2.    Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dari sumber lain yang mendukung penelitian ini seperti studi dokumentasi. studi dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari catatan medic keperawatan dan pemeriksaan penunjang serta data lain yang relevan untuk mengetahui perkembangan keadaan klien missal di laboratorium atau ronsen.

 

F.   Rencana Analisis

Analisa data dalam studi kasus merupakan suatu proses dengan menelaah seluruh data yang telah tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. pada tahapan analisa data dilakukan proses penyederhanaan data-data yang terkumpul kedalam bentuk yang lebih sederhana dan lebih mudah dipahami.tahapan analisa data yang dilakukan oleh peneliti menurut Dewi, H (2014) anta lain :

1)   Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui cara wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik, serta studi dokumentasi. setelah dapat data yang akan dibutuhkan maka lanjut ke proses ke selanjutnya.

 

 

 

 

2)   Reduksi Data

Mereduksi data berarti menyimpulkan data dari hal-hal yang sangat penting dan membuang data yang tidak dipakai untuk proses selanjutnya. Reduksi data juga memberikan gambaran yang secara rinci dan jelas untuk mempermudah memproses data.

3)   Penyajian Data

Penyajian data digambarkan melalui tabel, gambar, bagan maupun naratif.

4)   Penarikan Kesimpulan

Dari data yang ada, dapat ditarik kesimpulan dengan membandingkan hasil penelitian dahulu dengan sekarang secara teoritis berdasarkan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.

 

G. Etika Penelitian

Dalam penelitian ini penulis harus mendapatkan rekomendasi dari institusi atau pihak lain dengan mengajukan permohonan izin atau lembaga tempat penelitian dengan menekankan masalah etika, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian yaitu :

1)      Persetujuan ( Informed consent )

Peneliti memberi lembar persetujuan yang diberikan kepada responden sebelum mengisi lembar kuesioner penelitian, agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian.

2)      Kerahasiaan

Dalam penelitian ini penulis memberikan jaminan kerahasiaan hasil peneliti,baik informasi maupun masalah-masalah lainya.semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

 


BAB IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

A.  HASIL PENELITIAN

1.    Pengkajian

a.    Identitas Klien dan Keluarga

TABEL 4.1

N0.

Identitas Pasien

1.

Nama                           :

An.A

2.

Umur                           :

2 tahun

3.

Agama                         :

Islam

4.

Pendidikan                   :

-

5.

Pekerjaan                     :

-

6.

Jenis Kelamin              :

Laki-laki

7.

Status  

-

8.

Alamat

Ampalu

9.

No.MR

177209

10.

Tanggal Masuk

16 juni 2019

11.

Tanggal Pengkajian

17 juni 2021

12.

Dx. Pengkajian

Demam Kejang

 

No.

Identitas ibu

1.

Nama Ibu

Ny.J

2.

Usia Ibu

35 tahun

3.

Pekerjaan

Ibu Rumah Tangga

4.

Pendidikan

SMA

 

 

No

Identitas Ayah

 

1.

Nama Ayah

Tn.A

2.

Usia Ayah

40 tahun

3.

Pekerjaan

Buruh

4.

Pendidikan

SMA

 

Jumlah Saudara klien

3

 

Klien Anak Ke

3

 

Identitas klien didapatkan bahwa usia klien 2 tahun yang mana klien masih sangat rentan untuk mengalami Demam Kejang.

 

b.    Riwayat Kesehatan

TABEL 4.2

Riwayat Kesehatan

An.A

Keluhan Utama

Pada tanggal 16 juni 2021 An.A masuk melalui IGD RSUD Pariaman, di antarkan oleh orang tuanya dengan keluhan kejang lamanya ±5 detik, kejang terjadi saat pasien hendak dilarikan ke rumah sakiT dan mengalami demam tinggi sudah 5 hari. Ibu klien juga mengatakan nafsu makan anaknya menurun karena muntah.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 17 juni 2021 pada pukul 12.30 WIB, ibu klien mengatakan badan anaknya masih panas dengan suhu 38,2 ⁰C, ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya menurun karena muntah sejak demam dan ibu klien mengatakan muntah sudah 2x.

Riwayat Penyakit Dahulu

Ibu klien mengatakan klien tidak pernah Demam Kejang sebelumnya, tidak pernah dirawat di Rumah Sakit, dan tidak ada riwayat penyakit berat lainnya. Ibu klien mengatakan bahwa klien tidak ada riwayat alergi,baik alergi terhadap obat-obatan maupun makanan.

Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu klien mengatakan mempunyai riwayat Demam Kejang dan anak nya yg kedua juga pernah mengalami Demam Kejang seperti klien.

 

Pada riwayat kesehatan diatas dapat dilihat bahwa orang tua klien mengeluh masuk rumah sakit karena badan panas, di sertai kejang dan orang tua tidak tahu penanganan pertama yang dilakukan dirumah untuk mengatasi demam kejang.

 

c.    Riwayat Tumbuh Kembang

TABEL 4.3

No

Riwayat Tumbuh Kembang

 

1.

Riwayat Kelahiran

Klien lahir secara normal di rumah Bidan dengan usia kehamilan 9 bulan (cukup bulan) dan berat lahir 3,8 kg, dan di tolong oleh Bidan.

2.

Pertumbuhan fisik saat ini

Tinggi klien 85 cm dengan Berat Badan Sehat : 15 kg, Berat Badan Sakit : 12,5 kg dan gigi yang pertama tumbuh yaitu gigi seri pada usia 9 bulan.

3.

Perkembangan

●Psikomotor

●Motoric halus

 

 

●Motorik kasar

 

●Bahasa

 

 

●Sosialisasi

 

 

●Mental

 

Tidak ada masalah

Tidak ada masalah,klien sudah bisa memegang benda-benda di sekitarnya secara mandiri.

Tidak ada masalah, klien sudah bisa berjalan sendiri.

Ibu klien mengatakan anaknya masi terbata-bata dalam bicara dan hanya bisa mengatakan ibu dan ayah.

Sosialisasi klien tidak ada masalah, klien sangat mudah beradaptasi dengan orang baru.

Mental klien tidak ada masalah karena ia sangat lincah dan aktif.

 

d.   Riwayat Imunisasi

TABEL 4.4

Jenis Imunisasi

Iya

Tidak

BCG

ü   

ü   

Hepatitis B

 

ü   

D.P.T

 

ü   

Polio

ü   

 

Campak

ü   

 

 

Pada keterangan di atas di dapatkan imunisasi yang di miliki klien saat pengkajian memiliki imunisasi yang tidak lengkap, ibunya mengatakan tidak mau membawa anaknya imunisasi karena pandemi covid1-19.

 

 

 

e.    Kebutuhan Dasar

TABEL 4.5

Kebutuhan Dasar

Klien

Pola Eliminasi

Sehat:

 BAK klien 3-5 kali sehari sebanyak 350 CC, berwarna  kuning, berbau khas dan tidak ada gangguan pada eliminasi. BAB klien 1-2 kali sehari dengan konsistensi lunak dan tidak ada masalah dengan BAB.

Sakit:

 BAK klien 4-5 kali sehari sebanyak 300 CC, berwarna kuning, berbau khas dan tidak ada keluhan eliminasi. BAB 1-2 kali sehari dengan konsistensi lunak dan tidak ada keluhan pada BAB.

Pola Nutrisi

Sehat:

Klien makan saat sehat 3x sehari, dengan lauk pauk dan buah, porsi 1 piring kecil habis, klien minum

sebanyak 750 CC.

Sakit:

Klien makan 3x sehari dengan lauk pauk dan buah,klien hanya menghabiskan setengah porsi kecil, dan klien minum 900 CC yang sudah ditambahkan cairan infus.

Pola istirahat dan tidur

Sehat:

Saat sehat klien tidur dengan cukup sebanyak 8- 9 jam perhari

Sakit:

Ibu klien mengatakan sejak sakit tidur anaknya terganggu karena sering tesentak dan terbangun karena demam.

Pola aktivitas

Sehat:

Klien merupakan anak yang aktif dan sangat ceria saat beraktifitas

Sakit:

Klien tampak hanya tiduran dan tampak lesu dan kadang rewel

 

Data diatas menunjukan pola nutrisi tidak terpenuhi karena porsi makan klien menurun dan pola tidur klien terganggu karena sulit tidur dan sering tesentak karena rewel dan batuk.

 

f.     Lingkungan Hidup

Kondisi lingkungan klien tersusun rapi, memiliki pekarangan yang terawatt, sumber air minum dari sumur dengan jarak septik tank ± 10m, memiliki saluran pembuangan limbah yaitu parit dan pengolahan sambah dengan dibakar.

 

g.    Data Psikologis

TABEL 4.6

No

Klien

1.

Komunikasi klien

Keluarga :

Orang tua klien dapat berinteraksi dengan perawat dan orang tua pasien dengan baik

Anak : klien masih belum bisa berbicara

2.

Persepsi konsep diri

Ibu :

Ibu klienmengatakan kwatir terhadap keadaan anaknya karena anaknya belum pernah demam kejang sebelumnya.

 

3.

Kognitif

Ibu :

Kognitif ibu terganggu karena sangat takut jika demam kejang pada anaknya berulang.

Anak :

Klien tampak rewel dan lemah

4.

Persepsi terhadap penyakit

Ibu :

Ibu klien yakin anaknya akan sembuh karena klien yakin tidak ada penyakit yang tidak ada obatnya dank lien yakin allah akan memberikan kesehatan pada anaknya.

Anak :

Klien mengatakan cemas karena ini pertama kalinya anaknya mengalami demam kejang.

5.

Dampak dirawat dirumah sakit

Ibu :

Ibu klien mengatakan cuti dari pekerjaannya karena menunggu anaknya dirumah sakit sementara anaknya yang lain di titip dengan neneknya

Anak :

Anak tampak lesu dan lemah.

6.

Stress koping

Ibu :

Ibu klien mengatakan sangat cemas dengan kondisi anaknya

Anak :

Anaknya tampak kelelahan

 

 

 

 

 

 

h.    Pemeriksaan Fisik

TABEL 4.7

TTV

 

Keadaan umum

Kesadaran

Suhu

Nadi

Pernafasan

Lemah

Composmentis (E:4, M:5, V:5)

S : 38,2°C

N : 115x/i

P : 43x/i

Kepala

I  : Kepala simetris, Rambut pendek, penyebaran rambut merata, berwarna hitam, dan kulit kepala bersih dan tidak ada lesi.

P : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembengkakkan di kepala klien.

Mata

I  : Mata simetris kiri dan kanan, pergerakan bola mata normal, mata kelihatan cekung, sklera ikterik dan konjungtifa tidak anemis.

P:  Tidak ada nyeri tekan pada palpebra.

Hidung

I :

Lobang hidung simetris kiri dan kanan dan tidak ada lesi

P :

Tidak ada nyeri tekan dan pembengkakkan pada hidung klien.

Telinga

I :

Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada cairan yang keluar dan pendengaran klien baik.

P :

Tidak ada nyeri tekan dan pembengkakkan ditelinga klien.

Leher

I :

Tidak ada pembesaran kelenjaran getah bening dan kelenjar tiroid,

P :

Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

Dada

 Jantung :

I : tidak ada pembesaran di dada

P : ictus cordis teraba

P : bunyi pekak

A :  bunyi jantung lup-dup dan tidak terdengar bunyi tambahan

Paru-paru :

I : tidak ada kelainan pada dada, bentuknya normal, pergerakan dinding dada simetris

P : dada simetris kiri dan kanan dan tidak ada nyeri tekan

P : bunyi nya sonor

A : terdengar bunyi napas normal

Abdomen

I :

perut simetris kiri dan kanan dan tidak ada kelainan pada perut

P :

Tidak ada pembesaran

P :

Bunyi tympani

A :

Bising usus 10-15x/i

Genetalia

Genetalia bersih dan tidak ada keluhan

Ekstremitas

Ekstremitas atas klien lemah dan pada ekstremitas atas bagian kiri terpasang infus, Ka-En 1B 30 tts/menit.

Integumen

I :

Turgor kulit kering, warna kulit merata dan akral hangat.

12 nervus

Tidak dilakukan karena anak masih kecil dan rewel

 

Pada emeriksaan di atas tidak ada kelainan pada klien hanya saja suhu klien tinggi dan turgor kulit kering.

2.    Data sosial ekonomi

Sumber ekonomi keluarga dari ayah, dan pekerjaan ayah sebagai buruh dengan pendapatan perbulan ± 1.500 sebulan, dan sistem pengobatan klien dengan BPJS.

 

3.    Pemeriksaan penunjang

TABEL 4.8

No

Pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

1.

Hb

10

11,5 – 13,5 gr/dl

 

Leukosit

11.500

5000-10.000/ul

 

Trombosit

300.000

150.000-400.000/ul

 

Hematokrit

33%

33-38%

 

Eritrosit

3,6 juta/ul

3-5 juta/ul

 

GDR sewaktu

120

<150 mg/dl

 

Elektrolit

 

 

 

Na

130

136-145 mmol/l

 

Ka

4,0

3,5-5,0 mmol/I

 

Klo

105

98-106 mmol/I

 

Cal

8,5

7.6-11.0 mmol/I

 

Hasil labor menunjukan bahwa leukositnya klien tinggi sesuai dengan teori bahwa demam kejang disebabkan oleh infeksi.

 

 

4.    Terapi

Infus Ka-En 1B 30 tts/menit.

Cefotaxime 500 mg/ 12 jam.

Dexametazon 1,5 mmg/ 8 jam

Paracetamol syrup 4x

Rhinofed 3x 9 mg

Diazepam 3x 1,1 mg

Ca lactat 2x150 mg

 

5.    Data fokus

TABEL 4.9

Data subjektif

Data objektif

-          Keluarga klien mengatakan demam sudah  ±5 hari

-          Keluarga klien mengatakan anaknya kejang saat di perjalanan menuju rumah sakit sebanyak 1x

-          Ibu klien mengatakan sejak demam anaknya lemah

-          Ibu klien mengatakan sejak demam anaknya rewel

-          Keluarga klien mengatakan bibir anaknya kering

-          Badan klien terasa panas

-          Leukosit klien tinggi 11.500/I

-          Mukosa bibir tampak kering

-          Klien tampak lemah dan lesu

-          Suhu : 38,2⁰C

-          RR : 43x/I

-          Nadi : 115x/I

 

-          Keluarga klien mengatakan anaknya sering  muntah dan tidak nafsu makan

-          Ibu Klien mengatakan anaknya lemas

-          Keluarga klien mengatakan anaknya sudah 2x muntah

-          Klien tampak hanya mengahabiskan makan hanya setengah porsi/ tidak habis

-          Klien tampak muntah saat makan

-          Mukosa bibir klien tampak kering

-          Turgor kulit klien tampak jelek

-          Klien tampak lemah

-          Suhu 38,2⁰C

-          RR : 43x/I

-          Nadi : 115x/I

-          Ibu klien mengatakan anaknya sulit tidur

-          Ibu klien mengatakan anaknya rewel dan sering menangis

-          Klien tampak lesu

-          Klien tampak lemah

-          Suhu :38,2⁰C

-          RR : 43x/I

-          Nadi : 115x/I

-          Ibu klien mengatakan cemas dengan keadaan anaknya

-          Ibu klien mengatakan bingung dan tidak tau apa yang harus di lakukan saat anaknya sakit

-          Ibu klien tampak bertanya-tanya

-          Ibu klien tampak cemas terhadap keadaan anaknya

 

6.    Analisa data

TABEL 4.10

No

Data

Etiologi

Masalah

1.

DS :

-          Ibu klien mengatakan badan anaknya masih panas

-          Ibu klien mengatakan anaknya pucat dan lemah

 

DO :

-          Pemeriksaan Laboratorium : Leukosit tinggi 11.500 mm³

-          Mukosa bibir klien pucat dan kering

-          Klien tampak lemah

-          Kulit teraba hangat

-          Klien tampak gelisah

-          TTV :

TD :

Suhu : 38,2⁰C

RR : 43x/I

Nadi : 115x/I

Proses penyakit

Hipetermia

2.

DS :

-          Ibu klien mengatakan anaknya sulit tidur karena tidak nyaman

-          Ibu klien mengatakan anaknya selalu rewel saat mau tidur

-          Ibu klien mengatakan anaknya tidur hanya 4-7 jam dan sering tesentak

 

DO :

-          Mata klien tampak lelah

-          Klien tampak gelisah

-          Klien tampak lemah

-          Badan klien panas dengan suhu 38,2⁰C

 

Sering terbangun

Gangguan pola tidur

3

DS :

-          Ibu klien mengatakan saat di suapkan makan baru dua sendok sudah di muntahkan

-          Ibu  klien mengatakan anaknya sudah muntah 2x

-          Ibu klien mengtaakan anaknya tampak kelelahan

DO :

-          BB Sehat =15 kg

BB Sakit = 12,5 kg

-          Pemeriksaan Laboratorium : HB = 10 g/dl

-          Mukosa bibir klien tampak kering

-          Turgor kulit klien tapak kering

-          Kondisi anak tampak lemah

-          Klien muntah sudah 2x sebanyak

Ketidakmampuan menelan makanan

Risiko defisit nutrisi

 

7.    Diagnosis Keperawatan

1)   Hipetermia b/d infeksi d.d kulit terasa hangat dan kejang 

2)   Gangguan pola tidur b/d kurang control tidur d.d mengeluh sering terjaga

3)   Resiko defisit nutrisi d.d ketidakmampuan mengarsobsi nutrient  

 

8.    Intervensi keperawatan

TABEL 4.11

NO

Diagnosa (SDKI)

Tujuan (SLKI)

Intervensi (SIKI)

1.

Hipetermia

( L.14134 )

Setelah melakukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan :

-          Kulit merah menurun

-          Kejang menurun

-          Konsumsi oksigen menurun

-          Pucat menurun

-          Suhu tubuh membaik dengan

-          Suhu kulit membaik

-          Kadar glukosa darah membaik

-          Ventilasi membaik

-          Tekanan darah membaik

( I.15506 )

Observasi

-          Identifikasi penyebab hipetermia

-          Monitor suhu tubuh

-          Monitor kadar elektrolit

-          Monitor haluaran urin

-          Monitor komplikasi akibat hipetermia

Terapeutik

-          Sediakan lingkungan yang dingin

-          Longgarkan atau lepaskan pakaian

-          Berikan cairan oral

-          Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis

-          Hindari pemberianantipiretik atau aspirin

-          Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

-          Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

-          Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu

 

2..

Gangguan pola tidur

( L. 05045 )

Setelah melakukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan :

-          keluhan sulit tidur menurun

-          keluhan sering terjaga menurun

-          keluhan tidak puas tidur menurun

-          keluhan pola tidur berubah menurun

-          keluhan istirahat tidak cukup menurun

-          kemampuan beraktifitas meningkat

( I.05174 )

Observasi

-          identifikasi pola aktifitas dan tidur

-          identifikasi faktor pengganggu tidur

-          identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur

Terapeutik

-          modiifikasi lingkungan

-          batasi waktu tidur siang

-          tetapkan jadwal tidur rutin

-          lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan

-          sesuaikan jadwal pemberian obat dan atau tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga

Edukasi

-          jelaskan pentingnya tidur saat sakit

-          anjurkan menepati kebiasaan waktu

-          tidur

-          ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmakologi lainya

3..

Resiko defisit nutrisi

(L. 0303 )

Setelah melakukan asuhan keperawatan 3x24 jam diharapkan :

-          Porsi makan yang dihabiskan meningkat

-          Kekuatan otot pengunyah meningkat

-          Kekuatan otot menelan meningkat

-          Serum albumin meningkat

-          Verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi meningkat

-          Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang tepat membaik

-          Perasaan cepat kenyang menurun

-          Nyeri abdomen menurun

-          Berat badan membaik

-          Nafsu makan membaik

-           Bising usus membaik

-          Membran mukosa membaik

(I.03111)

Observasi

-          Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta kebutuhan kalori

Terapeutik

-          Timbang berat badan secara rutin

-          Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktifitas fisik

-          Damping ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku memuntahkan kembali makanan

-          Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target sesuai kontrak

-          Rencanakan program pengobatan untuk perawatan rumah

Edukasi

-          Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan situasi pemicu pengeluaran makanan

-          Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah perilaku makan

Kolaborasi

-          Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan, kebutuhan kalori dan pilihan makanan

 


 


9.              Implementasi Keperawatan

TABEL 4.12

 

Tanggal

Dx Keperawatan

Implementasi

Jam

Evaluasi

Kamis 17 Juni 2021 (09.00 WIB)

Dx 1

-          Monitor suhu tubuh (TTV)

-          Mengompres hangat kuku

-          Monitor kadar elektrolit, klien minum

-          Melakukan dan Menganjurkan keluarga untuk melonggarkan pakaian klien

-          Memberikan klien minum ±0,8 liter/hari

-          Mengkolaborasikan pemberian paracetamol 3x1 dengan dosis 5 ml

13.00

S :

-          Ibu klien mengatakan anaknya masih panas

-          Ibu klien mengatakan badan anaknya lemah dan rewel

O :

-          Klien tampak terpasang infus  Ka-Bn 500 cc, dengan jumlah tetesan 30 x/i

-          Klien hanya menghabiskan 1,5 gelas air dengan banyak urin 250 cc

-          Bibir klien tampak pucat

-          Suhu 38,2⁰C

-          Mukosa bibir kering

-          Akral klien hangat

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

 

DX 2

-          Identifikasi pola aktifitas dan  tidur

-          Identifikasi faktor pengganggu tidur

-          Lakukan  prosedur untuk meningkatkan kenyamanan

-          Memodifikasi lingkungan

-          Menetapkan jadwal tidur rutin

-          Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur

13.15

S

-          Ibu klien mengatakan sebelum sakit klien tidur siang selama 1 jam kemudian tidur malam 8-9 jam

-          Ibu klien mengatakan saat sakit anaknya rewel dan sulit tidur sehingga tidur klien hanya terhitung ± 6 jam

O

-          Klien tampak lemah

-          Klien tampak lesu

-          Mata klien tampak lelah

-          Suhu 38,2°C

A

-          Masalah belum teratasi

P

Intervensi dilanjutkan

 

DX 3

-          Monitor Bb

-           Anjurkan  makan sedikit tapi sering

-          Mengajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah  perilaku makan

-          Merencanakan program pengobatan untuk perawatan rumah

-          Mengkolaborasi dengan ahli gizi pemberian  makan

13.55

S

-          Ibu klien mengatakan anaknya tidak mau makan

-          Ibu klien mengatakan mukosa bibir kering

-          Ibu klien mengatakan anaknya lemah

O

-          Klien tampak lemah

-          Mukosa bibir kering

-          Klien masih susah makan

A

-          Masalah belum teratasi

P

Intervensi dilanjutkan

 

Jumat

18 Juni 2021 (10.00 WIB)

Dx 1

-          Monitor suhu tubuh (TTV)

-          Mengompres hangat kuku

-          Monitor kadar elektrolit, klien minum

-          Melakukan dan Menganjurkan keluarga untuk melonggarkan pakaian klien

-          Memberikan klien minum ±0,8 liter/hari

Kolaborasi pemberian paracetamol 3x1 dengan dosis 5 ml

10.45 WIB

S

-  Ibu klien mengatakan panas anaknya sudah mulai berkurang

-  Ibu klien mengatakan anaknya masih lemas

-  Ibu klien mengatakan anaknya sudah mau minum

O

-  Klien panasnya sudah mulai turun

-  Klien terlihat masih rewel

-  Suhu 37,9⁰C

-  Muklosa bibir masih kering

A

-  Masalah teratasi sebagian

P

Intervensi dilanjutkan

 

Dx 2

-          Mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur

-          Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur

-          Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan

-          Memodifikasi lingkungan

11.20

WIB

S

-  Ibu klien mengatakan anaknya sudah mulai bisa tidur

-  Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak terlalu rewel

O

-  Klien sudah tidak terlalu  Nampak  lelah seperti kemarin

-  Panas badan klien sudah mulai turun

A

-   Masalah teratasi sebagian

P

Intervensi dilanjutkan

 

 

Dx 3

-          Memonitor Bb

-          Menganjurkan  makan sedikit tapi sering

-          Mengkolaborasi dengan ahli gizi pemberian makan

 

12..05

WIB

S

-          Ibu klien mengatakan muntah anaknya masih ada

-          Ibu klien mengatakan anaknya masih lemah

-          Ibu klien mengatakan anaknya masih tidak mau makan

-          Ibu klien mengatakan bibir anaknya masih kering

O

-          Klien masih mengalami muntah

-          Klien tampak lemah

-          Mukosa bibir klien kering

A

-       Masalah belum teratasi

P

-          Intervensi dilanjutkan

Sabtu

19 Juni 2021

(09.00 WIB )

Dx 1

-          Monitor suhu tubuh (TTV)

-          Mengompres hangat kuku

S : 37,5°C

-          Monitor kadar elektrolit, klien minum

-          Melakukan dan Menganjurkan keluarga untuk melonggarkan pakaian klien

-          Memberikan klien minum ±0,8 liter/hari

-          Mengkolaborasi pemberian paracetamol 4x1 dengan dosis 5 ml

09.45 WIB

S

-  Ibu klien mengatakan panas anaknya sudah turun

-  Ibu klien mengatakan bibir klien tidak terlalu kering

O

-  Panas klien sudah mulai turun

-  Suhu 37,5⁰ C

-  Bibir klien sudah tidak kering lagi

A

-  Masalah teratasi sebagian

P

Intervensi di lanjutkan

 

Dx 2

-          Mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur

-          Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur

-          Melakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan

-          Memodifikasi lingkungan

10.25 WIB

S

-          Ibu klien mengatan  kalau anaknya sudah bisa tidur

-          Ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak rewel lagi

O

-          Anaknya sudah tidak tampak lelah lagi

-          Badan anaknya sudah tidak panas lagi

A

-  Masalah teratasi

P

Intervensi dilanjutkan

 

Dx 3

-          Memonitor Bb

-          Menganjurkan  makan sedikit tapi sering

-          Mengkolaborasi dengan ahli gizi pemberian  makan

11.00 WIB

S

-          Ibu klien mengatakan anaknya sudah mau makan

-          Ibu klien mengatakan anaknya tidak lemah seperti kemarin

O                 

-          Klien tampak menghabiskan sepertiga makan dengan lauk dan buah

-          Mukosa bibir tidak seperti kemarin

-          Turgor kulit mulai membaik

-          Klien tidak lemah seperti kemarin

-          Lidah masih kotor

A

-  Masalah teratasi sebagian

Intervensi dilanjutkan


 

B.  PEMBAHASAN KASUS

Pada pembahasan kasus ini peneliti akan membandingkan antara kasus dan teori, dengan aplikasi atau asuhan keperawatan pada An. A dengan kasus Demam Kejang yang telah dilakukan sejak tanggal 17 Juni – 19 Juni 2021 di Ruang Anak RSUD Pariaman. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, Intervensi keperawatan, Implementasi keperawatan, dan Evaluasi keperawatan sebagai berikut :

1.      Pengkajian

Pengkajian merupakan tahapan pertama yang dilakukan oleh perawat saat pasien masuk rumah sakit, pengkajian terdiri dari pengumpulan data pasien seperti nama, umur,dan komunikasi tentang pasien (Riasmini, et, 2017). Adapun langkah-langkah dalam pengkajian yaitu :

● mengumpulkan data

● pengelompokan data/ mengatur data

● validasi data

● mendokumentasikan data

Berdasarkan pengkajian tanggal 17-19 juni 2021 di bangsal anak  RSUD Pariaman An.A datang ke rumah sakit dengan keluhan utamanya badan panas disertai kejang 1x di perjalanan menuju rumah sakit, mual muntah. klien tidak pernah mengalami demam kejang sebelumnya

Kejang demam atau febrile convulsion adalah kejang yang terjadi karena kenaikan suhu >38⁰C yang disebabkan oleh kelainan ekstrakranial (Lestari 2016). Secara teoritis pada pasien demam kejang yaitu demam >38⁰C, tubuh termasuk tangan dan kaki jadi kaku, kepala terkulai kebelakang, klien mengalami sianosis (Ngastiyah,2015).

 

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh anita rezki (2018) di RSUD Pariaman Provinsi Sumatra Barat, didapatkan kesamaan yang dialami oleh pasien demam kejang yaitu pada saat dilakukan pengkajian ditemukan keluhan pasien badan panas di sertai kejang saat perjalanan menuju ke rumah sakit, kemudian klien mengalami mual-muntah.

 

2.      Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisis data objektif dan subjektif yang telah di proses pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnose keperawatan. Dari hasil pengkajian yang telah didapatkan diagnosa yang di dapatkan yaitu hipetermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) ditandai dengan kulit terasa hangat dan kejang, gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ditandai dengan sering terjaga, Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan  makanan ditandai dengan ketidakmampuan mengarsobsi nutrien.

Secara teoritis menurut tim pokja SDKI DPP PPNI, 2017 diagnosa keperawatan yang sering muncul pada demam kejang seperti: hipetermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) ditandai dengan kulit terasa hangat dan kejang, gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ditandai dengan sering terjaga, Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan  makanan ditandai dengan ketidakmampuan mengarsobsi nutrien.

Sejalan dengan penelitian anita rezki (2018) walaupun masi memakai NIC NOC diagnosa yang muncul adalah hipertermi berhubungan dengan infeksi dan dehidrasi, gangguan pola nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat, sedangkan diagnose ketiga pola nafas kurang efektif.

 

 

3.      Rencana Keperawatan

Dalam hal ini setiap rencana keperawatan dikembangkan berdasarkan teori yang dapat diterima secara logis dan sesuai dengan kondisi klien. Rencana keperawatan pada An.A yang mengalami hipetermia, adalah : monitor suhu tubuh setiap 2 jam, monitor tekanan darah, nadi, dan pernapasan, berikan kompres hangat kuku, kolaborasi pemberian PCT infus dan tablet.  Rencana keperawatan pada gangguan nutrisi adalah dengan memberikan cairan yang cukup dan menganjurkan makan sedikit tapi sering, monitor TTV, monitor kekurangan cairan,monitor cairan yang keluar dan masuk.

Rencana keperawatan pada gangguan pola tidur adalah : dengan memfasilitasi itirahat tidur, memberikan lingkungan yang nyaman,  mengompres air hangat, mengontrol TTV.

Menurut teori intervensi yang diberikan pada pasien demam kejang dengan diagnose hipetermi adalah  Monitor terjadinya kejang berulang, Monitor karakteristik kejang, Monitor status neurologis, Monitor tanda-tanda vital, Baringkan pasien agar tidak jatuh, Pertahankan kepatenan jalan  napas.

Sejalan dengan penelitian Anita Rezki (2018) walaupun masih memakai NIC NOC dalam menentukan intervensi keperawatan pada pasien dengan demam kejang: memonitor suhu tubuh setiap 2 jam, monitor TTV, kompres hangat kuku, dan kolaborasi pemberian PCT infus dan tablet.

Dari kasus, teori dan penelitian Anita Reski (2018) intervensi yang muncul terdapat kesamaan dan perbedaan, namun tidak semua intervensi yang berkemungkinan muncul dapat ditemui pada kasus.

 

 

 

4.      Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan yang dilakukan juga sesuai dengan asuhan keperawatan yang disusun, implementasi di catat dalam bentuk catatan dokumentasi yang bertujuan untuk melihat perkembangan klien dan dapat memberikan asuhan keperawatan yang telah disusun.

Implementasi diberikan selama 3 hari berturut-turut, selama melakukan implementasi keperawatan peneliti menemukan adanya perubahan atau perkembangan klien setiap hari nya, dalam penanganan demam klien mendapatkan terapi paracetamol infus, mengompres hangat kuku guna menurunkan suhu tubuh .

Implementasi pertama dilakukan pada tanggal 17 juni 2021 dengan hipetermia yaitu Monitor suhu tubuh (TTV), Mengompres hangat kuku, Monitor kadar elektrolit, klien minum.

Implementasi kedua dilakukan pada tanggal 18 juni 2021 dengan gangguan pola tidur yaitu: Identifikasi pola aktifitas dan  tidur , Identifikasi faktor pengganggu tidur, Lakukan  prosedur untuk meningkatkan kenyamanan.

Implementasi ketiga yang dilakukan pada tanggal 19 juni 2021 dengan resiko defisit nutrisi yaitu: Monitor Bb, Anjurkan  makan sedikit tapi sering, Mengajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah  perilaku makan.

Sejalan dengan penelitian Anita Reski (2018) pada penelitianya implementasi yang diberikan  adalah mengontrol TTV, mengompres air hangat kuku, menganjurkan makan sedikit tapi sering, dan mengkolaborasi pemberian PCT.

 

5.      Evaluasi Keperawatan   

Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir setelah implementasi diberikan kepada klien selama 3 hari, dari hari pertama sampai hari ke tiga memperlihatkan adanya perbaikan terhadap penurunan suhu tubuh dengan memberikan antipiretik yang sesuai dengan program terapi yang telah ditentukan untu menurunkan suhu tubuh kien, serta terapi non farmakologi yaitu kompres pada daerah lipatan dan leher guna memberi rangsangan pada tubuh untuk mempengaruhi suhu, maka penatalaksanaan tersebut tampak adanya perubahan pada klien.

Hipetermia adalah peningkatan suhu tuhuh,menurut (TIM pokja SDKI,2016) ada penyebab dari hipetermia yaitu dehidrasi, terpapar lingkungan panas, proses penyakit (infeksi,kanker), ketidak sesuaian pakaian dan lingkungan, peningkatan laju metabolisme,respon trauma, aktifitas berlebuh, dan penggunaan incubator.

Sesuai dengan teori yang dijelaskan setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengand demam kejang diharapka leukosit anak normal kembali karena jika leukosit masi tinggi maka anak akan mengalami demam karena infeksi berserang ditubuh.

Hasil yang didapatkan pada klien di hari pertama hipetermia yang di alami klien belum teratasi, dihari kedua hipetermia pada klien teratasi sebagian dan pada hari ketiga hipetermia klien teratasi dan intervensi dilanjutkan.

Hasil yang didapatkanpada klien di hari pertama dengan masalah defisit nutrisi belum teratasi , pada hari kedua belum teratasi dan hari ketiga teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan

Hasil yang didapatkan pada klien dengan masalah gangguan pola tidur pada hari pertama belum teratasi, pada hari kedua teratasi sebagian dan pada hari ketiga masalah gangguanpola tidur sudah teratasi dan intervensi di lanjutkan.

Setelah dilakukan implementasi untuk keseluhan masalah keperawatan yang teratsi sebagian intervensi nya harus tetap dilanjutkan oleh perawat ruangan supaya mendapatkan hasil yang maksimal dan tidak terjadi demam kejang berulang dan komplikasi akibat demam kejang.

Sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh tim pokja SDKI, tim pokja SLKI, dan tim pokja SIKI, evaluasi pada pasien demam kejang bertujuan untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan melakukan pengkajian ulang. Untuk penentuan masalah teratasi atau tidak adalah dengan cara membandingkan SOAP dengan tujuan kriteria yang telah ditetapkan.

Sejalan dengan penelitian Anita Reski (2018) evaluasi pada pasien demam kejang adalah bertujuan untuk mengetahui masalah hipetermia, gangguan pola tidur, dan pola nafas tidak efektif sudah teratasi sebagian.

Berdasarkan pelaksanaan yang dilakukan pada pasien sama hal nya dengan pelaksanaan yang dilakukan menurut tim pokja SDKI, tim pokja SLKI, dan tim pokja SIKI, tidak ada ditemukan perbedaan. Hasil yang didapatkan dapat tercapai secara optimal dan pasien dapat sembuh. Penelitian dilakukan oleh peneliti terdapat kesamaan yaitu bertujuan untuk masalah hipetermia, gangguan pola tidur, dan resiko defisit nutrisi teratasi.

 


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

A.  Kesimpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan yang dilakukan pada An.A pada tanggal 17-19 juni 2021 maka dapat disimpulkan bahwa

1.    Klien dengan demam kejang mengalami keluhan seperti demam disertai kejang, badan lemah dan lesu, penuruan nafsu makan dan bahkan penurunan kesadaran. Sesuai dengan teoritis bahwa pada demam kejang klien umumnya mengalami demamtinggi, lemah, dan hilangnya kesadaran karena gangguan suplai otak O2 ke otak.

2.    Dari hasil pengkajian yang telah didapatkan diagnosa yang di dapatkan yaitu hipetermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) ditandai dengan kulit terasa hangat dan kejang, gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur ditandai dengan sering terjaga, Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan  makanan ditandai dengan ketidakmampuan mengarsobsi nutrient

3.    Rencana keperawatan pada An.A yang mengalami hipetermia, adalah : monitor suhu tubuh setiap 2 jam, monitor tekanan darah, nadi, dan pernapasan, berikan kompres hangat kuku, kolaborasi pemberian PCT infus dan tablet.  Rencana keperawatan pada gangguan nutrisi adalah dengan memberikan cairan yang cukup dan menganjurkan makan sedikit tapi sering, monitor TTV, monitor kekurangan cairan,monitor cairan yang keluar dan masuk.

4.    Implementasi pertama dilakukan pada tanggal 17 juni 2021 dengan hipetermia yaitu Monitor suhu tubuh (TTV), Mengompres hangat kuku, Monitor kadar elektrolit, klien minum.

Implementasi kedua dilakukan pada tanggal 18 juni 2021 dengan gangguan pola tidur yaitu: Identifikasi pola aktifitas dan  tidur , Identifikasi faktor pengganggu tidur, Lakukan  prosedur untuk meningkatkan kenyamanan.

Implementasi ketiga yang dilakukan pada tanggal 19 juni 2021 dengan resiko defisit nutrisi yaitu: Monitor Bb, Anjurkan  makan sedikit tapi sering, Mengajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah  perilaku makan.

5.Hasil yang didapatkan pada klien di hari pertama hipetermia yang di alami klien belum teratasi, dihari kedua hipetermia pada klien teratasi sebagian dan pada hari ketiga hipetermia klien teratasi dan intervensi dilanjutkan.

Hasil yang didapatkanpada klien di hari pertama dengan masalah defisit nutrisi belum teratasi , pada hari kedua belum teratasi dan hari ketiga teratasi sebagian dan intervensi dilanjutkan

Hasil yang didapatkan pada klien dengan masalah gangguan pola tidur pada hari pertama belum teratasi, pada hari kedua teratasi sebagian dan pada hari ketiga masalah gangguanpola tidur sudah teratasi dan intervensi di lanjutkan.

B.  Saran

Dengan selesainya dilakukan asuhan keperawatan pada klien dengan demam kejang, diharapkan dapat memberikan masukan terutama pada:

1.    Penulis / mahasiswa

Sebagai bahan acuan dalam pembuatan KTI selanjutnya serta menambah ilmu dalam bidang keperawatan terhadap klien dengan khususnya demam kejang dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional.

2.    Institusi Pendidikan

Sebagai bahan masukan untuk D III Keperawatan, Universitas Negri Padang (UNP) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar untuk perbandingan dalam memberikan asuhan keperawatan yang profesional.

3.    Bagi Pasien/Keluarga

Diharapkan kepada pasien dan keluarga agar menerapkan upaya-upaya kesehatan yang telah diketahui dan disarankan sesering mungkin demi menjaga kesehatan tubuh denga baik.

 

 

4.    RSUD Pariaman

Diharapkan rumah sakit meningkatkan, serta mempertahankan perencanaan dan evaluasi permasalahan yang ada di RSUD Pariaman dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien khususnya pada penyakit demam kejang pada anak.

 

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Desi. 2017. “Perawatan Anak Demam Kejang” Jurnal E-Clinic, Vol 4, no. 6.

Depkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Depkes RI. 2015. Peningkatan Kesehatan Indonesia – P2PL. Jakarta.

Hariadi, N. L, & Arifianto, (2017). Berteman Dengan Demam. Depok: KataDepan.

Hidayat, A. 2015. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Salemba Medika.

Leung, AK, Hon, KL & Leung, TN 2018, “ Febrile Seizures: an Overview: Drugs in Context, voL 7, no, 1, pp, 1-2.

Lestari, Titik. (2016). Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.

Moersintowarti. 2015. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: Sagung Seto.

Nagastiyah. 2015. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. 2018. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga.

Nursalam. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba medika.

Nursalam. (2017). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. (P.P Lestari, Ed) (4th ed). Jakarta: DPP PPNI.

Rekam Medik RSUD Pariaman. 2021. Angka Kejadian Demam Kejang 2021.

Soetjiningsih. 2015. Tumbuh Kembang Anak. Bali: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.      Jakarta.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.       Jakarta.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.          Jakarta.

WHO. (2015). A riview of  literature on healthy environment for the children in the eastern Mediterranean region: status of children lead exposure.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesimpulan Dinamika dan Masalah Kependudukan

Penerapan Metode Pesan Berantai Dalam Mata Pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII Mts Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman