Penerapan Metode Pesan Berantai Dalam Mata Pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII Mts Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATARBELAKANGMASALAH
Pembelajaran merupakan usaha yang sangat penting dalam mengikuti
proses dalam pendidikan karena pembelajaran itu merupakan interaksi antara guru
dan siswa, interaksi antara guru dan siswa tersebut bisa menjadikan siswa
mengetahui apa yang tidak diketahui siswa itu sebelumnya. Pembelajaran juga
dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan oleh guru, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang
lebih baik. Proses pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara individu
dengan lingkungannya, interaksi antara siswa dengan gurunya. Menurut Nana Sudjana keberhasilan suatu proses pendidikan sangat ditentukan oleh guru,
siswa dan juga lingkungan sekolah.[1]
Al-qur’an
sendiri telah mengemukakan contoh bagaimana manusia belajar melalui metode dari
masa lalu sampai masa sekarang yang selalu kita jumpai dalam setiap
pembelajaran sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surah (Q.S. Yusuf/12:2-3)[2]
إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ قُرۡءَٰنًا عَرَبِيّٗا
لَّعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ ٢ نَحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ أَحۡسَنَ ٱلۡقَصَصِ بِمَآ
أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ وَإِن كُنتَ مِن قَبۡلِهِۦ لَمِنَ ٱلۡغَٰفِلِينَ
٣
Artinya: Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran
dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya, Kami menceritakan kepadamu kisah
yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu
sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.(Q.S Yusuf ayat 2-3)
Menurut tafsir Al-Misbah karangan dari M. Quraish Shihab mengatakan
bahwa surah yusuf ayat 2 menafsirkan tentang bahwa Alqur’an memakai bahasa Arab
dan Allah SWT yang memilih bahasa itu, jika demikian, wahyu illahi kepada nabi
Muhammad SAW, yang disampaikan bukan hanya penyampaian kandungan maknanya
tetapi juga redaksinya, kata demi kata, yang semuanya dipilih dan disusun oleh Allah
SWT. Sedangkan surah yusuf ayat 3 menafsirkan tentang kisah yang dimana orang
yahudi pun ingin mendengarkan kisah tersebut.
Karena itu, kami kini dan juga di masa yang akan datang akan
menceritakan kepadamu kisah untuk memenuhi permintaan mereka dan juga untuk
menguatkan hati dan agar mereka menarik pelajaran.[3]
Jadi, kesimpulan surah yusuf ayat 2-3 bahwa Alqur’an diturunkan
dengan bahasa Arab bertujuan untuk manusia agar berakal, Alqur’an di turunkan dengan menggunakan
metode, ayat diatas menceritakan bahwa salah satunya Alqur’an diturunkan dengan
menggunakan metode kisah-kisah masa lalu. Begitu juga dengan pendidikan dalam
menyampaikan isi dari pendidikan perlu adanya sebuah metode.
Penggunaan metode pendidikan dapat diterapkan secara efektif, bisa
didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikis siswa memberikan pengaruh yang
sangat besar terhadap internalisasi nilai dan transformasi ilmu.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam menggunakan metode
pendidikan, seorang pendidik harus juga bisa memperhatikan kondisi jiwa atau
rohaninya, sebab manusia pada hakikatnya terdiri atas dua unsur yaitu jasmani dan
rohani, yang kedua – duanya merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.[4]
Pada pendidikan formal, terdapat proses
belajar mengajar, proses belajar dilakukan oleh para murid/siswa sebagai
seorang yang menerima pelajaran, sedangkan proses mengajar dilakukan oleh
tenaga pengajar seperti guru. Proses belajar mengajar merupakan inti dari
proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan
utama, peristiwa belajar mengajar memiliki banyak model dan metode.
Sehingga guru harus banyak mengetahui
macam-macam metode yang bisa membuat siswa menarik dan semangat dalam belajar,
jika siswa semangat dalam belajar maka dapat menunjang hasil belajar siswa.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong
upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil
teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan
alat-alat yang dapat disediakan di dalam sekolah dan tidak menutup kemungkinan
alat-alat tersebut di sesuaikan dengan tuntunan perkembangan zaman. Guru
sekurang-kurangnya dapat menggunakan metode didalam pembelajaran dalam upaya
mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.[5]
Namun demikian, pada kenyataannya tidak semua bahan pelajaran dapat
disajikan secara langsung. Untuk mempelajari bagaimana kehidupan makhluk hidup
di dasar laut, tidak mungkin guru membimbing siswa langsung menyelam ke dasar
lautan, atau membelah dada manusia hanya untuk mempelajari cara kerja organ
tubuh manusia, seperti cara kerja jantung ketika memompakan darah. Untuk
memberikan pengalaman belajar semacam itu, guru memerlukan alat bantu seperti
film atau foto-foto dan lain sebagainya.[6]
Seiring dengan kemajuan teknologi tersebut pada saat ini
pembelajaran terus mengalami perkembangan, sehingga menuntut guru agar dapat
membuat suatu inovasi-inovasi baru di dalam proses pembelajaran salah satunya
yaitu metode pembelajaran, metode merupakan suatu yang digunakan oleh guru
untuk mempermudah dalam menjelaskan pelajaran kepada siswa. Metode juga harus diwujudkan dalam proses
pendidikan, dalam rangka agar siswa dapat mengembangkan sikap mental dan
kepribadian agar siswa dapat menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan juga
efesien.[7]
Maka dari itu guru dituntut agar dapat menciptakan metode
yang menarik, kreatif dan inovatif sehingga membuat siswa termotivasi untuk
belajar. Metode belajar yang menarik dan kreatif sangat perlu diterapkan agar
siswa mendapatkan hasil belajar yang maksimal.
Ketika siswa mulai bosan dengan metode
belajar yang biasa-biasa saja yaitu dimana siswa hanya pasif menerima materi,
maka siswa tidak akan maksimal dalam menyerap materi pembelajaran yang
disampaikan oleh guru.
Dengan metode belajar yang menarik dan
kreatif menjadikan siswa tidak bosan
dalam belajar, siswa merasakan suasana yang lebih menyenangkan dalam belajar
sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Terdapat beberapa metode pembelajaran
seperti metode diskusi, sosiodrama dan tanya jawab. Banyak metode pembelajaran
yang menarik dan kreatif. Salah satunya adalah metode Pesan Berantai. Pesan
berantai adalah sebuah metode yang diterapkan dengan cara guru memberikan
sebuah informasi atau materi pelajaran yang di berikan kepada siswa dan siswa
tersebut juga menyampaikan materi tersebut kepada temanya yang lain.[8]
Yang dimana pelaksanaanya siswa dibagi menjadi
2 kelompok, masing-masing kelompok berdiri dan berbaris berjajar. Setelah itu
barulah guru memberikan materi pelajaran kepada
masing-masing kelompok dan salah satu siswa menyampaikan materi
pelajaran kepada temannya yang lain dan temannya menyampaikan lagi keteman
belakangnya sampai seterusnya dan yang mendapatkan materi terakhir siswa tersebut menyimpulkan materi yang
didapatkan dari teman-temannya dan di presentasikan ke depan kelas.[9]
Kegiatan tersebut merupakan proses belajar
mengajar yang salah satunya adalah bentuk kegiatan pemberian bantuan. Maka dari
itu guru membutuhkan suatu metode agar menunjang siswa lebih aktif dan juga
kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Alqur’an Hadist
bahwa guru yang mengajar di MTs Muhammadiyah Koto Tinggi khususnya untuk
mata pelajaran Alqur’an Hadist, guru masih menggunakan metode yang biasa
seperti metode ceramah, sehingga siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran,
banyak siswa yang izin keluar masuk kelas dan juga banyak siswa yang kurang
fokus dalam mengikuti pelajaran.[10]
Peran utama dalam
pengajaran adalah menciptakan model aktivitas pengajaran kuat dan tangguh.
Intinya adalah aktivitas pengajaran sebagai penataan lingkungan, pengaturan
ruang kelas, yang didalamnya para pelajar dapat berinterkasi dan belajar
mengetahui bagaimana caranya belajar.
Berkaitan dengan
efektivitas pengajaran, untuk mencapai pembelajaran aktif, satu aspek penting
adalah masalah metode yang digunakan guru dalam menciptakan suasana aktif.
Proses pembelajaran dengan metode ceramah, guru mendominasi pembicaraan
sementara siswa terpaksa atau bahkan dipaksa untuk duduk, mendengar dan
mencatat hal ini sangat tidak dianjurkan. Metode ceramah harus dikurangi bahkan
ditinggalkan.
Maka dari itu penulis tertarik untuk mencobakan
metode belajar yang menarik di kelas VIII Mts Muhammadiyah Koto
Tinggi Padang Pariaman dengan
menggunakan metode Pesan Berantai. Yang
mana dengan
menggunakan metode Pesan Berantai dapat menjadikan
proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan mengesankan bagi siswa dengan harapan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MTsMuhammadiyah
Koto Tinggi Padang Pariaman.
Berdasarkan permasalahan diatas penulis bermaksud melakukan penelitian
ini dengan mengangkat judul ”Penerapan Metode Pesan Berantai Dalam Mata
Pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII Mts Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman”.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini
adalah:
1.
Bagaimana penerapan metode Pesan Berantai pada mata
pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MTs Muhammadiyah Koto Tinggi
Padang Pariaman?
2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat penerapan
metode Pesan Berantai pada mata pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII
MTs Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman?
3. Bagaimana hasil belajar siswa setelah
diterapkan metode Pesan Berantai pada mata pelajaran Alqur’an Hadist di
kelas VIII MTs Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman?
C.
BATASAN MASALAH
Berdasarkan rumusan masalah yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka batasan masalahnya adalah Bagaimana Penerapan Metode
Pesan Berantai Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MtsMuhammadiyah Koto Tinggi Padang
Pariaman.
D.
TUJUAN PENELITIAN
Dalam penjelasan
yang masih bersifat umum ini, peneliti akan menjabarkan dalam bentuk tujuan
penelitian, sebagai berikut:
1.
Tujuan umum
Adapun tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui penerapan metode Pesan Berantai dalam
meningkatkan hasil belajar siswa pada
mata pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MTs Muahammadiyah Koto Tinggi
Padang Pariaman.
2.
Tujuan khusus
a.
Untuk
mengetahui bagaimana cara penerapan metode Pesan
Berantai dalam mata pelajaran
Alqur’an Hadist di kelas VIII MTs Muhammadiyah Koto
Tinggi Padang Pariaman.
b.
Untuk
mengetahui apa faktor pendukung dan penghambat penerapan metode Pesan
Berantai dalam mata pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MTs Muhammadiyah Koto Tinggi Padang
Pariaman.
c.
Untuk mengetahui meningkatkan hasil belajar siswa
setelah diterapkan metode Pesan Berantai pada mata pelajaran Alqur’an Hadist
di kelas VIII MTs Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman.
E.
MANFAAT PENELITIAN
Penelitian
ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
1.
Secara teoritis
Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dan menambah metode
dalam proses belajar mengajar agar lebih simpel dan menghemat waktu sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Alqur’an Hadist.
2.
Secara praktis
a.
Bagi guru:
menjadi alternatif bagi guru ketika proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa, dengan menggunakan metode Pesan Berantai agar guru lebih mudah menyampaikan materi
pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami materi yang disampaikan, selain
itu, guru dapat lebih kreatif dalam membuat metode yang lebih bervariasi dan
tepat untuk proses pembelajaran pada mata pelajaran Alqur’an Hadist .
b.
Bagi siswa:
dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dan dapat
membuat siswa aktif di dalam proses pembelajaran.
c.
Peneliti: untuk
menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti sebagai bekal untuk menjadi guru
yang profesional dan kreatif.
F.
PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian terdahulu adalah Penelitian
yang mendeskripsikan hasil-hasil
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan relevan dengan masalah yang diteliti. Selanjutnya peneliti menjelaskan posisi penelitiannya dengan cara mendeskripsikan persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukannya dengan penelitian-penelitian relevan yang disajikan dengan contoh sebagai berikut:
Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Ani Yulianti Rahayu (2014) dengan judul skipsi Meningkatkan
Kemampuan Menyimak Anak Usia Dini Melalui Permainan Pesan Berantai : Penelitian
Tindakan Kelas Kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah 7 Jl. Sindang Sirna no.7 Kecamatan Karang Setra Kota Bandung
Tahun Pelajaran 2014/2015. S1
thesis, Universitas Pendidikan Indonesia mengatakan bahwa dengan menggunakan
metode Pesan Berantai Kemampuan 2014/2015. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia
mengatakan bahwa dengan menggunakan metode Pesan Berantai Kemampuan menyimak anak TK Aisyiyah 7 kelompok B mengalami
peningkatan yang cukup optimal. Hal ini ditunjukan dengan kemampuan anak dalam mengarahkan
pandangan pada guru saat menjelaskan aturan permainan, tidak berbicara pada
saat guru menjelaskan peraturan permainan, tidak terpengaruh ketika teman
mengajak mengobrol/berbicara, tidak beranjak dari tempat duduk atau barisannya,
mampu mendemonstrasikan permainan pesan berantai, mampu melaksanakan
dua sampai tiga perintah secara sederhana, mampu mengulang kata atau kalimat
saat teman bertanya, mampu mengulang atau kalimat yang telah didengar
dan berani mengungkapkan pesan atau kata yang telah di dengar di hadapan guru
dan teman. Kemampuan anak tersebut menjadi lebih baik dan meningkat dibandingkan
dengan hasil yang dicapai ketika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
sebelum dilaksanakan permainan pesan berantai.[11]
Kedua, Penelitian
yang dilakukan oleh Royanih ‘‘Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui
Penerapan Metode Permainan Bisik Berantai pada kelas III MI Ath-Thoyiyibiyah
Kalideres Jakarta Barat 2013/2014. Penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Berdasarkan hasil tes siklus I peserta didik mengalami
peningkatan dari hasil tes pra siklus sebesar 51,96% menjadi 59,83 %. Pada siklus
II nilai rata-rata sebesar 79,58% dengan persentase 75,75. Jadi, kemampuan
menyimak melalui penerapan metode permainan bisik berantai
pada peserta didik kelas III MI Ath-Thoyyibiyyah Kalideres meningkat sebesar
7,79.[12]
Ketiga, Penelitian
yang dilakukan oleh Amalia Fauzia, mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang berjudul “ Pengaruh Metode Permainan Bahasa Bisik
Berantai Terhadap Keterampilan Menyimak Pantun” Skripsi ini menjelaskan
bahwa penggunaan metode pesan berantai dapat meningkatkan keterampilan menyimak
pada peserta didik kelas IV SDN Bekasi Jaya II.[13]
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Metode
Pembelajaran
1. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode dalam Bahasa Arab, dikenal dengan istilah Thariqah yang
berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan. Dan dapat juga digunakan dengan kata al-wasilah yang berarti
perantara atau mediator. Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta
yang artinya melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara. Jadi,
metode berarti suatu jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Adapun menurut istilah adalah metode berasal dari kata metoda dan logi.
Logi berasal dari bahasa yunani yang memiliki arti akal atau ilmu. Jadi
metodologi berarti ilmu tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk
mencapai suatu tujuan.[14]
Bila dihubungkan dengan pendidikan, metode bertujuan untuk mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar siswa menerima
pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik. Selain itu metode mengajar dapat diartikan
sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam membelajarkan siswa saat
berlangsungnya proses pembelajaran.
Metode menurut Hasan Langgulung dapat
diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai
tujuan pendidikan, sedangkan menurut Abd. Al-rahman Ghunaimah mendefinisikan
bahwa metode adalah cara-cara yang
praktis dalam mencapai tujuan pembelajaran dan yang terakhir menurut Ahmad Alqur’an Hadist mendefinisikan metode adalah
cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan mata pelajaran.[15]
Menurut Zuhairini, metode mengajar adalah salah
satu komponen dari proses pendidikan sebagai alat pencapaian tujuan dengan didukung
oleh alat-alat pengajaran lainnya yang merupakan satu kebulatan dalam suatu system pendidikan.[16]
Metode mengajar adalah cara yang ditempuh dalam mengajar untuk mencapai
tujuan pengajaran. Para tokoh pendidikan juga tidak pernah melepaskan
sorotannya mengenai masalah metode mengajar ini dan akan dikemukakan beberapa diantaranya
sebagai berikut:
a.
M. Atiyah
Al-Abrasy mengemukakan bahwa metode adalah jalan yang kita ikuti untuk memberikan
paham kepada murid-murid dalam segala macam pelajaran.
b.
Abd Rahim
Ghunaimah mengemukakan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis yang
menyalurkan tujuan-tujuan dengan maksud pengajaran.
c.
Ali Al
Jumbalathy mengemukakan bahwa metode adalah cara-cara yang diikuti oleh guru
untuk menyampaikan maksud pembelajaran kepada siswa sehingga mencapai kepada
pemahaman siswa dalam memahami pelajaran.[17]
Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan mengajar, metode diperlukan oleh guru dan
penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
pengajaran berakhir.[18]
Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan
sebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang
agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi
proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik
melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran merupakan aspek
kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Dalam
makna yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar guru
untuk membelajarkan peserta didiknya (mengarahkan interaksi peserta didik
dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai
tujuan yang diharapkan.[19]
Metode
pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan
digunakan oleh pendidik pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara
individual atau secara kelompok. Agar tercapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan, seseorang pendidik harus mengetahui berbagai metode, dengan
memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode, maka seorang pendidik akan
lebih mudah menetapkan metode efektif yang sesuai dengan situasi dan kondisi.
Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.
Syarat-syarat
yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik dalam penggunaan metode
pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.
Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau
gairah belajar siswa.
b.
Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih
lanjut.
c.
Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk
mewujudkan hasil karya.
d.
Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian
siswa.
e.
Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri
dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.
f.
Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai
dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.[20]
Metode
pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru untuk
membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana memperoleh dan memproses
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Menurut
Suryosubroto bahwa penilaian dalam metode pembelajaran meliputi:
a. Evaluasi formatif, dilakukan oleh guru
setelah satu pokok bahasan satuan pelajaran selesai dipelajari. Penilaian ini
dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan intruksional khusus kompetensi
dasar yang telah ditentukan dalam setiap satuan pelajaran.
b. Evaluasi sumatif, dilakukan oleh guru
setelah jangka waktu tertentu. Bisa pada akhir catur wulan, bisa juga pada
akhir semester, dan bisa juga dilakukan pada akhir satu tahun. Maksud
dilaksanakannya ujian akhir semester adalah untk mengetahui ketercapaian tujuan
intruksional umum standar kompetensi sehingga dijadikan dasar naik atau
tidaknya naiknya peserta didik pada kelas yang lebih tinggi.
c. Pelaporan hasil evaluasi, dimaksudkan untuk
mendokumenkan hasil belajar peserta didik, dan juga akan dijadikan bahan
laporan kepada orang tua peserta didik tentang kemajuan belajarnya.[21]
2. Jenis-Jenis Metode Mengajar dalam Penggunaan Metode Pembelajaran
Jenis-jenis metode mengajar adalah beberapa bentuk dari pelaksanaan dalam
cara-cara mengajar. Keanekaragaman jenis-jenis metode mengajar ini disebabkan
karena beberapa faktor. Jika dijabarkan secara rinci maka dapat dikemukakan
sebagai berikut:
a.
Tujuan yang
berbeda dari masing-masing jenis pelajaran sesuai dengan jenis, sifat, maupun
isi dari masing-masing mata pelajaran.
b.
Perbedaan latar
belakang individual anak, baik latar belakang kehidupan ,tingkat usia, maupun tingkat
kemampuan berfikirnya.
c.
Perbedaan
situasi dan kondisi dimana pendidikan berlangsung.
d.
Perbedaan
kemampuan dari masing-masing pendidik.
e.
Sarana dan fasilitas
yang ada berbeda-beda, baik kualitas ataupun kuantitas.[22]
3.
Pembagian Penggunaan Metode Pembelajaran
Metode
secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu:
a. Metode konvensional
b. Metode inkonvensional
Metode konvensional yaitu metode mengajar yang
lazim dipakai oleh guru atau sering disebut dengan metode tradisional.
Sedangkan metode inkonvensional yaitu suatu metode teknik mengajar yang baru
berkembang dan belum lazim digunakan secara umum, seperti metode mengajar
dengan modul, pengajaran berprogram, pengajaran unit, mechine program,
masih merupakan metode yang baru dikembangkan dan diterapkan di beberapa
sekolah tertentu yang mempunyai peralatan dan media yang lengkap serta guru
yang ahli dalam menanganinya.[23]
4. Prinsip-Prinsip Penggunaan Metode
Pembelajaran
Agar
dapat efektif, maka setiap metode harus memiliki prinsip-prinsip sebagai
berikut:
a. Metode tersebut harus memanfaatkan teori
kegiatan mandiri. Belajar merupakan akibat dari kegiatan peserta didik. Pada
dasarnya belajar itu berujud melalui pengalaman, memberi reaksi, dan melakukan.
b. Metode tersebut harus memanfaatkan hukum
pembelajaran. Kegiatan metode dalam
pembelajaran berjalan dengan cara tertib dan efisien sesuai dengan hukum-hukum
dasar yang mengatur pengoperasiannya. Hukum-hukum dasar menyangkut kesiapan,
latihan, dan akibat, harus dipertimbangkan dengan baik dalam segala jenis
pembelajaran.
c. Metode tersebut harus berawal dari apa yang
sudah diketahui peserta didik. Memanfaatkan pengalaman masa lampau peserta
didik yang mengandung unsur-unsur yang sama dengan unsur-unsur materi
pembelajaran yang dipelajari akan melancarkan pembelajaran.
d. Metode tersebut harus didasarkan atas teori
dan praktek yang terpadu dengan baik yang bertujuan menyatukan kegiatan
pembelajaran. Ilmu tanpa amal (praktek) seperti kayu tanpa buah.
e. Metode tersebut harus memperhatikan
perbedaaan individual dan menggunakan prosedur-prosedur yang sesuai dengan
ciri-ciri pribadi seperti kebutuhan, minat serta kematangan mental dan fisik.
f. Metode harus merangsang kemampuan berfikir
dan nalar para peserta didik. Prosedurnya harus memberikan peluang bagi
kegiatan berfikir dan kegiatan pengorganisasian yang sesakma. Prinsip kegiatan
mandiri sangat penting dalam mengajar peserta didik untuk bernalar.
g. Metode tersebut harus menyediakan bagi
peserta didik pengalaman-pengalaman belajar melalui kegiatan belajar yang
banyak dan bervariasi.
h. Metode tersebut harus menantang dan
memotivasi peserta didik kearah kegiatan-kegiatan yang menyangkut proses
deferensiasi dan integrasi.
i.
Metode tersebut harus memberi peluang bagi peserta
didik untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Dan memberi peluang pada guru
untuk menemukan kekurangan-kekurangan agar dapat dilakukan perbaikan dan
pengayaan (remedial dan anrichment).
j.
Kelebihan suatu metode dapat menyempurnakan
kekurangan/ kelemahan metode lain.
k. Suatu metode dapat dipergunakan untuk
berbagai jenis materi atau mata pelajaran memerlukan banyak metode.[24]
5. Manfaat Penggunaan Metode Pembelajaran
Manfaaat
metode mengajar dalam pendidikan islam dalah sebagai berikut:
a. Menolong siswa dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan, pengalaman, keterampilan, terutama berfikir ilmiah dan sikap dalam
satu kesatuan.
b. Membiasakan pelajar berfikir sehat, rajin,
sabar, dan teliti dalam menuntut ilmu.
c. Memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran
secara efektif dan efesien.
d. Menciptakan suasana belajar mengajar yang
konduksif, komunikatif, Sehingga dapat meningkatkan motivasi peserta didik.[25]
6. Macam-Macam Metode Pembelajaran
Adapun macam-macam metode pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode
penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya
sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak lepas dari
penjelasan guru secara lisan. Walaupun dalam proses demonstrasi siswa hanya
sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran
yang lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan
untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
2. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada
suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu
permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa,
serta untuk membuat suatu keputusan (Killen,1998). Oleh karena itu, diskusi
bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat
bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama.
Secara umum ada dua jenis metode diskusi yaitu yang pertama diskusi kelompok
dan diskusi kelompok kecil.
3. Metode simulasi
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura
atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan
cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk
memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan
sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat
dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Belajar bagaimana cara
mengoperasikan sebuah mesin yang mempunyai karakteristik khusus misalnya, siswa
sebelum menggunakan mesin yang sebenarnya akan lebih bagus melalui simulasi
terlebih dahulu. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan
terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.[26]
7. Metode
Pesan Berantai
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pesan
adalah perintah, nasehat, permintaan dan amanat yang disampaikan oleh orang
lain. Berantai adalah ikatan atau juga bisa disebut dengan pertalian. Jadi
pesan berantai adalah suatu perintah atau amanah yang disapaikan oleh orang
lain yang berupa ikatan atau pertalian yang dilakukan secara kelompok.[27]
Permainan
adalah dapat juga disebut dengan bermain (play) merupakan istilah yang
digunakan secara bebas atau permainan adalah kegiatan yang dilakukan untuk
kesenangan yang ditimbulkan. Permainan pesan berantai yaitu guru memberikan
materi atau informasi kepada siswa. Siswa tersebut menyampaikan materi atau
informasi tersebut kepada teman yang kedua dan yang kedua juga menyampaikan
kepada temannya yang ketiga begitu seterunya secara berantai. Siswa terakhir
baru menyimpulkan materi yang diperoleh dari temannya dan mempresentasikan
kedepan kelas[28]
1. Langkah-langkah metode permainan pesan berantai
a. Guru memberikan pengantar singkat tentang
pelaksanaan langkah-langkah pesan berantai.
b. Siswa dibagi menjadi 2 kelompok yang diatur
dengan berbaris ke belakang.
c. Guru memberikan materi yang diajarkan
kepada siswa.
d. Siswa
yang pertama menyampaikan materi yang di berikan guru kepada temanya
yang lain sampai seterusnya.
e. Setelah seluruh siswa mendapatkan materi
tersebut barulah siswa yang terakhir menampilkan hasil dari materi yang di peroleh dari teman-temannya di
depan kelas.[29]
2. Kelebihan dan kekurangan permainan pesan
berantai
Adapun kelebihan dan kekurangan permainan bisik
berantai adalah:
a. Kelebihannya yaitu meningkatkan keaktifan
siswa dalam proses belajar mengajar, melatih keterampilan bahasa, menarik minat
siswa dalam pembelajaran, menimbulkan rasa bahagia, tanpa beban dalam proses
belajar mengajar dan rasa kerja sama antar siswa.
b. Kekurangannya yaitu menimbulkan situasi
kelas yang ramai atau riuh, memerlukan waktu yang cukup lama, menimbulkan
interaksi siswa dan guru yang kurang kondusif. [30]
3. Pendapat peneliti terdahulu dan penulis
tentang metode Pesan Berantai dalam meningkatkan kemampuan dan juga
hasil belajar siswa
Menurut pendapat Ani Yulianti Rahayu (2014) dengan judul skipsi Meningkatkan
Kemampuan Menyimak Anak Usia Dini Melalui Permainan Pesan Berantai : Penelitian
Tindakan Kelas Kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah 7 Jl. Sindang Sirna no.7 Kecamatan
Karang Setra Kota Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015. S1 thesis,
Universitas Pendidikan Indonesia mengatakan bahwa dengan menggunakan metode Pesan
Berantai Kemampuan menyimak anak TK Aisyiyah
7 kelompok B mengalami peningkatan yang cukup optimal dengan kemampuan keterampilan menyimak anak yang berkembang sebanyak
25% sedangkan sebelum digunakan metode Pesan
Berantai keterampilan menyimak anak masih 0% maka dari itu dapat disimpulkan bahwa
keterampilan menyimak anak menggunakan metode Pesan Berantai dikatakan berhasil.
Sedangkan pendapat penulis metode Pesan
Berantai dapat meningkatkan hasil
belajar ditinjau dari nilai Ujian Akhir Siswa yang mana rata-rata nilai siswa
sudah mencapai batas KKM dengan rata-rata 81,4 yang mana dapat dibuktikan dengan
table berikut:
Tabel 1.2
Nilai ujian akhir setelah menggunakan
metode Pesan Berantai
No |
Nama
Siswa |
Nilai |
1 |
Aura Nurani Anasya |
95 |
2 |
Arpan Rahman |
80 |
3 |
Arfin Rahim |
78 |
4 |
Indra Jaya |
84 |
5 |
Derrizal Hakim |
76 |
6 |
Dio Abdul Rahman |
85 |
7 |
Uswatun Hasanah |
92 |
8 |
Rido Putra |
78 |
9 |
Rido Saputra |
80 |
10 |
Resa Oktaviani |
98 |
11 |
Refiza Zoya Putri |
80 |
12 |
Rendi Winara Candra |
75 |
13 |
Muhammad Rahman |
70 |
14 |
Misbah |
72 |
15 |
Miftahul Khaira |
91 |
16 |
M. Raihan |
82 |
17 |
Yolla Adrizal |
70 |
18 |
Salman al Parisi |
80 |
|
Total |
1466 |
|
Rata-Rata |
81.4 |
|
Nilai Tertinggi |
98 |
|
Nilai Terendah |
70 |
|
Nilai Pertengahan Media (Median) |
80 |
B.
Hasil Belajar
1.
Pengertian
hasil belajar
Belajar adalah kebutuhan setiap manusia agar bisa menjadi lebih baik daripada
sebelumnya dan terjadi perubahan kearah positif dalam hidupnya. Setiap orang
diwajibkan untuk belajar, sebagaimana firman Allah dalan ayat Al-qur’an yang
pertama turun menganjurkan umat manusia untuk belajar dalam surah al’Alaq ayat
1-5:
ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي
خَلَقَ ١ خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ
٢ ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣ ٱلَّذِي
عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥
Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama
Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah,
dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran
kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Hasil belajar dapat di jelaskan dengan memahami dua kata yang
membentuknya yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil menunjukan pada suatu
perolehan akibat dilakukannya suatu aktifitas atau proses yang mengakibatkan
berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi
merupakan perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan
menjadi bahan jadi. Sedangkan dalam pandangan behavioristik, belajar merupakan
sebuah prilaku membuat hubungan antara stimulasi dan respon dapat diperkuat
dengan menghubungkannya secara berulang-ulang untuk memungkinkan terjadinya
proses belajar dan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Para behavioris
meyakinkan bahwa hasil belajar akan lebih baik dikuasai kalau dihafalkan
secara berulang-ulang.
Sedangkan belajar menurut Slameto dalam
buku Tutik Rachmawati dan Daryanto, belajar adalah suatu proses yamng dilakukan
oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan dan menurut Tutik Rachmawati dan Daryanto belajar merupakan suatu
proses untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh pengetahuan keterampilan
untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.[31]
Dari
penjelasan di atas dapat disimpulkan belajar merupakan suatu proses untuk
mendapat pengetahuan dan keterampilan seseorang didalam mendapat ilmu melalui
belajar.
Pada
umumnya tujuan pendidikan dapat dimaksudkan kedalam tiga ranah yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik. Belajar dimaksudkan untuk menimbulkan perubahan perilaku yaitu
perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan-perubahan
inilah yang menjadi hasil dari proses pembelajaran.[32]
Menurut
Winkel dalam buku Purwanto hasil belajar adalah proses yang mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya, aspek perubahan itu mengacu
kepada taksonomi pengajaran yeng mencakup aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik.[33]
Menurut
ahmad Susanto secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang di peroleh anak setelah melalui kegiatan belajar karena, belajar
itu sendiri merupakan suatu proses seorang yang berusaha untuk memperoleh suatu
bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran
atau kegiatan indruksional, biasanya guru menetapkan tujuan pembelajaran anak
yang berhasil dalam belajar dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau
tujuan intruksional.[34]
Dari
penjelasan di atas dapat di simpulkan hasil belajar merupakan hasil perubahan
akibat belajar dari kemampuan yang diperoleh siswa setelah meneriman
pengalaman-pengalaman belajarnya yang diwujudkan dengan perubahan tingkah laku
baik dalam segi kognitif,afektif dan psikomotorik.
2.
Ciri-ciri hasil
Belajar
Ciri-ciri belajar
adalah adanya perubahan tingkah laku dalam diri in dividu artinya seseorang
yang telah mengalami proses belajar itu akan berubah tingkah lakunya, perubahan
tingkah laku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:[35]
a.
Perubahan yang
disadari, artinya individu yang melakukan proses pembelajaran menyadari bahwa
pengetahuan keterampilannya telah bertambah, ia lebih percaya pada dirinya, dan
sebagainya. jadi orang yang berubah tingkah lakunya karena mabuk tidak termasuk
dalam pengertian perubahan karena pembelajaran yang bersangkuatan tidak
menyadari apa yang terjadi dalam dirinya.
b.
Perubahan yang
bersifat berkesinambung, perubahan tingkah laku sebagai hasil pembelajaran akan
berkesinambungan artinya suatu perubahan yang telah terjadi menyebabkan
terjadinya perubahan tingkah laku yang lain, misalnya seorang siswa yang
belajar membaca ia akan berubah tingkah lakunya dari tidak dapat membaca
menjadi dapat membaca. Kecakapannya dalam membaca menyebabkan ia dapat membaca
lebih baik lagi dan dapat belajar yang lain, sehingga ia dapat memperoleh
perubahan tingkah laku hasil pembelajaran yang lebih banyak dan luas.
c.
Perubahan yang
bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil
pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan,misalnya
kecakapan dalam berbicara bahasa Inggris memberikan manfaat untuk belajar
hal-hal yang lebih luas.
d.
Perubahan yang
bersifat positif,artinya terjadi adanya pertambahan perubahan dalam individu.
e.
Perubahan yang diperoleh
itu senantiasa bertambah sehingga berbeda dengan keadaan sebelumnya, orang yang
telah belajar akan merasakan ada sesuatu yang lebih banyak, sesuatu yang lebih
baik, sesuatu yang lebih luas dalan dirinya. Misalnya ilmunya menjadi lebih
banyak, prestasinya meningkat, kecakapannya lebih baik dan sebagainya.
f.
Perubahan yang
bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, akan
tetapi melalui aktifitas individu. Perubahan yang terjadi karena kematangan,
bukan hasil pembelajaran karena terjadi dengan sendirinya meskipun tidak ada
usaha pembelajaran, misalnya, seorang siswa sudah sampai pada usia tertentu
akan dengan sendirinya dapat berjalan meskipun belum belajar.
g.
Perubahan yang
bersifat permanen atau menetap, artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil
pembelajaran akan berada secara kekal pada diri individu, setidak-tidaknya
untuk masa-masa tertentu. Ini berarti bahwa perubahan sebagai hasil belajar
karena bersifat sementara saja. Sedangkan kecakapan bersifat menetap dan
berkembang terus.
h.
Perubahan yang
bertujuan dan terarah artinya perubahan ini terjadi karena ada sesuatu yang
ingin di capai. Dalam proses pembelajaran semua aktifitas terarah kepada
pencapaian suatu tujuan tertentu.
3.
Indikator dan
Penilaian Keberhasilan
Belajar
a.
Indikator hasil
belajar
Yang menjadi petunjuk bahwa
suatu proses belajar mengajar diangap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut:
1)
Daya serap
terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara
individual atau kelompok.
2)
Perilaku yang
digariskan dalam tujuan pengajaran atau intruksional khusus telah dicapai oleh
siswa, baik secara individual atau kelompok.
b.
Penilaian hasil
belajar
Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar
tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan
ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat dogolongkan kedalam jenis
penilaian yaitu tes formatif, tes subsumatif dan tes sumatif yang dijelaskan
sebagai berikut:[36]
1)
Tes formatif
Penilaian ini
digunakan untuk mengukur satu atau berapa pokok bahasan tertentu untuk
bertujuan memperoleh gambaran tentang daya serap terhadap pokok bahasan
tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar
bahan tertentu dalam waktu tertentu.
2)
Tes subsumatif
Tes ini meliputi
sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu
tertentu.Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil tes ini dimanfaatkan unutuik
memperbaiki proses belajar mengajar dan di perhitungkan dalam menentukan nilai
rapor.
3)
Tes sumatif
Tes ini diadakan
untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah
diajarkan selama sartu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya
adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf
keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu, hasil
tes ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat atau sebagai
ukuran mutu sekolah.
4.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Dalam belajar banyak sekali faktor yang mempengaruhi, dari sekian
banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar menurut Wasty Soemanto
dalam buku Rohmalina Wahab dapat dikategorikan menjadi tiga hal yaitu:
a.
Faktor-faktor
stimulasi belajar
b.
Faktor-faktor metode
belajar
c.
Faktor-faktor
individual
Sedangkan menurut dalyono dalam buku Rohmalina wahab mengemukakan
dua faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar sebagai berikut:
a.
Faktor internal
1)
Kesehatan
Kesehatan jasmani dan
rohaninya memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kemampuan belajar jika
seseorang sakit atau kurang sehat akan mengakibatkan menurunya gairah belajar.
Dalam keadaan kurang sehat seseorang tidak akan konsentrasi dalam belajar,
dengan demikian kondisi badan yang sehat sangat membantu dalam belajar, oleh
karena itu, kesehatan sangat berperan dalam aktifitas belajar karena itu,
pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang baik fisik maupun
mental agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan
kegiatan belajar.
2)
Intelegensi dan
Bakat
Intelegensi dan bakat
merupakan aspek kejiwaan (psikis), memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
kemampuan belajar, seseorang yamng memiliki intelegensi yang baik umumnya mudah
dalam belajar dan hasil yang dicapainya cenderung baik.Sedangkan orang yamng
memiliki integensi yang rendah cenderung mengalami kesulitan dalam belajar,
lambat berfikir dan prestasi yang dicapainya rendah, kecerdasan intelegensi
mempunyai peranan yang besar dalam menentukan berhasil atau tidaknya seseorang
mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan dan pengajaran.
Di lain pihak, bakat juga
memiliki andil yang cukup besar dalam menentukan kebehasilan belajar. Seseorang
yang memiliki intelegensi yang tinggi dan bakat yang sesuai dengan bidang dalam
belajar, maka akan mendapatkan hasil dan prestasi yang baik pada bidangnya
masing-masing.
3)
Minat dan Motivasi
Minat adalah satu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu
hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah
penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri
semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar juga minat yang ada
pada diri individu tersebut. Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang
besar pengaruhnya dalam pencapaian prestasi belajar, minat dapat timbul karena
adanya daya tarik dari luar dan juga dari siri sendiri.Timbulnya minat belajar
disebabkan berbagai hal antara lain yaitu karena adanya keinginan yang tinggi.
Sedangkan motivasi agak berbeda dengan minat, karena motivasi adalah daya
penggerak atau pendorong untuk melakukan saseuatu yang dipengaruhi dari dalam
diri ataupun luar diri.
Motivasi yang berasal dalam diri disebut motivasi instristik
sedangkan yang berasal dari luar diri kita disebut motivasi ekstrinsik,
motivasi eksrinsik yaitu motivasi yang datang dari lingkungan misalnya, orang
tua, guru, teman dan anggota masyarakat lainnya. Kuat lemahnya motivasi belajar
seseorang turut mempengaruhi keberhasilannya, karena itu motivasi perlu
diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan senantiasa memikirkan
masa depan untuk mencapai cita-cita dengan belajar giat.
4)
Cara Belajar
Cara belajar mempengaruhi
pencapaian belajar seseorang karena tanpa memperhatikan teknik dan dan faktor
fsikiologis. Maka yang perlu diperhatikan adalah teknik-teknik belajar yang
baik dengan cara membaca, mencatat, menggaris bawahi, membuat ringkasan atau
kesimpulan dan perlu juga diperhatikan tentang penyesuian waktu belajar,
tempat, fasilitas, penggunaan media pengajaran dan penyesuian terhadap bahan
pelajaran.
a.
Faktor
Eksternal
1)
Keluarga
Faktor keluarga
sangat berpengaruh dalam keberhasilan belajar, yang paling utama sekali adalah
orang tua dalam memberikan bimbingan kepada anaknya, serta ketenangan dan
kerukunan antara ayah dan ibu sangat berpengaruh terhadap hasil belajar anaknya
karena jika orang tua rukun dalam keluarga anak tersebut juga dapat menangkap
mata pelajaran dengan baik dan juga dapat memberikan motivasi dalam belajar.
Faktor keluarga dalam rumah yaitu faktor besar kecilnya rumah tempat tinggal,
ada atau tidaknya peralatan atau media belajar seperti papan tulis, gambar, peta
ada atau tidaknya kamar atau meja belajar dan sebagainya semua itu juga dapat
mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang.
2)
Sekolah
Sekolah sebagai
tempat belajar mempunyai pengaruh terhadap tingkat keberhasilan belajar, dalam
sekolah kualitas seorang guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan
kemampuan anak, keadaan fasilitas sekolah keadaan ruangan, jumlah murid
perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah semuanya mempengaruhi keberhasilan
belajar siswa. Perhatian sekolah terhadap tata tertib sekolah utamanya tentang
disiplin akan meningkatkan prestasi belajar karena, sekolah yang tidak disiplin
mengakibatkan proses belajar mengajar terhambat dengan sering bolosnya anak
didik dan jarangnya guru masuk mengajar sangat mempengaruhi hasil belajar.
3)
Masyarakat
Keadaan masyarakat
juga merupakan salah satu komponen yang menentukan prestasi belajar siswa, bila
di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang
berpendidikan, terutama anak-anaknya bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal
ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Sebaliknya apabila tingga di
lingkungan banyak anak yang nakal dan tidak bersekolah hal ini akan mengurangi
semangat anak di dalam proses belajar sehingga motivasi belajar berkurang.[37]
Dalam
penelitian ini yang menjadi objek penilaian untuk hasil belajar adalah pada
aspek kognitif yang mencakup dari kemampuan mengingat, menganalisa dan
menjelaskan.
5. Jenis-Jenis Tes Hasil Belajar
Secara umum untuk melihat hasil belajar
seorang siswa dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes secara verbal dan tes
secara tulisan atau tes tindakan. Tes secara verbal adalah tes yang diadakan
secara lisan berupa wawancara atau tanya jawab antara guru dan siswa, sementara tes tulisan adalah tes dengan
memberikan sejumlah soal-soal yang sudah disusun oleh guru dan soal tersebut
akan dijawab oleh siswa. Dari hasil tes tersebut guru dapat mengukur sejauh
mana siswa mampu memahami pelajaran yang sudah diberikan guru. Selain berbentuk
soal-soal tes juga dapat dilakukan oleh guru dengan melihat tingkah laku siswa
di dalam maupun di luar kelas, jika sebuah pelajaran berhasil maka siswa akan
dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.[38]
Pihak - pihak yang dapat melakukan penilaian hasil
belajar siswa adalah pendidik (guru), satuan pendidikan (sekolah) dan
pemerintah. Penilaian pendidik adalah penilaian hasil belajar siswa yang
dilakukan secara berkesinambungan bertuujuan untuk membantu proses dan kemajuan
siswa serta untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran. Pendidikan oleh
pendidik merupakan penelitian pertama setelah siswa menjalani proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hasil penilaian yang dilakukan oleh guru
dapat diuji keakuratannya melalui penilaian oleh satuan pendidikan dan
pemerintah. Artinya penilaian yang dilakukan oleh guru akan sebanding atau
relatif sama dengan hasil penilaian yang dilakukan oleh satuan pendidikan dan
pemerintah. Siswa yang dikatakan kompeten juga melalui penilaian oleh satuan
pendidikan dan pemerintah.[39]
Penilaian oleh pendidik meliputi kegiatan
sebagai berikut:
a.
Menyampaikan atau menginformasikan silabus mata
pelajaran yang didalamnya memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal
semester.
b.
Mengembangkan indikator penyampaian kompetensi dasar (KD)
dan memilih teknik penelitian yang sesuai dengan karakteristik materi pada saat
menyusun silabus mata pelajaran.
c.
Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai
dengan teknik dan bentuk penilaian yang sudah dipilih atau ditentukan.
d.
Melaksanakan penilaian melalui tes, pengamatan, penugasan, atau bentuk lain yang
diperlukan.
e.
Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan
hasil belajar dan kesulitan belajar siswa.
f.
Mengembalikan hasil pekerjaan siswa disertai balikan
atau komentar yang mendidik bagi siswa.
g.
Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan
pembelajaran berikutnya.
h.
Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap
akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai
prestasi belajar siswa disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi
secara utuh (komprehensif).
Penilaian hasil belajar oleh satuan
pendidikan adalah penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh satuan pendidikan
yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi siswa pada semua mata
pelajaran. Penilaian oleh satuan pendidikan meliputi kegiatan berikut.[40]
a.
Menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap
mata pelajaran dengan memperhatikan karakteristik siswa, karakteristik mata
pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidikan.
b.
Mengorganisasikan Ulangan Tengah Semester (UTS),
Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas.
c.
Menentukan kriteria kenaikan kelas bagi satuan
pendidikan yang menggunakan sistem paket melalui rapat dewan penmdidik.
d.
Menentukan kriteria program pembelajaran bagi satuan
pendidikan yang menggunakan sisten kredit semester melalui rapat dewan
pendidikan.
e.
Menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran
estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan
melalui rapat dewan pendidikan dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh
pendidik.
f.
Menyelenggarakan
ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan siswa dari ujian
sekolah/madrasah sesuai dengan pos ujian sekolah/madrasah bagi satuan
pendidikan menyelenggarakan UN.
g.
Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua
kelompok mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada dinas pendidikan
kabupaten/kota.
h.
Menentukan
kelulusan siswa dari satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidikan dengan
kriteria menyelesaikan seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai menimal
baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok dan lulus UN.
i.
Menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional
(SKHUN) setiap siswa yang mengikuti ujian nasional bagi satuan pendidikan
penyelenggara Ujian Nasional (UN).
j.
Menerbitkan ijazah setiap siswa lulus dari satuan
pendidikan penyelenggara UN.
Sedangkan penilaian hasil belajar oleh
pemerintah adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai pencapian kompetensi
lulusan secara nasional pada pelajaran tertentu.[41]
C.
Mata Pelajaran Alqur’an Hadist
a.
Pengertian Mata Pelajaran Alqur’an Hadist
Kata
pelajaran merupakan perpaduan antara dua aktivitas yaitu, belajar dan
mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada
siswa, sementara cara mengajar secara intruksional dilakukan oleh guru. Jadi
istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar.[42]
Secara
etimologi Alqur’an artinya bacaan. Kata dasarnya qara’a
yang artinya membaca. Adapun pengertian Alqur’an dari segi istilah, para ahli
memberikan definisi sebagai berikut:
1. Menurut Manna Al-Qathan, Alqur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada
nabi Muhammad, dan membacanya adalah ibadah.
2. Menurut Abdul Wahhab Khalaf, Alqur’an adalah firman Allah yang
diturunkan kepada hati Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril dengan menggunakan
lafal bahasa Arab dan makna yang benar sebagai petunjuk bagi manusia dan
menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan
membacanya.[43]
Al-qur’an adalah kitab
petunjuk, yaitu petunjuk bagi manusia, mengenai petunjuk serta pemisah antara
hak dan batil.[44] Pengertian
dari Al-qur’an adalah kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW, dengan perantara malaikat jibril a.s yang di dalam
berisi pedoman hidup bagi manusia. Menurut Dr. subhi Ash-Shalih, Al-qur’an
merupakan kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan nabi Muhammad
dan di tulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawattir dam membacanya
bernilai ibadah.[45]
Dalam buku metodologi
pengajaran agama juga terdapat beberapa pendapat tentang Alqur’an, diantaranya:
1. K.H Munawar khalil menyatakan bahwa Alqur’an adalah firman Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang bersifat mukjizat dengan sebuah
surat dari padanya yang beribadah bagi yang membacanya.
2. Prof. Dr. T.M Hasbi Ash Shiddieqy menyatakan bahwa Al-Qur‟an adalah
kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang ditilawatkan dengan lisan
dan penulisannya secara mutawatir.
3. Fazlur Rahman mengartikan Alqur’an
merupakan sumber yang mampu menjawab semua persoalan.[46]
Menurut etimologi kata Hadist mempunyai banyak pengertian, yaitu
jalan atau tuntunan, setiap apa yang dikatakan, al-jadid berarti baru sebagai
lawan dari al-qadim yang berarti terdahulu atau lama. Sedangkan pengertian Hadist
secara terminologi menurut para ulama Hadist
pada umumnya membrikan definisi bahwa Hadist disamakan pengertiannya dengan
al-sunnah, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW
berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.
Sedangkan Ulama Ushul Fiqh memandang Nabi sebagai pembuat undang-undang
di samping Allah SWT. Oleh sebab itu mereka mendefinisikan Hadist Nabi adalah
perkataan-perkataan, perbuatan dan taqrir Rasul Allah SWT sebagai petunjuk dan
perundang-undangan.[47]
Berdasarkan buku metodologi pengajaran agama, menurut muhaddisin
bahwasannya Hadist adalah perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan, serta hal
ihwal Nabi SAW. Sedangkan ahli ushul fiqh mengatakan Hadist
adalah perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan, serta taqrir-taqrir Nabi yang
berkaitan dengan bidang hukum. Ahli ushul fiqh lain mengatakan bahwa Hadist
adalah perkataan-perkataan Nabi SAW yang dapat dijadikan dalil untuk penetapan
hukum syara’.
Dari rumusan pengertian menurut ahli ushul fiqh di atas, maka yang
dikatakan Hadist adalah perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan, serta
taqrir-taqrir Nabi khususnya yang berkaitan dengan penetapan hukum syara’.[48]
Pengertian Hadist merupakan isim (kata benda) yang secara bahasa
berarti kisah, cerita, pembicaraan, percakapan atau komunikasi baik Verbal
maupun lewat tulisan. Bentuk jamak dari Hadist adalah yang terpopuler dikalangan ulama Muhadistin
yaitu berbentuk Hadist
bentuk lainnya hutsdan dan hitsdan.
Dan yang dikatakan Hadist adalah sesuatu yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW, baik itu perbuatan, perkataan, perilaku dan lain sebagainya yang
bersangkutan Nabi Muhammad SAW untuk menjelaskan kandungan Al-qur’an. Dari
ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran
Alquran Hadist adalah proses belajar mengajar mengenai bagaimana memahami dan menjelaskan
makna dari serta hukum-hukum yang
terdapat didalamnya, agar kita tidak salah dalam melaksanakan apa saja perintah
dan larangan yang ada didalam Al-qur’an dan Hadist tersebut.
b. Tujuan Mata
Pelajaran Alqur’an Hadist
Tujuan
mata pelajaran Alqur’an Hadist adalah suatu pernyataan yang spesifik yang
dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan
yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Dalam klasifikasi tujuan
pendidikan, tujuan pembelajaran atau yang disebut juga dengan tujuan
intruksional, merupakan tujuan yang paling khusus, tujuan pembelajaran menjadi
tujuan kulikuler, didefenisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh
siswa setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu
dalam satu kalipertemuan, misalnya pelajaran surat Alfatihah dalam mata
pelajaran.
Pelajaran adalah
bagian dari upaya untuk mempersiapkan sejak dini agar siswa memahami, terampil
melaksanakan dan mengamalkan isi kandungan melalui kegiatan pendidikan. Tujuan
pembelajaran adalah agar siswa tersebut
dapat membaca, memahami, menulis, menghafal dan mengartikan isi kandungan dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi
orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Adapun tujuan mata pelajaran Alqur’an Hadist
dapat juga dibagi menjadi 3 bagian yaitu:
1. Meningkatkan kecintaan siswa terhadap
Alqur’an dan Hadist
2. Membekali siswa dengan dalil-dalil yang
terdapat dalam Alqur’an dan Hadist sebagai pedoman dalam menyikapi dan
menghadapi kehidupan
3. Meningkatkan kekhusyukan siswa dalam
beribadah, terlebih dalam sholat dengan menerapkan hukum bacaan tajwid serta
isi kandungan surah atau ayat dalam surat-surat pendek yang mereka baca.
(Kemenag,2015:6)
c. Fungsi Mata
Pelajaran Alqur’an Hadist
Fungsi
pelajaran Alqur’an Hadist adalah untuk memberikan kemampuan dasar kepada siswa
dalam membaca, menulis, membiasakan dan menggemari Alqur’an dan Hadist serta
menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat-ayat untuk mendorong, membina dan membimbing
akhlak dan perilaku siswa agar berpedoman kepada Al-qur’an dan Hadist.
d. Ruang Lingkup
Mata Pelajaran Alqur’an Hadist
Ruang lingkup
mata pelajaran Alqur’an Hadist dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ruang lingkup materi dan ruang lingkup
penyajian materi. Ruang lingkup materi mata pelajaran Alqur’an Hadist Madrasah
Tsanawiyah kelas VIII dapat dipetakan sebagai berikut:
1. Kelas VIII
Semester Ganjil
Tema/Bab |
Kompetensi Dasar |
Kuperindah
bacaan Alqur’an dengan Tajwid (Hukum bacaan Mad ‘iwadh, Mad Layyin dan Mad
‘Aridh Lissukun) |
·
Memahami ketentuan hukum
bacaan Mad ‘iwadh, Mad Layyin dan Mad ‘Aridh Lissukun dalam Alqur’an surah-surah
pendek pilihan. ·
Menerapkan hukum bacaan
Mad ‘iwadh, Mad Layyin dan Mad ‘Aridh Lissukun dalam Alqur’an surah-surah
pendek pilihan. |
Kugapai
rezekiMu dengan Ikhtiyarku |
·
Memahami isi kandungan QS.
Alqur’an Quraisy 106 dan QS. Al-Insyirah 94 tentang ketentuan rezeki Allah. ·
Mensimulasikan Memahami
isi kandungan QS. Alqur’an Quraisy 106 dan QS. Al-Insyirah 94 tentang
ketentuan rezeki Allah. |
Kebahagian anak
yatim adalah kebahagianku |
·
Memahami isi kandungan QS.
Al-Kautsar 108 dan QS. Al-Ma’un 107 tentang kepedulian sosial dan isi
kandungan Hadist tentang prilaku tolong menolong riwayat Al-Bukhari dan
Abdullah Ibnu Umar, dan Hadist riwayat Muslim dari Abu Hurairah, dan Hadist
tentang mencintai anak yatim riwayat Al-Bukhari dari Sahl bin Sa’ad, dan Hadist
riwayat Ibnu Majah dari Abu Hurairah dalam fonomena kehidupan dan akibatnya. ·
Mensimulasikan sikap
tolong menolong dan peduli terhadap anak yatim sesuai isi kandungan QS.
Al-Kautsar 108 dan QS. Al-Ma’un 107 dan sikap tolong menolong sesama muslim
sesuai isi kandungan Hadist tentang tolong menolong riwayat Al-Bukhari dan Abdullah Ibnu Umar,
dan Hadist riwayat Muslim dari Abu Hurairah, dan Hadist tentang mencintai
anak yatim riwayat Al-Bukhari dari Sahl bin Sa’ad, dan Hadist riwayat Ibnu
Majah dari Abu Hurairah. |
2. Kelas VIII Semester Genap
Tema/Bab |
Kompetensi Dasar |
Kuperindah
bacaan Alqur’an dengan Tajwid (Hukum Bacaan Lam dan Ra’) |
·
Memahami ketentuan hukum
bacaan lam dan ra’ dalam QS. Al-Humazah 104, QS. At-Takasur 102 dan
surah-surah lain dalam Alqur’an. ·
Mendemonstrasikan
ketentuan hukum bacaan lam dan ra’ dalam QS. Al-Humazah 104, QS. At-Takasur
102 dan surah-surah lain dalam Alqur’an.
|
Kuraih
ketenangan hidup dengan menghindari sikap tamak |
·
Memahami isi kandungan QS.
Al-Humazah 104 dan QS. At-Ttakasur 102 tentang sifat cinta dunia dan
melupakan kebahagiaan yang hakiki. ·
Mensimulasikan sikap yang
sesuai dengan isi kandungan QS. Al-Humazah 104 dan QS. At-Ttakasur 102
tentang sifat cinta dunia dan melupakan kebahagiaan yang hakiki. |
Keseimbangan
hidup dunia dan akhirat |
·
Memahami isi kandungan Hadist
tentang prilaku keseimbangan hidup di dunia dan akhirat riwayat Ibnu
Asakirdari Anas dan Hadist riwayat Muslim dari Abu Hurairah dan Hadist
riwayat Al-Bukhari dari Zubair bin Awwam. |
Menurut Permenag no.20 tahun 2008 ruang
lingkup mata pelajaran Alqur’an Hadist terbagi menjadi tiga bagian. yaitu:
1.
Pengetahuan
dasar membaca dan menulis Al-qur’an yang benar sesuai dengan kaidah ilmu
tajwid.
2.
Hafalan
surat-surat pendek dalam Al-qur’an dan pemahaman sederhana tentang arti dan
makna kandungannya, serta pengalamanya melalui keteladanan dan pembiasaan dalam
kehidupan sehari-hari.
3.
Pemahaman dan
pengalaman melalui keteladanan dan pembiasaan mengenai Hadist-Hadist yang
berkaitan dengan keutamaan membaca Al-qur’an, kebersihan, niat, menghormati
orang tua, persaudaraan, silahturrahim, taqwa, menyayangi anak yatim, shalat
berjamaah, ciri-ciri orang munafik dan amal shaleh.
e.
Model Pelajaran Alqur’an Hadist Dalam
Membentuk Kompetensi Siswa
Pendekatan pembelajaran pada hakikatnya adalah sudut pandang guru
terhadap proses pembelajaran, yang menunjuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, mewadahi, menginspirasi,
menguatkan dan melatar belakangi metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.[49] Roy Killen dalam Wina Sanjaya menyebutkan ada dua pendekatan yaitu
pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan
pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approaches).[50]
International
Baccalaureate dalam Miftahul Huda menawarkan berbagai pendekatan
pembelajaran yang dapat diaplikasikan didalam kelas. Antara lain pendekatan
organisasional, kolaboratif, komunikatif, informatif, pendekatan reflektif,
berfikir dan berbasis masalah.[51]
Pendekatan organisasional, memiliki tujuan
mengarahkan siswa untuk mengatur dan mengorganisasikan seluruh aspek
pembelajaran agar berjalan teratur dan sesuai terget. Pendekatan kolaboratif
lebih berfokus agar siswa mengembangkan aspek sosialnya dengan adanya
komunikasi dan interaksi dalam tim.
Pendekatan
komunikatif mengarahkan siswa untuk mampu membaca dan menulis, belajar dari
orang lain, penggunaan media dan mampu menerima dan menyampaikan informasi.
Pendekatan informatif memfokuskan siswa untuk mampu mencari pengetahuan dan
informasi denagn baik yang kemudian siswa mampu mengakses dan mengolah
informasi.
Pendekatan
reflektif bertjuan agar siswa mengenali dan sadar dengan kemampuan yang dia
miliki. Dan terakhir adalah pendekatan berfikir dan berbasis masalah,
pendekatan ini mengarahkan siswa untuk mampu meneliti dan mengemukakan pendapat
sampai pada membuat hubungan-hubungan dan analisis.
D. Profil Sekolah MTsMuhammadiyah Koto Tinggi
Padang Pariaman
Identitas Madrasah
Kepala Madrasah : Arif Rahman
Akreditasi : B
Kurikulum :
Waktu Belajar : Pagi
NSM : 121213050011
NPSN : 10311181
Status : Swasta
Bentuk Pendidikan : MTsS
Penyelenggara : Perorangan
SK Pendirian Sekolah : kw/03/2-e/pp.006/MTs/90/2014
Tanggal SK Izin Operasional : 2014-03-19
Tenaga Pendidik : 18 Orang
Peserta Didik :
Sarana Prasarana : 3 Ruang Kelas
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif
deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan
angka-angka.[52]
Menurut Bogdan dan Taylor, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong,
penelitian kualitatif dalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.[53]
Sementara itu, penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang
ditunjukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada,
baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia.[54]
Adapun tujuan dari penelitian deskriptif
adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai
fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini digunakan untuk
mengetahui bagaimana penerapan metode Pesan Berantai dalam meningkatkan
hasil belajar siswa pada mata pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII
MTs Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman
B.
Tempat dan
waktu penelitian
1.
Tempat
penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mendapat gambaran dan informasi yang lebih jelas, lengkap,
serta memungkinkan dan mudah bagi peneliti untuk melakukan penelitian
observasi. Oleh karena itu maka penulis menetapkan lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan.
Dalam hal ini Tempat yang dijadikan objek penelitian adalah di MTs
Muhammadiyyah Koto Tinggi Pakandangan Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan
terhadap siswa kelas VIII MTs Muhammadiyyah Koto
Tinggi.
2.
Waktu
penelitian
Adapun
waktu yang ditempuh oleh peneliti untuk memperoleh data-data yang
berhubungan dengan objek penelitian lebih kurang dilakukan selama 28 agustus sampai dengan 2 Oktober 2019 ).
Tabel
3.1
Jadwal
penelitian
No |
Kegiatan |
Waktu |
1. |
Pesiapan, pembagian
kelompok, dan pelaksanaan proses pembelajaran pada pertemuan pertama |
28 Agustus
2019 |
2. |
Pelaksanaan proses
pembelajaran pada pertemuan kedua |
4 September 2019 |
4. |
Pelaksanaan proses pembelajaran pada pertemuan
ketiga |
18 September 2019 |
5. |
Pelaksanaan
Ujian Akhir pelajaran Alqur’an Hadist kelas VIII
MTsMuhammadiyah Koto Tinggi |
25 September 2019 |
6. |
Kesimpulan |
2 Oktober 2019 |
Berdasarkan
pada tabel 3.1 dapat dilihat penjabaran jadwal penelitian dari persiapan sampai
kesimpulan dengan jadwal yang telah ditetapkan.
C. Sumber Data
Menurut Lofland
sebagaimana yang telah dikutip oleh Lexy. J. Moleong dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif,
mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah
kata-kata dan tindakan, selebihnya berupa data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada
bagian ini jelas datanya dibagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data
tertulis, foto dan statistic.[55]
Sedangkan yang dimaksud dengan sumber data dalam
penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila menggunakan wawancara dalam mengumpulkan datanya maka
sumber datanya disebut informan, yaitu orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan baik secara tertulis maupun lisan. Apabila menggunakan
observasi maka sumber datanya adalah
berupa benda, gerak, atau proses sesuatu. Apabila menggunakan dokumentasi, maka
dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber datanya.[56]
Dalam
penelitian ini sumber data primer berupa kata-kata diperoleh dari wawancara
dengan guru bidang studi Alqur’an Hadist di kelas VIII Mts Muhammadiyah Koto
Tinggi Padang Pariaman mengenai kendala dalam proses belajar mengajar pada mata
pelajaran Alquran Hadist. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa
nilai tes Ulangan Harian mata pelajaran Alquran
Hadist di kelas VIII Mts Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman,
absensi siwa, serta foto-foto dokumentasi pada saat proses belajar mengajar
menggunakan metode Pesan Berantai.
D.
Fokus Penelitian
Kajian
penelitian ini difokuskan pada penerapan metode pesan berantai pada mata
pelajaran Alquran Hadist kelas VIII Mts Muhammadiyah Koto Tinggi Padang
Pariaman.
G.
Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
a. Observasi
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi partisipan.
Dimana peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang
diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.[57]
Dalam observasi secara langsung
ini, peneliti selain berlaku sebagai pengamat penuh yang dapat melakukan
pengamatan terhadap gejala atau proses yang terjadi di dalam situasi yang
sebenarnya yang langsung diamati oleh observer, juga sebagai pemeran serta parsipan
yang ikut melaksanakan proses belajar mengajar pada mata pelajaran Alqur’an Hadist.
Observasi langsung ini
dilakukan peneliti untuk mengoptimalkan data mengenai pelaksanaan pembelajaran
Alquran Hadist di kelas VIII Mts Muhammadiyah Koto Tinggi Padang pariaman
dengan menggunakan metode permainan pesan berantai.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan.[58]
Dalam hal ini, peneliti
menggunakan wawancara terstruktur, dimana seseorang pewawancara menetapkan
sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk mencari jawaban
atas hipotesis yang disusun dengan ketat. [59]
Dalam melaksanakan teknik
wawancara (interview), pewawancara harus mampu menciptakan hubungan yang
baik sehingga informan bersedia bekerja sama, dan merasa bebas berbicara dan
dapat memberikan informasi yang sebenarnya. Teknik wawancara yang peneliti gunakan
adalah secara terstruktur (tertulis) yaitu dengan menyusun terlebih dahulu
beberapa pertanyaan yang akan disampaikan kepada informan.
Hal ini dimaksudkan agar
pembicaraan daam wawancara lebih terarah dan fokus pada tujuan yang dimaksud
dan menghindari pembicaraan yang terlalu melebar. Selain itu juga digunakan
sebagai patokan umum dan dapat dikembangkan peneliti melalui pertanyaan yang
muncul ketika kegiatan wawancara berlangsung.[60]
Metode wawancara peneliti
gunakan untuk menggali data terkait pada penerapan metode Pesan Berantai pada
mata pelajaran Alqur’an Hadist di Mts Muhammadiyah Koto
Tinggi Padang Pariaman adalah Ibuk
Yusal Fitriyanti Spd.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.
Pembahasan Hasil
Penelitian
1.
Penguasaan
Materi
Guru harus menguasai materi yang akan
diajarkan pada siswa sebelum melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Materi
pada pembelajaran Alquran Hadist ini adalah Hukum bacaan mad dalam surah-surah
pendek pilihan dalam Alquran, yang terdiri dari beberapa hukum bacaan yaitu;
Mad iwadh, mad layyin, dan mad aridh lissukun. Yang mana penjelasannya sebagai
berikut:
a. Mad
Iwadh
Mad Iwadh secara
bahasa mad artinya panjang, dan Iwadh berarti pengganti.
Sedangkan menurut istilah, mad Iwadh yaitu mad yang terjadi apabila ada fathatain.
Yang berada di akhir ayat atau tanda waqaf. Bacaan mad disini menggantikan
bunyi fathatain. Cara membacanya
dipanjangkan dua harakat atau satu alif. Contoh hokum bacaan mad Iwadh terdapat
pada surah al-Kahfi ayat 110.
قُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۠
بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ يُوحَىٰٓ إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۖ
فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ عَمَلٗا صَٰلِحٗا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا ١١٠
Juga terdapat pada surah an-Nashr ayat 3 dan juga
terdapat dalam Surah Al-Insyirah ayat
5 – 6 Perhatikan lafal berikut:
Surah an-Nashr ayat 3
فَسَبِّحۡ
بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱسۡتَغۡفِرۡهُۚ إِنَّهُۥ كَانَ تَوَّابَۢا
٣
Surah Al-Insyirah ayat 5 – 6
. فَإِنَّ
مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا ٥ إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا ٦
Khusus fathatain yang berada pada huruf ta marbutah tidak
dibaca mad karena huruf tersebut jika diwaqafkan berubah bunyi menjadi huruf ha.
b. Mad Layyin
Menurut bahasa mad berarti panjang, dan Layyin
artinya lunak. Sedangkan menurut istilah mad Layyin adalah mad yang
terjadi apabila ada wau sukun atau ya sukun yang didahului huruf berharkat
fathah dan setelahnya berupa huruf hidup yang dibaca waqaf. Cara membacanya
boleh dipanjangkan sebanyak dua, empat, atau enam harakat. Contoh mad Layyin
terdapat pada surah Quraisy ayat
1-2, surah Ali ‘Imran ayat 26.
Surah Quraisy ayat 1-2
لِإِيلَٰفِ قُرَيۡشٍ ١ إِۦلَٰفِهِمۡ
رِحۡلَةَ ٱلشِّتَآءِ وَٱلصَّيۡفِ ٢
Surah Ali ‘Imran ayat 26
قُلِ
ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِي ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ
مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُۖ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ٢٦
c. Mad Aridh Lissukun
Secara bahasa, mad artinya
panjang, ‘aridh berarti baru/tiba-tiba ada dan sukun artinya mati. Menurut
istilah, mad yang terjadi apabila ada huruf mad (wau, alif, atau ya)
yang berada di akhir ayat atau tanda waqaf. Cara membaca mad ‘aridh lissukun
ada tiga macam yaitu:
§ Boleh dibaca dua harakat (qashr),
§ Boleh dibaca empat harakat (tawassuth)
§ Boleh dibaca enam harakat (thul)
Tetapi yang paling utama dibaca dengan
panjang bacaan enam harakat. Contoh bacaan mad ‘aridh lissukun terdapat pada
surah al-Ma’un ayat 1, surah yasin ayat 9 dan surah az-Zumar ayat 20.
Surah al-Ma’un ayat 1
أَرَءَيۡتَ ٱلَّذِي
يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ ١
Surah Yasin ayat 9
وَجَعَلۡنَا
مِنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ سَدّٗا وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدّٗا فَأَغۡشَيۡنَٰهُمۡ
فَهُمۡ لَا يُبۡصِرُونَ ٩
Az-Zumar ayat 20
لَٰكِنِ
ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ رَبَّهُمۡ لَهُمۡ غُرَفٞ مِّن فَوۡقِهَا غُرَفٞ مَّبۡنِيَّةٞ
تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ وَعۡدَ ٱللَّهِ
لَا يُخۡلِفُ ٱللَّهُ ٱلۡمِيعَادَ
٢٠
.
2. Langkah – langkah penerapan metode Pesan Berantai pada Mata Pelajaran Alquran Hadist Kelas VIII MTs Muhammadiyah Koto
Tinggi Padang Pariaman
Adapun langkah-langkah penerapan metode Pesan Berantai pada Mata Pelajaran Alquran Hadist Kelas VIII Mts M Muhammadiyah
Koto Tinggi Padang Pariaman adalah sebagai berikut:
a.
Pembagian kelompok siswa
Pada hal ini guru membagi siswa yang
berjumlah delapan belas orang menjadi dua kelompok. Dimana satu kelompok
berisikan sembilan orang siswa.
b.
Pembagian Materi
Pada kegiatan selanjutnya guru membagikan
materi pelajaran pada dua kelompok siswa. dimana materi yang diajarkan pada
saat itu adalah materi tentang hukum bacaan mad dalam surah-surah pendek
pilihan dalam Alquran. yaitu hukum bacaan Mad
iwadh, mad layyin, mad ‘Aridh Lissukun.
Materi yang dibagikan guru kepada siswa
sudah berupa ringkasan materi yang dibuat oleh guru dengan selembaran kertas
potongan kecil.
c.
Pelaksanaan Metode Pesan Berantai
Setelah guru membagikan materi di kertas
kecil kepada dua kelompok siswa, kemudian siswa yang terdiri dari duak kelompok
tersebut di instruksikan untuk berbaris berbanjar kebelakang sesuai kelompok
masing-masing.
Kemudian materi yang diberikan kepada
masing-masing ketua kelompok tersebut mulai di sampaikan siswa kepada teman
sekelompoknya secara berbisik antara satu siswa dengan siswa lainnya hingga
siswa yang terakhir di barisan kelompok.
d.
Penyimpulan Materi
Pada hal ini, siswa yang bagian akhir
barisanlah yang akan menyimpulkan materi yang telah di sampaikan dengan cara
berantai tadi ke depan kelas.
3.
Deskripsi hasil penerapan metode Pesan Berantai pada Mata Pelajaran Alquran Hadist Kelas VIII Mts Muhammadiyah Koto
Tinggi Padang Pariaman disetiap pertemuannya adalah:
a.
Pada pertemuan pertama peneliti menjelaskan
mengenai penggunaan metode Pesan Berantai. Setelah peneliti menjelaskan mengenai
metode Pesan Berantai, barulah peneliti masuk dalam pembelajaran hukum bacaan
mad dalam surah-surah pendek pilihan yaitu hukum bacaan mad ‘Iwadh. Setelah itu baru peneliti menampilkan potongan-potongan ayat yang
telah disediakan oleh peneliti dan ditempelkan di papan tulis, peneliti
menyuruh siswa untuk mengamati potongan ayat tersebut dan memberikan jawaban
atas apa yang telah diamati oleh siswa dan juga peneliti mengadakan tanya jawab
dengan siswa tentang apa yang mereka ketahui tentang materi tersebut. Kegiatan ini bermaksud untuk meningkatkan
kognitif yang telah dimiliki siswa agar lebih siap menghadapi pembelajaran
tersebut.
Selanjutnya baru peneliti menyuruh siswa
untuk berdiri sejajar dengan saling berhadapan dengan siswa lainnya dan siswa
tersebut saling berbagi tugas untuk dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan
ini siswa diberikan waktu sekitar 20 menit untuk mendiskusikan tugas yang
diterima. Setelah berdiskusi, siswa yang terdiri dari 2 kelompok tersebut
mendiskusikan materi yang diberikan oleh guru dan disampaikan kepada temannya
yang pertama setelah itu siswa yang pertama menyampaikan kepada temannya yang
kedua, siswa yang kedua menyampaikan kepada siswa yang ketiga, demikian
seterusnya. Setelah itu barulah masing-masing kelompok memilih salah satu dari
kelompok untuk menjelaskan pelajaran yang telah didapat tadi dan terakhir
barulah menyimpulkan pelajaran tersebut. Siswa yang terakhir tersebut
mempresentasikan materi yang didapatkan dari semua informasi tersebut.
Diakhir pertemuan peneliti memberikan
penguatan dari kesimpulan yang sudah diambil siswa. Pada pertemuan pertama ini
Alhamdulillah semua siswa hadir dalam mengikuti pelajaran Alqur’an Hadist.
Selama proses pembelajaran terlihat siswa sangat antusias mengikutinya hingga
proses pembelajaran usai, mereka terlihat aktif mengikuti proses dan
bersemangat menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami. Pertemuan pertama ini
dilakukan pada hari rabu tanggal 28 Agustus 2019 pada pukul 08:30 sampai pukul
10:10.
b. Pertemuan kedua dilakukan pada hari rabu tanggal 4
September 2019 pada pukul 08:30 sampai
pukul 10:10. Pada pertemuan kedua ini, sebelum memasuki pembelajaran
selanjutnya yang bertema mad Layyin, terlebih dahulu peneliti menanyakan
pembelajaran yang lalu, pertanyaan ini agar siswa masih ingat dengan pelajaran
sebelumnya setelah itu barulah memasuki pembelajaran baru yang bertema mad
Layyin, pada pertemuan kedua ini, peneliti juga membagi siswa menjadi 2 kelompok, masing-
masing kelompok terdiri dari 9 siswa. Sebelum masuk dalam pembelajaran hukum
bacaan mad Layyin, peneliti menanyakan terlebih dahulu kesiapan siswa
dalam mengikuti mata pelajaran Alqur’an Hadist.
Selanjutnya baru peneliti menyuruh siswa
untuk berdiri sejajar dengan saling berhadapan dengan siswa lainnya dan siswa
tersebut saling berbagi tugas untuk dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan
ini siswa diberikan waktu sekitar 20 menit untuk mendiskusikan tugas yang
diterima. Setelah berdiskusi, siswa yang terdiri dari 2 kelompok tersebut
mendiskusikan materi yang diberikan oleh guru dan disampaikan kepada temannya
yang pertama setelah itu siswa yang pertama menyampaikan kepada temannya yang
kedua, siswa yang kedua menyampaikan kepada siswa yang ketiga, demikian
seterusnya. Setelah itu barulah masing-masing kelompok memilih salah satu dari
kelompok untuk menjelaskan pelajaran yang telah didapat tadi dan terakhir
barulah menyimpulkan pelajaran tersebut. Siswa yang terakhir tersebut
mempresentasikan materi yang didapatkan dari semua informasi tersebut. Setelah
itu barulah masing-masing kelompok memilih salah satu dari kelompok untuk
menjelaskan pelajaran yang telah didapat tadi dan terakhir barulah menyimpulkan
pelajaran tersebut. Pada pertemuan kedua ini siswa lebih cepat menangkap
pelajaran karena siswa sudah mulai mengerti dengan metode Pesan Berantai sehingga
siswa lebih antusias dalam mengikuti pelajaran. Pertemuan ini dihadiri lengkap
18 orang siswa kelas VIII.
c. Pertemuan ketiga dilakukan pada hari rabu tanggal 11
September 2019 pada pukul 08:30 sampai pukul 10:10. Pada pertemuan ini
dilaksanakan seperti sebelumnya di awali dengan pengulangan pelajaran yang lalu
dan melakukan permainan game sebelum masuk kepelajaran yang baru untuk membuat
siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran dari awal sampai pelajaran
selesai.
Pada
pertemuan ketiga ini dilanjutkan dengan mempelajari mad ‘Aridh Llissukun
dengan menggunakan metode Pesan Berantai. Selanjutnya baru peneliti
menyuruh siswa untuk berdiri sejajar dengan saling berhadapan dengan siswa
lainnya dan siswa tersebut saling berbagi tugas untuk dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan ini siswa diberikan waktu
sekitar 20 menit untuk mendiskusikan tugas yang diterima. Setelah berdiskusi,
siswa yang terdiri dari 2 kelompok tersebut mendiskusikan materi yang diberikan
oleh guru dan disampaikan kepada temannya yang pertama setelah itu siswa yang
pertama menyampaikan kepada temannya yang kedua, siswa yang kedua menyampaikan
kepada siswa yang ketiga, demikian seterusnya. Setelah itu barulah
masing-masing kelompok memilih salah satu dari kelompok untuk menjelaskan
pelajaran yang telah didapat tadi dan terakhir barulah menyimpulkan pelajaran
tersebut. Siswa yang terakhir tersebut mempresentasikan materi yang didapatkan
dari semua informasi tersebut. Setelah itu barulah masing-masing kelompok
memilih salah satu dari kelompok untuk menjelaskan pelajaran yang telah didapat
tadi dan terakhir barulah menyimpulkan pelajaran tersebut. Pada pertemuan kedua
ini siswa lebih cepat menangkap pelajaran karena siswa sudah mulai mengerti
dengan metode Pesan Berantai sehingga siswa lebih antusias dalam
mengikuti pelajaran.
Pada pertemuan ketiga ini siswa lebih cepat
menangkap pelajaran karena siswa sudah faham dengan metode Pesan Berantai sehingga siswa lebih semangat dalam mengikuti
pelajaran. Pada pertemuan ketiga ini dihadiri 15 siswa karena ada 3 orang siswa
yang sakit. Pada pertemuan ini Alhamdulillah siswa sangat bersemangat dalam
mengikuti pelajaran dan sangat antusias dikarenakan diadakan nya game yang
menbuat siswa bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
d. Pada pertemuan keempat dilakukan
hari rabu pada tanggal 18 September 2019 pada pukul 08:30 sampai pukul 10:10,
pada pertemuan ini dilakukan pengulang seluruh materi yang sudah dipelajari
yaitu tentang mad Iwadh, mad layyin, dan mad ‘aridh Lissukun. Pada
pertemuan keempat ini siswa lebih banyak mencari contoh dan latihan tentang
hukum bacaan mad di dalam surah-surah pendek pilihan dalam Alqur’an. Setelah
siswa mendapatkan contoh yang dalam Alqur’an, siswa disuruh kedepan untuk
menuliskan contoh yang mereka dapatkan. Dan Alhamdulillah pada pertemuan
keempat ini siswa lengkap 18 orang.
e. Pada pertemuan kelima dilakukan pada
tanggal 24 september 2019 pada pukul 08:30 sampai pukul 10:10 dilakukan tes
akhir pada pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir. Pada pertemuan terakhir
ini alhamdulillah lengkap 18 siswa.
4. Faktor pendukung dan penghambat penerapan metode Pesan Berantai pada Mata Pelajaran Alquran Hadist Kelas VIII Mts Muhammadiyah Koto
Tinggi Padang Pariaman
a. Faktor pendukung penerapan metode Pesan
Berantai pada mata pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MTs Muhammadiyah koto tinggi padang
pariaman adalah siswa lebih aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar
sehingga nilai siswa yang biasanya dibawah rata-rata KKM sekarang sudah mencapai
batas KKM.
b. Adapun faktor penghambat dari penerapan
metode Pesan Berantai pada mata pelajaran alqur’an Hadist di kelas VIII
MTs Muhammadiyah koto tinggi padang
pariaman adalah karena siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar guru
kurang bisa mengontrol keobohan siswa dalam kelas, pada pertemuan pertama siswa
juga susah dalam merapikan barisan masing-masing.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian pengaruh penerapan metode
pembelajaran menggunakan metode Pesan
Berantai, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Penerapan Pembelajaran menggunakan metode Pesan Berantai dilaksanakan sebanyak empat kali
pertemuan. Pada pertemuan pertama ini guru menjelaskan terlebih dahulu tentang
metode Pesan Berantai kemudian
barulah siswa dibagi menjadi dua kelompok setelah itu guru memberikan informasi
kepada siswa yang pertama setelah itu siswa yang pertama Setelah berdiskusi, siswa yang terdiri dari 2 kelompok tersebut
mendiskusikan materi yang diberikan oleh guru dan disampaikan kepada temannya
yang pertama setelah itu siswa yang pertama menyampaikan kepada temannya yang
kedua, siswa yang kedua menyampaikan kepada siswa yang ketiga, demikian
seterusnya.
2. Pada pertemuan yang kedua siswa sudah mulai memahami tentang metode
Pesan Berantai jadi pada
pertemuan yang kedua ini siswa sudah mulai antusias dalam melaksanakan proses
belajar mengajar.
Pada pertemuan
ketiga ini siswa lebih cepat menangkap pelajaran karena siswa sudah faham
dengan metode Pesan Berantai sehingga siswa lebih semangat dalam
mengikuti pelajaran. Pada pertemuan ini Alhamdulillah siswa sangat
bersemangat dalam mengikuti pelajaran dan sangat antusias dikarenakan diadakan
nya game yang membuat siswa bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
3. Pelaksanaan metode Pesan Berantai dalam
proses pembelajaran pada mata pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MTs
Muhammadiyyah koto tinggi sudah berjalan dengan baik, hal ini terbukti dengan
hasil belajar siswa yang cukup baik ini terbukti dengan rata-rata yang diperoleh
siswa sebesar 81.4 nilai tersebut diambil dari penilaian guru terhadap siswa
pada saat melaksanakan ujian harian yang telah dilaksanakan setelah materi
selesai.
B. Saran
Adapun saran dari hasil penelitian ini
adalah:
1. Guru
a. Sebelum melakukan pembelajaran
menggunakan metode Pesan Berantai, sebaiknya guru memberikan instruksi
yang sederhana kepada siswa agar mudah mengatur siswa.
b. Dalam mata pelajaran Alqur’an Hadist,
hendaknya guru bisa menerapkan hal-hal yang baru, tidak hanya terpaku dalam
metode konvensional, namun guru juga harus selalu mengikuti perekembangan
teknologi yang dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dan mempermudah
dalam pelaksanaan pembelajaran Alqur’an Hadist.
c. Disarankan kepada guru untuk lebih
meningkatkan kesabaran dalam mengajarkan siswa menggunakan metode Pesan Berantai. Karena guru harus
memastikan siswa benar-benar memahami metode Pesan Berantai.
2. Saran untuk siswa
a. Disarankan kepada siswa untuk bisa
mengikuti pembelajaran dengan semangat, walaupun ada yang belum terbiasa
ataupun suka membaca buku pelajaran dengan fokus.
b. Disarankan kepada siswa agar mengikuti
pembelajar dengan baik dengan mengikuti instruksi guru dengan semestinya.
c. Semoga dengan menggunakan metode Pesan Berantai ini siswa lebih aktif dan
kritis menanyakan kepada guru hal yang tidak dipahami dari buku pelajaran yang
ada.
d. Disaranakn kepada siswa tidak hanya
memiliki satu sumber buku pelajaran saja, namun juga memiliki sumber lainnya
yang berkaitan dengan materi mata pelajaran Alqur’an Hadist.
3. Untuk peneliti selanjutnya
a. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya
agar menggunakan metode Pesan Berantai sesuai
dengan materi yang diajarkan nantinya pada mata pelajaran Alqur’an Hadist.
b. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya
agar bisa menambah referensi buku pembelajaran dari sumber-sumber lainnya baik dari
buku, internet dan lainnya.
4. Untuk sekolah
Untuk sekolah MTs
Muhammadiyah Koto Tinggi Padang pariaman diharapkan untuk memperhatikan
kreatifitas guru dalam mengajar dan memfasilitasi para guru untuk mengembangkan
potensi mereka dengan memberikan pelatihan serta sumber-sumber bacaan yang baik
guna menunjang kemampuan guru serta menambah wawasan guru.
[1]
Nana Sudjana, Media Pengajaran, (Bandung:Sinar
Baru,2011), hlm 3
[2] Shihab, M. Quraish, Al-qur’an dan maknanya,
(Jakarta,lentera hati, 2010)
[3] Shihab, M. Quraish, Tafsiran M. Quraish Shihab, (Jakarta, Lentera
Hati, 2002), hlm 379-381
[4] H. Ramayulis, Ilmu
Pendidikan Islam, (Jakarta, Kalam Mulia, 2002 ),hlm 274-275
[5] Azhar Arsyad,Media Pembelajaran,(Jakarta Raja
Grafindo persada, 2011),hlm 2
[6] Wina
Sanjaya,Strategi Pembelajaran,(Jakarta
Prenadamedia Group,2016),hlm 164
[7]Ramayulis,
Op. Cit, hal.271
[8]
Eko Widhi dan Lydia Ersta K, Meningkatkan
Perkembangan Bahasa Melalui Permainan Pesan Berantai, (Jurnal Audi, 2018)
hlm 93. http://ejurnal.unsri.ac.id/index.php/jpaud
[9]
Bahari Hamid, Seabrek Permainan Kreatif Khusus Asah
Otak Kanan Anak, (Yogyakarta, FlashBooks,2011), hlm 74-75
[10] Hasil observasi di kelas VIII MTs Muhammadiyah Koto
Tinggi Padang Pariaman, pada tanggal 28 agustus 2019
[11]
Ani Yulianti Rahayu 2014, Meningkatkan kemampuan Menyimak Usia Dini melalui Permainan Pesan Berantai pada taman kanak-kanak Aisyiah 7 Bandung Tahun
Pelajaran 2014/2015.
[12]
Royanih ” Peningkatan kemampuan menyimak melalui penerapan metode
permainan bisik berantai pada peserta didik kelas III MI Ath-Thoyyibiyah Kalideres Jakarta Barat”.
[13]
Amalaia
Fauzia,“Pengaruh Metode Permainan Bahasa Bisik Berantai Terhadap
Keterampilan Menyimak Pantun” Universitas
Syarif Hidayatullah
[14]
Ali Mufron, Ilmu Pendidikan Islam, (Lingkar Media
Yogyakarta:2013) hlm.85-86
[15]Ibid, hlm.
271-272
[16]
Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Agama (Surabaya : Usaha Nasional, 1980), hlm. 68.
[17] Oemar Muhammad
alThaumy al Syaibany,Falsafut Tarbiyah al Islamiyah, Filsafat Pendidikan Islam, Terjemahan
Hasan Langgalung (Jakarta: Bulan Bintang, 1971).hlm 51.
[18] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi
Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2006), Cet. 3, hlm. 46.
[19]
Trianto Ibnu Badar al-Tabany, Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif, dan Kontekstual,
(Jakarta: Prenamedia Group, 2014), hlm. 19.
[20]
Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar
Micro Teaching (Jakarta : Quantum teaching
2005), hlm. 52-53.
[21] Suryobroto, B. Pembelajaran
di Sekolah, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002 ), hlm .56
[22] Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Agama (Malang :
IAIN Sunan Ampel 1981). hlm 70
[23] M. Basyiruddin Usman, M.Pd, Metodologi Pembelajaran Agama Islam,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002 ) hlm. 33.
[24] Opcit, hlm 88-89
[25]
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979 ), hlm 585.
[26] Op.Cit. hlm 154-160
[27]
Eko Widhi Hastuti dan Lydia Ersta K, Meningkatkan
Perkembangan Bahasa Melalui Bermain Pesan Berantai, (Jurnal Audi,2018),hlm
93
[28]
Budinuryanta Y, Kasuriyanta, Imam Koermen,
Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka,2008)
hlm.29-30
[29] Faridah Kartono, Siti Halidjah, Peningkatan
Kemampuan Menyimak Menggunakan Teknik Permainan Bisik Berantai,(Pontianak:2013)
hlm 8
[30] Ibid, hlm. 9
[31] Tutik
Rachmawati, Teori Belajar
dan Proses Pembelajaran
yang Mendidik , ( Yogyakarta : Gava Media, 2015 ),
hlm. 35
[32] Purwanto,
Evaluasi
Hasil Belajar,
(Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2009), hlm.40-41
[33] Ibid, hlm.
44
[34]
Ahmad Susanto, Teori
Belajar dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar, (Jakarta : Kencana Prenada Group, 2013 ). hlm. 5
[37]
Rohmalina, Wahab, Psikologi Pendidikan ,( Palembang: IAIAN Raden fatah Press, 2006 ), hlm 126-129
[41] Ibid, hlm 80
[42] Ahmad
Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran
di sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana,2013),
hlm.
18-19
[43] Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan
Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) hlm. 171-172.
[44] Shihab,M.Qikuraish,Membumikan Al-qur’an,(Bandung:mizan,1994),hlm.
33
[45] Musthafa Aris,Qur’an Hadist,(Sragen:Akik Pusaka
2008),hlm 3
[46] Chabib Thoha, et
al., Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1999) hlm. 24.
[47]
Suryani, Hadits
Tarbawi: Analisis Paedagogis Hadits-hadits Nabi, (Yogyakarta: Teras, 2012) hlm 3- 4.
[48] Opcit, Chabib Thoha, et
al., Metodologi Pengajaran Agama, hlm
61-63.
[49] Abdul Majid, Belajar Pembelajaran. hlm 125
[50] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran. hlm 127
[51] Miftahul Huda, Model-Model Pembelajaran, Isu-isu
Metodis dan Paradigmatis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) hlm.185
[52]
Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif
Rancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk
Mahasiswa dan Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora,
(Bandung: Remaja Rosdakarya,2002) hlm.
51
[53]
Lexy. J. Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2000) hlm.3
[54] Ibid, hlm. 17
[55]
Ibid, hlm. 112
[56] Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian Sesuatu
Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002, cet.XII), hlm.107
[57] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006) hlm 310
[58] Opcit, Lexy
J. Moleong, hlm 135
[59] Ibid, hlm 138
[60] Opcit, Suharsimi
Arikunto, hlm 203
Komentar
Posting Komentar