Penerapan Metode Pesan Berantai Dalam Mata Pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII Mts Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman

 

­BAB I

PENDAHULUAN

A. LATARBELAKANGMASALAH                                                                                               

Pembelajaran merupakan usaha yang sangat penting dalam mengikuti proses dalam pendidikan karena pembelajaran itu merupakan interaksi antara guru dan siswa, interaksi antara guru dan siswa tersebut bisa menjadikan siswa mengetahui apa yang tidak diketahui siswa itu sebelumnya. Pembelajaran juga dapat  dimaknai sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Proses pembelajaran terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya, interaksi antara siswa dengan gurunya. Menurut Nana Sudjana keberhasilan suatu proses pendidikan sangat ditentukan oleh guru, siswa dan juga lingkungan sekolah.[1]

Al-qur’an sendiri telah mengemukakan contoh bagaimana manusia belajar melalui metode dari masa lalu sampai masa sekarang yang selalu kita jumpai dalam setiap pembelajaran sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surah (Q.S. Yusuf/12:2-3)[2]

 إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ قُرۡءَٰنًا عَرَبِيّٗا لَّعَلَّكُمۡ تَعۡقِلُونَ ٢ نَحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ أَحۡسَنَ ٱلۡقَصَصِ بِمَآ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ وَإِن كُنتَ مِن قَبۡلِهِۦ لَمِنَ ٱلۡغَٰفِلِينَ ٣

           Artinya: Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya, Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.(Q.S Yusuf ayat 2-3)

Menurut tafsir Al-Misbah karangan dari M. Quraish Shihab mengatakan bahwa surah yusuf ayat 2 menafsirkan tentang bahwa Alqur’an memakai bahasa Arab dan Allah SWT yang memilih bahasa itu, jika demikian, wahyu illahi kepada nabi Muhammad SAW, yang disampaikan bukan hanya penyampaian kandungan maknanya tetapi juga redaksinya, kata demi kata, yang semuanya dipilih dan disusun oleh Allah SWT. Sedangkan surah yusuf ayat 3 menafsirkan tentang kisah yang dimana orang yahudi pun ingin mendengarkan kisah tersebut.

Karena itu, kami kini dan juga di masa yang akan datang akan menceritakan kepadamu kisah untuk memenuhi permintaan mereka dan juga untuk menguatkan hati dan agar mereka menarik pelajaran.[3]

Jadi, kesimpulan surah yusuf ayat 2-3 bahwa Alqur’an diturunkan dengan bahasa Arab bertujuan untuk manusia agar berakal,  Alqur’an di turunkan dengan menggunakan metode, ayat diatas menceritakan bahwa salah satunya Alqur’an diturunkan dengan menggunakan metode kisah-kisah masa lalu. Begitu juga dengan pendidikan dalam menyampaikan isi dari pendidikan perlu adanya sebuah metode.

Penggunaan metode pendidikan dapat diterapkan secara efektif, bisa didasarkan pada perkembangan dan kondisi psikis siswa memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap internalisasi nilai dan transformasi ilmu.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam menggunakan metode pendidikan, seorang pendidik harus juga bisa memperhatikan kondisi jiwa atau rohaninya, sebab manusia pada hakikatnya terdiri atas dua unsur yaitu jasmani dan rohani, yang kedua – duanya merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.[4]

Pada pendidikan formal, terdapat proses belajar mengajar, proses belajar dilakukan oleh para murid/siswa sebagai seorang yang menerima pelajaran, sedangkan proses mengajar dilakukan oleh tenaga pengajar seperti guru. Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama, peristiwa belajar mengajar memiliki banyak model dan metode.

Sehingga guru harus banyak mengetahui macam-macam metode yang bisa membuat siswa menarik dan semangat dalam belajar, jika siswa semangat dalam belajar maka dapat menunjang hasil belajar siswa.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan di dalam sekolah dan tidak menutup kemungkinan alat-alat tersebut di sesuaikan dengan tuntunan perkembangan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan metode didalam pembelajaran dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.[5]

Namun demikian, pada kenyataannya tidak semua bahan pelajaran dapat disajikan secara langsung. Untuk mempelajari bagaimana kehidupan makhluk hidup di dasar laut, tidak mungkin guru membimbing siswa langsung menyelam ke dasar lautan, atau membelah dada manusia hanya untuk mempelajari cara kerja organ tubuh manusia, seperti cara kerja jantung ketika memompakan darah. Untuk memberikan pengalaman belajar semacam itu, guru memerlukan alat bantu seperti film atau foto-foto dan lain sebagainya.[6]

Seiring dengan kemajuan teknologi tersebut pada saat ini pembelajaran terus mengalami perkembangan, sehingga menuntut guru agar dapat membuat suatu inovasi-inovasi baru di dalam proses pembelajaran salah satunya yaitu metode pembelajaran, metode merupakan suatu yang digunakan oleh guru untuk mempermudah dalam menjelaskan pelajaran kepada siswa. Metode juga harus diwujudkan dalam proses pendidikan, dalam rangka agar siswa dapat mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar siswa dapat menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan juga efesien.[7]

Maka dari itu guru dituntut agar dapat menciptakan metode yang menarik, kreatif dan inovatif sehingga membuat siswa termotivasi untuk belajar. Metode belajar yang menarik dan kreatif sangat perlu diterapkan agar siswa mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

Ketika siswa mulai bosan dengan metode belajar yang biasa-biasa saja yaitu dimana siswa hanya pasif menerima materi, maka siswa tidak akan maksimal dalam menyerap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.

Dengan metode belajar yang menarik dan kreatif  menjadikan siswa tidak bosan dalam belajar, siswa merasakan suasana yang lebih menyenangkan dalam belajar sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

Terdapat beberapa metode pembelajaran seperti metode diskusi, sosiodrama dan tanya jawab. Banyak metode pembelajaran yang menarik dan kreatif. Salah satunya adalah metode Pesan Berantai. Pesan berantai adalah sebuah metode yang diterapkan dengan cara guru memberikan sebuah informasi atau materi pelajaran yang di berikan kepada siswa dan siswa tersebut juga menyampaikan materi tersebut kepada temanya yang lain.[8]

Yang dimana pelaksanaanya siswa dibagi menjadi 2 kelompok, masing-masing kelompok berdiri dan berbaris berjajar. Setelah itu barulah guru memberikan materi pelajaran kepada  masing-masing kelompok dan salah satu siswa menyampaikan materi pelajaran kepada temannya yang lain dan temannya menyampaikan lagi keteman belakangnya sampai seterusnya dan yang mendapatkan materi terakhir  siswa tersebut menyimpulkan materi yang didapatkan dari teman-temannya dan di presentasikan ke depan kelas.[9]

Kegiatan tersebut merupakan proses belajar mengajar yang salah satunya adalah bentuk kegiatan pemberian bantuan. Maka dari itu guru membutuhkan suatu metode agar menunjang siswa lebih aktif dan juga kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Alqur’an Hadist bahwa guru yang mengajar di MTs Muhammadiyah Koto Tinggi khususnya untuk mata pelajaran Alqur’an Hadist, guru masih menggunakan metode yang biasa seperti metode ceramah, sehingga siswa kurang aktif dalam mengikuti pelajaran, banyak siswa yang izin keluar masuk kelas dan juga banyak siswa yang kurang fokus dalam mengikuti pelajaran.[10]

Peran utama dalam pengajaran adalah menciptakan model aktivitas pengajaran kuat dan tangguh. Intinya adalah aktivitas pengajaran sebagai penataan lingkungan, pengaturan ruang kelas, yang didalamnya para pelajar dapat berinterkasi dan belajar mengetahui bagaimana caranya belajar.

Berkaitan dengan efektivitas pengajaran, untuk mencapai pembelajaran aktif, satu aspek penting adalah masalah metode yang digunakan guru dalam menciptakan suasana aktif. Proses pembelajaran dengan metode ceramah, guru mendominasi pembicaraan sementara siswa terpaksa atau bahkan dipaksa untuk duduk, mendengar dan mencatat hal ini sangat tidak dianjurkan. Metode ceramah harus dikurangi bahkan ditinggalkan.

Maka dari itu penulis tertarik untuk mencobakan metode belajar yang menarik di kelas VIII Mts Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman dengan menggunakan metode Pesan Berantai. Yang mana dengan menggunakan metode Pesan Berantai dapat menjadikan proses pembelajaran menjadi menyenangkan dan mengesankan bagi siswa dengan harapan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MTsMuhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman.

Berdasarkan permasalahan diatas penulis bermaksud melakukan penelitian ini dengan mengangkat judul Penerapan Metode Pesan Berantai Dalam Mata Pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII Mts Muhammadiyah  Koto  Tinggi  Padang  Pariaman.

B.     RUMUSAN  MASALAH

 Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1.      Bagaimana penerapan metode Pesan Berantai pada mata pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MTs Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman?

2.      Apa faktor pendukung dan faktor penghambat penerapan metode Pesan Berantai pada mata pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MTs Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman?

3.      Bagaimana hasil belajar siswa setelah diterapkan metode Pesan Berantai pada mata pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MTs Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman?

C.    BATASAN MASALAH

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka batasan masalahnya adalah Bagaimana Penerapan Metode Pesan Berantai Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MtsMuhammadiyah  Koto  Tinggi  Padang  Pariaman.

 

 

D.    TUJUAN PENELITIAN

Dalam penjelasan yang masih bersifat umum ini, peneliti akan menjabarkan dalam bentuk tujuan penelitian, sebagai berikut:

1.    Tujuan umum

Adapun tujuan umum penelitian adalah untuk mengetahui penerapan metode Pesan Berantai dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MTs Muahammadiyah  Koto  Tinggi  Padang  Pariaman.

2.    Tujuan khusus

a.       Untuk mengetahui bagaimana cara penerapan metode Pesan Berantai dalam mata pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MTs Muhammadiyah Koto Tinggi Padang  Pariaman.

b.      Untuk mengetahui apa faktor pendukung dan penghambat penerapan metode Pesan Berantai dalam mata pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MTs Muhammadiyah  Koto Tinggi Padang  Pariaman.

c.       Untuk mengetahui meningkatkan hasil belajar siswa setelah diterapkan metode Pesan Berantai pada mata pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MTs Muhammadiyah Koto Tinggi  Padang  Pariaman.

 

 

E.     MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:

1.        Secara teoritis

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dan menambah metode dalam proses belajar mengajar agar lebih simpel dan menghemat waktu sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Alqur’an Hadist.

2.        Secara praktis

a.       Bagi guru: menjadi alternatif bagi guru ketika proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa, dengan menggunakan metode Pesan Berantai agar guru lebih mudah menyampaikan materi pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami materi yang disampaikan, selain itu, guru dapat lebih kreatif dalam membuat metode yang lebih bervariasi dan tepat untuk proses pembelajaran pada mata pelajaran Alqur’an Hadist  .

b.      Bagi siswa: dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dan dapat membuat siswa aktif di dalam proses pembelajaran.

c.       Peneliti: untuk menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti sebagai bekal untuk menjadi guru yang profesional dan kreatif.

 

F.     PENELITIAN TERDAHULU

Penelitian terdahulu adalah Penelitian  yang  mendeskripsikan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan relevan dengan masalah yang diteliti. Selanjutnya peneliti menjelaskan posisi penelitiannya dengan cara mendeskripsikan persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukannya dengan penelitian-penelitian relevan yang disajikan dengan contoh sebagai berikut:

Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Ani Yulianti Rahayu (2014) dengan judul skipsi  Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Usia Dini Melalui Permainan Pesan Berantai : Penelitian Tindakan Kelas Kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah 7 Jl. Sindang Sirna no.7 Kecamatan Karang Setra Kota Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia mengatakan bahwa dengan menggunakan metode Pesan Berantai Kemampuan 2014/2015. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia mengatakan bahwa dengan menggunakan metode Pesan Berantai Kemampuan menyimak anak TK Aisyiyah 7 kelompok B mengalami peningkatan yang cukup optimal. Hal ini ditunjukan dengan kemampuan anak dalam mengarahkan pandangan pada guru saat menjelaskan aturan permainan, tidak berbicara pada saat guru menjelaskan peraturan permainan, tidak terpengaruh ketika teman mengajak mengobrol/berbicara, tidak beranjak dari tempat duduk atau barisannya, mampu mendemonstrasikan permainan pesan berantai, mampu melaksanakan dua sampai tiga perintah secara sederhana, mampu mengulang kata atau kalimat saat teman bertanya, mampu mengulang atau kalimat yang telah didengar dan berani mengungkapkan pesan atau kata yang telah di dengar di hadapan guru dan teman. Kemampuan anak tersebut menjadi lebih baik dan meningkat dibandingkan dengan hasil yang dicapai ketika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan sebelum dilaksanakan permainan pesan berantai.[11]

Kedua, Penelitian yang dilakukan oleh Royanih ‘‘Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui Penerapan Metode Permainan Bisik Berantai pada kelas III MI Ath-Thoyiyibiyah Kalideres Jakarta Barat 2013/2014. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Berdasarkan hasil tes siklus I peserta didik mengalami peningkatan dari hasil tes pra siklus sebesar 51,96% menjadi 59,83 %. Pada siklus II nilai rata-rata sebesar 79,58% dengan persentase 75,75. Jadi, kemampuan menyimak melalui penerapan metode permainan bisik berantai pada peserta didik kelas III MI Ath-Thoyyibiyyah Kalideres meningkat sebesar 7,79.[12]

Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Amalia Fauzia, mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “ Pengaruh Metode Permainan Bahasa Bisik Berantai Terhadap Keterampilan Menyimak Pantun” Skripsi ini menjelaskan bahwa penggunaan metode pesan berantai dapat meningkatkan keterampilan menyimak pada peserta didik kelas IV SDN Bekasi Jaya II.[13]

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

LANDASAN TEORI

A.    Metode  Pembelajaran

1.      Pengertian Metode Pembelajaran

           Metode dalam Bahasa Arab, dikenal dengan istilah Thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan suatu pekerjaan. Dan dapat juga digunakan dengan kata al-wasilah yang berarti perantara atau mediator. Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta yang artinya melalui dan hodos yang berarti jalan atau cara. Jadi, metode berarti suatu jalan atau cara yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Adapun menurut istilah adalah metode berasal dari kata metoda dan logi. Logi berasal dari bahasa yunani yang memiliki arti akal atau ilmu. Jadi metodologi berarti ilmu tentang jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.[14]

           Bila dihubungkan dengan pendidikan, metode bertujuan untuk mengembangkan sikap mental dan kepribadian agar siswa menerima pelajaran dengan mudah, efektif dan dapat dicerna dengan baik. Selain itu metode mengajar dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam membelajarkan siswa saat berlangsungnya proses pembelajaran.

Metode menurut Hasan Langgulung dapat diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan, sedangkan menurut Abd. Al-rahman Ghunaimah mendefinisikan bahwa  metode adalah cara-cara yang praktis dalam mencapai tujuan pembelajaran dan yang terakhir menurut Ahmad  Alqur’an Hadist mendefinisikan metode adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam mengajarkan mata pelajaran.[15]

        Menurut Zuhairini, metode mengajar adalah salah satu komponen dari proses pendidikan sebagai alat pencapaian tujuan dengan didukung oleh alat-alat pengajaran lainnya yang merupakan satu kebulatan dalam suatu system pendidikan.[16]

        Metode mengajar adalah cara yang ditempuh dalam mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran. Para tokoh pendidikan juga tidak pernah melepaskan sorotannya mengenai masalah metode mengajar ini dan akan dikemukakan beberapa diantaranya sebagai berikut:

a.       M. Atiyah Al-Abrasy mengemukakan bahwa metode adalah jalan yang kita ikuti untuk memberikan paham kepada murid-murid dalam segala macam pelajaran.

b.      Abd Rahim Ghunaimah mengemukakan bahwa metode adalah cara-cara yang praktis yang menyalurkan tujuan-tujuan dengan maksud pengajaran.

c.       Ali Al Jumbalathy mengemukakan bahwa metode adalah cara-cara yang diikuti oleh guru untuk menyampaikan maksud pembelajaran kepada siswa sehingga mencapai kepada pemahaman siswa dalam memahami pelajaran.[17]

         Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir.[18]

       Pembelajaran secara sederhana dapat diartikan sebagai sebuah usaha mempengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri. Melalui pembelajaran akan terjadi proses pengembangan moral keagamaan, aktivitas, dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang kompleks, yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan. Dalam makna yang lebih kompleks, pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar guru untuk membelajarkan peserta didiknya (mengarahkan interaksi peserta didik dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai

tujuan yang diharapkan.[19]

       Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan pelajaran yang akan digunakan oleh pendidik pada saat menyajikan bahan pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok. Agar tercapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan, seseorang pendidik harus mengetahui berbagai metode, dengan memiliki pengetahuan mengenai sifat berbagai metode, maka seorang pendidik akan lebih mudah menetapkan metode efektif yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Penggunaan metode mengajar sangat bergantung pada tujuan pembelajaran.

       Syarat-syarat yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik dalam penggunaan metode pembelajaran adalah sebagai berikut:

a.       Metode yang dipergunakan harus dapat membangkitkan motif, minat, atau gairah belajar siswa.

b.      Metode yang digunakan dapat merangsang keinginan siswa untuk belajar lebih lanjut.

c.       Metode yang digunakan harus dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk mewujudkan hasil karya.

d.      Metode yang digunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian siswa.

e.       Metode yang digunakan harus dapat mendidik murid dalam teknik belajar sendiri dan cara memperoleh pengetahuan melalui usaha pribadi.

f.       Metode yang digunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap siswa dalam kehidupan sehari-hari.[20]

           Metode pembelajaran merupakan proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam belajar bagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap.

           Menurut Suryosubroto bahwa penilaian dalam metode pembelajaran meliputi:

a.       Evaluasi formatif, dilakukan oleh guru setelah satu pokok bahasan satuan pelajaran selesai dipelajari. Penilaian ini dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan intruksional khusus kompetensi dasar yang telah ditentukan dalam setiap satuan pelajaran.

b.      Evaluasi sumatif, dilakukan oleh guru setelah jangka waktu tertentu. Bisa pada akhir catur wulan, bisa juga pada akhir semester, dan bisa juga dilakukan pada akhir satu tahun. Maksud dilaksanakannya ujian akhir semester adalah untk mengetahui ketercapaian tujuan intruksional umum standar kompetensi sehingga dijadikan dasar naik atau tidaknya naiknya peserta didik pada kelas yang lebih tinggi.

c.       Pelaporan hasil evaluasi, dimaksudkan untuk mendokumenkan hasil belajar peserta didik, dan juga akan dijadikan bahan laporan kepada orang tua peserta didik tentang kemajuan belajarnya.[21]

2.      Jenis-Jenis Metode Mengajar dalam Penggunaan Metode Pembelajaran

        Jenis-jenis metode mengajar adalah beberapa bentuk dari pelaksanaan dalam cara-cara mengajar. Keanekaragaman jenis-jenis metode mengajar ini disebabkan karena beberapa faktor. Jika dijabarkan secara rinci maka dapat dikemukakan sebagai berikut:

a.       Tujuan yang berbeda dari masing-masing jenis pelajaran sesuai dengan jenis, sifat, maupun isi dari masing-masing mata pelajaran.

b.      Perbedaan latar belakang individual anak, baik latar belakang kehidupan ,tingkat usia, maupun tingkat kemampuan berfikirnya.

c.       Perbedaan situasi dan kondisi dimana pendidikan berlangsung.

d.      Perbedaan kemampuan dari masing-masing pendidik.

e.       Sarana dan fasilitas yang ada berbeda-beda, baik kualitas ataupun kuantitas.[22]

3.      Pembagian Penggunaan Metode Pembelajaran

        Metode secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian yaitu:

a.       Metode konvensional

b.      Metode inkonvensional

         Metode konvensional yaitu metode mengajar yang lazim dipakai oleh guru atau sering disebut dengan metode tradisional. Sedangkan metode inkonvensional yaitu suatu metode teknik mengajar yang baru berkembang dan belum lazim digunakan secara umum, seperti metode mengajar dengan modul, pengajaran berprogram, pengajaran unit, mechine program, masih merupakan metode yang baru dikembangkan dan diterapkan di beberapa sekolah tertentu yang mempunyai peralatan dan media yang lengkap serta guru yang ahli dalam menanganinya.[23]

4.      Prinsip-Prinsip Penggunaan Metode Pembelajaran

        Agar dapat efektif, maka setiap metode harus memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

a.       Metode tersebut harus memanfaatkan teori kegiatan mandiri. Belajar merupakan akibat dari kegiatan peserta didik. Pada dasarnya belajar itu berujud melalui pengalaman, memberi reaksi, dan melakukan.

b.      Metode tersebut harus memanfaatkan hukum pembelajaran. Kegiatan  metode dalam pembelajaran berjalan dengan cara tertib dan efisien sesuai dengan hukum-hukum dasar yang mengatur pengoperasiannya. Hukum-hukum dasar menyangkut kesiapan, latihan, dan akibat, harus dipertimbangkan dengan baik dalam segala jenis pembelajaran.

c.       Metode tersebut harus berawal dari apa yang sudah diketahui peserta didik. Memanfaatkan pengalaman masa lampau peserta didik yang mengandung unsur-unsur yang sama dengan unsur-unsur materi pembelajaran yang dipelajari akan melancarkan pembelajaran.

d.      Metode tersebut harus didasarkan atas teori dan praktek yang terpadu dengan baik yang bertujuan menyatukan kegiatan pembelajaran. Ilmu tanpa amal (praktek) seperti kayu tanpa buah.

e.       Metode tersebut harus memperhatikan perbedaaan individual dan menggunakan prosedur-prosedur yang sesuai dengan ciri-ciri pribadi seperti kebutuhan, minat serta kematangan mental dan fisik.

f.       Metode harus merangsang kemampuan berfikir dan nalar para peserta didik. Prosedurnya harus memberikan peluang bagi kegiatan berfikir dan kegiatan pengorganisasian yang sesakma. Prinsip kegiatan mandiri sangat penting dalam mengajar peserta didik untuk bernalar.

g.      Metode tersebut harus menyediakan bagi peserta didik pengalaman-pengalaman belajar melalui kegiatan belajar yang banyak dan bervariasi.

h.      Metode tersebut harus menantang dan memotivasi peserta didik kearah kegiatan-kegiatan yang menyangkut proses deferensiasi dan integrasi.

i.        Metode tersebut harus memberi peluang bagi peserta didik untuk bertanya dan menjawab pertanyaan. Dan memberi peluang pada guru untuk menemukan kekurangan-kekurangan agar dapat dilakukan perbaikan dan pengayaan (remedial dan anrichment).

j.        Kelebihan suatu metode dapat menyempurnakan kekurangan/ kelemahan metode lain.

k.      Suatu metode dapat dipergunakan untuk berbagai jenis materi atau mata pelajaran memerlukan banyak metode.[24]

5.      Manfaat Penggunaan  Metode Pembelajaran

        Manfaaat metode mengajar dalam pendidikan islam dalah sebagai berikut:

a.       Menolong siswa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan, terutama berfikir ilmiah dan sikap dalam satu kesatuan.

b.      Membiasakan pelajar berfikir sehat, rajin, sabar, dan teliti dalam menuntut ilmu.

c.       Memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien.

d.      Menciptakan suasana belajar mengajar yang konduksif, komunikatif, Sehingga dapat meningkatkan motivasi peserta didik.[25]

 

6.      Macam-Macam Metode Pembelajaran

Adapun macam-macam metode pembelajaran adalah sebagai berikut:

1.      Metode Demonstrasi

         Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak lepas dari penjelasan guru secara lisan. Walaupun dalam proses demonstrasi siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran yang lebih konkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.

2.      Metode Diskusi

         Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen,1998). Oleh karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersama-sama. Secara umum ada dua jenis metode diskusi yaitu yang pertama diskusi kelompok dan diskusi kelompok kecil.

3.      Metode simulasi

         Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau berbuat seakan-akan. Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Belajar bagaimana cara mengoperasikan sebuah mesin yang mempunyai karakteristik khusus misalnya, siswa sebelum menggunakan mesin yang sebenarnya akan lebih bagus melalui simulasi terlebih dahulu. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat bermanfaat.[26]

7.      Metode  Pesan Berantai

        Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pesan adalah perintah, nasehat, permintaan dan amanat yang disampaikan oleh orang lain. Berantai adalah ikatan atau juga bisa disebut dengan pertalian. Jadi pesan berantai adalah suatu perintah atau amanah yang disapaikan oleh orang lain yang berupa ikatan atau pertalian yang dilakukan secara kelompok.[27]

        Permainan adalah dapat juga disebut dengan bermain (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas atau permainan adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan. Permainan pesan berantai yaitu guru memberikan materi atau informasi kepada siswa. Siswa tersebut menyampaikan materi atau informasi tersebut kepada teman yang kedua dan yang kedua juga menyampaikan kepada temannya yang ketiga begitu seterunya secara berantai. Siswa terakhir baru menyimpulkan materi yang diperoleh dari temannya dan mempresentasikan kedepan kelas[28]

1.      Langkah-langkah metode  permainan pesan berantai

a.       Guru memberikan pengantar singkat tentang pelaksanaan langkah-langkah pesan berantai.

b.      Siswa dibagi menjadi 2 kelompok yang diatur dengan berbaris ke belakang.

c.       Guru memberikan materi yang diajarkan kepada siswa.

d.      Siswa  yang pertama menyampaikan materi yang di berikan guru kepada temanya yang lain sampai seterusnya.

e.       Setelah seluruh siswa mendapatkan materi tersebut barulah siswa yang terakhir menampilkan hasil dari  materi yang di peroleh dari teman-temannya di depan kelas.[29]

2.      Kelebihan dan kekurangan permainan pesan berantai

Adapun kelebihan dan kekurangan permainan bisik berantai adalah:

a.       Kelebihannya yaitu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar, melatih keterampilan bahasa, menarik minat siswa dalam pembelajaran, menimbulkan rasa bahagia, tanpa beban dalam proses belajar mengajar dan rasa kerja sama antar siswa.

b.      Kekurangannya yaitu menimbulkan situasi kelas yang ramai atau riuh, memerlukan waktu yang cukup lama, menimbulkan interaksi siswa dan guru yang kurang kondusif. [30]

3.      Pendapat peneliti terdahulu dan penulis tentang metode Pesan Berantai dalam meningkatkan kemampuan dan juga hasil belajar siswa

Menurut pendapat Ani Yulianti Rahayu (2014) dengan judul skipsi  Meningkatkan Kemampuan Menyimak Anak Usia Dini Melalui Permainan Pesan Berantai : Penelitian Tindakan Kelas Kelompok B Taman Kanak-kanak Aisyiyah 7 Jl. Sindang Sirna no.7 Kecamatan Karang Setra Kota Bandung Tahun Pelajaran 2014/2015. S1 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia mengatakan bahwa dengan menggunakan metode Pesan Berantai Kemampuan menyimak anak TK Aisyiyah 7 kelompok B mengalami peningkatan yang cukup optimal dengan kemampuan keterampilan menyimak anak yang berkembang sebanyak 25% sedangkan sebelum digunakan metode Pesan Berantai keterampilan menyimak anak masih 0%  maka dari itu dapat disimpulkan bahwa keterampilan menyimak anak menggunakan metode Pesan Berantai  dikatakan berhasil.

Sedangkan pendapat penulis metode Pesan Berantai  dapat meningkatkan hasil belajar ditinjau dari nilai Ujian Akhir Siswa yang mana rata-rata nilai siswa sudah mencapai batas KKM dengan rata-rata 81,4 yang mana dapat dibuktikan dengan table berikut:

Tabel 1.2

Nilai ujian akhir setelah menggunakan

metode Pesan Berantai

No

Nama   Siswa

Nilai

1

Aura Nurani Anasya

95

2

Arpan Rahman

80

3

Arfin Rahim

78

4

Indra Jaya

84

5

Derrizal Hakim

76

6

Dio Abdul Rahman

85

7

Uswatun Hasanah

92

8

Rido Putra

78

9

Rido Saputra

80

10

Resa Oktaviani

98

11

Refiza Zoya Putri

80

12

Rendi Winara Candra

75

13

Muhammad Rahman

70

14

Misbah

72

15

Miftahul Khaira

91

16

M. Raihan

82

17

Yolla Adrizal

70

18

Salman al Parisi

80

 

Total

1466

 

Rata-Rata

81.4

 

Nilai Tertinggi

98

 

Nilai Terendah

70

 

Nilai Pertengahan Media (Median)

80

 

B.       Hasil Belajar

1.      Pengertian hasil belajar

         Belajar adalah kebutuhan setiap manusia agar bisa menjadi lebih baik daripada sebelumnya dan terjadi perubahan kearah positif dalam hidupnya. Setiap orang diwajibkan untuk belajar, sebagaimana firman Allah dalan ayat Al-qur’an yang pertama turun menganjurkan umat manusia untuk belajar dalam surah al’Alaq ayat 1-5:

ٱقۡرَأۡ بِٱسۡمِ رَبِّكَ ٱلَّذِي خَلَقَ ١  خَلَقَ ٱلۡإِنسَٰنَ مِنۡ عَلَقٍ ٢  ٱقۡرَأۡ وَرَبُّكَ ٱلۡأَكۡرَمُ ٣                                              ٱلَّذِي عَلَّمَ بِٱلۡقَلَمِ ٤ عَلَّمَ ٱلۡإِنسَٰنَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡ ٥

             Artinya :         Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

                                    Hasil belajar dapat di jelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya yaitu hasil dan belajar. Pengertian hasil menunjukan pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktifitas atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Hasil produksi merupakan perolehan yang didapatkan karena adanya kegiatan mengubah bahan menjadi bahan jadi. Sedangkan dalam pandangan behavioristik, belajar merupakan sebuah prilaku membuat hubungan antara stimulasi dan respon dapat diperkuat dengan menghubungkannya secara berulang-ulang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar dan menghasilkan perubahan yang diinginkan. Para behavioris meyakinkan bahwa hasil belajar akan lebih baik dikuasai kalau dihafalkan secara berulang-ulang.

                                    Sedangkan belajar menurut Slameto dalam buku Tutik Rachmawati dan Daryanto, belajar adalah suatu proses yamng dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan dan menurut Tutik Rachmawati dan Daryanto belajar merupakan suatu proses untuk merubah tingkah laku sehingga diperoleh pengetahuan keterampilan untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.[31]

                                    Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan belajar merupakan suatu proses untuk mendapat pengetahuan dan keterampilan seseorang didalam mendapat ilmu melalui belajar.

                                    Pada umumnya tujuan pendidikan dapat dimaksudkan kedalam tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar dimaksudkan untuk menimbulkan perubahan perilaku yaitu perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Perubahan-perubahan inilah yang menjadi hasil dari proses pembelajaran.[32]

 

                                    Menurut Winkel dalam buku Purwanto hasil belajar adalah proses yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya, aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi pengajaran yeng mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.[33]

                                    Menurut ahmad Susanto secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang di peroleh anak setelah melalui kegiatan belajar karena, belajar itu sendiri merupakan suatu proses seorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan indruksional, biasanya guru menetapkan tujuan pembelajaran anak yang berhasil dalam belajar dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan intruksional.[34]

                                    Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan hasil belajar merupakan hasil perubahan akibat belajar dari kemampuan yang diperoleh siswa setelah meneriman pengalaman-pengalaman belajarnya yang diwujudkan dengan perubahan tingkah laku baik dalam segi kognitif,afektif dan psikomotorik.

2.      Ciri-ciri hasil Belajar

                                    Ciri-ciri belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam diri in dividu artinya seseorang yang telah mengalami proses belajar itu akan berubah tingkah lakunya, perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:[35]

a.       Perubahan yang disadari, artinya individu yang melakukan proses pembelajaran menyadari bahwa pengetahuan keterampilannya telah bertambah, ia lebih percaya pada dirinya, dan sebagainya. jadi orang yang berubah tingkah lakunya karena mabuk tidak termasuk dalam pengertian perubahan karena pembelajaran yang bersangkuatan tidak menyadari apa yang terjadi dalam dirinya.

b.      Perubahan yang bersifat berkesinambung, perubahan tingkah laku sebagai hasil pembelajaran akan berkesinambungan artinya suatu perubahan yang telah terjadi menyebabkan terjadinya perubahan tingkah laku yang lain, misalnya seorang siswa yang belajar membaca ia akan berubah tingkah lakunya dari tidak dapat membaca menjadi dapat membaca. Kecakapannya dalam membaca menyebabkan ia dapat membaca lebih baik lagi dan dapat belajar yang lain, sehingga ia dapat memperoleh perubahan tingkah laku hasil pembelajaran yang lebih banyak dan luas.

c.       Perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh sebagai hasil pembelajaran memberikan manfaat bagi individu yang bersangkutan,misalnya kecakapan dalam berbicara bahasa Inggris memberikan manfaat untuk belajar hal-hal yang lebih luas.

d.      Perubahan yang bersifat positif,artinya terjadi adanya pertambahan perubahan dalam individu.

e.       Perubahan yang diperoleh itu senantiasa bertambah sehingga berbeda dengan keadaan sebelumnya, orang yang telah belajar akan merasakan ada sesuatu yang lebih banyak, sesuatu yang lebih baik, sesuatu yang lebih luas dalan dirinya. Misalnya ilmunya menjadi lebih banyak, prestasinya meningkat, kecakapannya lebih baik dan sebagainya.

f.       Perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, akan tetapi melalui aktifitas individu. Perubahan yang terjadi karena kematangan, bukan hasil pembelajaran karena terjadi dengan sendirinya meskipun tidak ada usaha pembelajaran, misalnya, seorang siswa sudah sampai pada usia tertentu akan dengan sendirinya dapat berjalan meskipun belum belajar.

g.      Perubahan yang bersifat permanen atau menetap, artinya perubahan yang terjadi sebagai hasil pembelajaran akan berada secara kekal pada diri individu, setidak-tidaknya untuk masa-masa tertentu. Ini berarti bahwa perubahan sebagai hasil belajar karena bersifat sementara saja. Sedangkan kecakapan bersifat menetap dan berkembang terus.

h.      Perubahan yang bertujuan dan terarah artinya perubahan ini terjadi karena ada sesuatu yang ingin di capai. Dalam proses pembelajaran semua aktifitas terarah kepada pencapaian suatu tujuan tertentu.

3.      Indikator dan Penilaian Keberhasilan Belajar

a.   Indikator hasil belajar

   Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar diangap berhasil adalah hal-hal sebagai berikut:

1)      Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual atau kelompok.

2)      Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran atau intruksional khusus telah dicapai oleh siswa, baik secara individual atau kelompok.

b.      Penilaian hasil belajar

Untuk mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya, tes prestasi belajar dapat dogolongkan kedalam jenis penilaian yaitu tes formatif, tes subsumatif dan tes sumatif yang dijelaskan sebagai berikut:[36]

1)      Tes formatif

         Penilaian ini digunakan untuk mengukur satu atau berapa pokok bahasan tertentu untuk bertujuan memperoleh gambaran tentang daya serap terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.

2)      Tes subsumatif

         Tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang telah diajarkan dalam waktu tertentu.Tujuannya adalah untuk memperoleh gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil tes ini dimanfaatkan unutuik memperbaiki proses belajar mengajar dan di perhitungkan dalam menentukan nilai rapor.

3)      Tes sumatif

         Tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama sartu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf  keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu, hasil tes ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat atau sebagai ukuran mutu sekolah.

4.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

                  Dalam belajar banyak sekali faktor yang mempengaruhi, dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar menurut Wasty Soemanto dalam buku Rohmalina Wahab dapat dikategorikan menjadi tiga hal yaitu:

a. Faktor-faktor stimulasi belajar

b. Faktor-faktor metode belajar

c. Faktor-faktor individual

            Sedangkan menurut dalyono dalam buku Rohmalina wahab mengemukakan dua faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar sebagai berikut:

a.       Faktor internal

1)       Kesehatan

   Kesehatan jasmani dan rohaninya memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap kemampuan belajar jika seseorang sakit atau kurang sehat akan mengakibatkan menurunya gairah belajar. Dalam keadaan kurang sehat seseorang tidak akan konsentrasi dalam belajar, dengan demikian kondisi badan yang sehat sangat membantu dalam belajar, oleh karena itu, kesehatan sangat berperan dalam aktifitas belajar karena itu, pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi setiap orang baik fisik maupun mental agar badan tetap kuat, pikiran selalu segar dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan belajar.

2)      Intelegensi dan Bakat

    Intelegensi dan bakat merupakan aspek kejiwaan (psikis), memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kemampuan belajar, seseorang yamng memiliki intelegensi yang baik umumnya mudah dalam belajar dan hasil yang dicapainya cenderung baik.Sedangkan orang yamng memiliki integensi yang rendah cenderung mengalami kesulitan dalam belajar, lambat berfikir dan prestasi yang dicapainya rendah, kecerdasan intelegensi mempunyai peranan yang besar dalam menentukan berhasil atau tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan dan pengajaran.

    Di lain pihak, bakat juga memiliki andil yang cukup besar dalam menentukan kebehasilan belajar. Seseorang yang memiliki intelegensi yang tinggi dan bakat yang sesuai dengan bidang dalam belajar, maka akan mendapatkan hasil dan prestasi yang baik pada bidangnya masing-masing.

3)       Minat dan Motivasi

Minat adalah satu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar juga minat yang ada pada diri individu tersebut. Minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang besar pengaruhnya dalam pencapaian prestasi belajar, minat dapat timbul karena adanya daya tarik dari luar dan juga dari siri sendiri.Timbulnya minat belajar disebabkan berbagai hal antara lain yaitu karena adanya keinginan yang tinggi. Sedangkan motivasi agak berbeda dengan minat, karena motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan saseuatu yang dipengaruhi dari dalam diri ataupun luar diri.

Motivasi yang berasal dalam diri disebut motivasi instristik sedangkan yang berasal dari luar diri kita disebut motivasi ekstrinsik, motivasi eksrinsik yaitu motivasi yang datang dari lingkungan misalnya, orang tua, guru, teman dan anggota masyarakat lainnya. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilannya, karena itu motivasi perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri dengan senantiasa memikirkan masa depan untuk mencapai cita-cita dengan belajar giat.

4)      Cara Belajar

    Cara belajar mempengaruhi pencapaian belajar seseorang karena tanpa memperhatikan teknik dan dan faktor fsikiologis. Maka yang perlu diperhatikan adalah teknik-teknik belajar yang baik dengan cara membaca, mencatat, menggaris bawahi, membuat ringkasan atau kesimpulan dan perlu juga diperhatikan tentang penyesuian waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media pengajaran dan penyesuian terhadap bahan pelajaran.

a.       Faktor Eksternal

1)      Keluarga

            Faktor keluarga sangat berpengaruh dalam keberhasilan belajar, yang paling utama sekali adalah orang tua dalam memberikan bimbingan kepada anaknya, serta ketenangan dan kerukunan antara ayah dan ibu sangat berpengaruh terhadap hasil belajar anaknya karena jika orang tua rukun dalam keluarga anak tersebut juga dapat menangkap mata pelajaran dengan baik dan juga dapat memberikan motivasi dalam belajar. Faktor keluarga dalam rumah yaitu faktor besar kecilnya rumah tempat tinggal, ada atau tidaknya peralatan atau media belajar seperti papan tulis, gambar, peta ada atau tidaknya kamar atau meja belajar dan sebagainya semua itu juga dapat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang.

2)      Sekolah

            Sekolah sebagai tempat belajar mempunyai pengaruh terhadap tingkat keberhasilan belajar, dalam sekolah kualitas seorang guru, metode mengajarnya, kesesuaian kurikulum dengan kemampuan anak, keadaan fasilitas sekolah keadaan ruangan, jumlah murid perkelas, pelaksanaan tata tertib sekolah semuanya mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perhatian sekolah terhadap tata tertib sekolah utamanya tentang disiplin akan meningkatkan prestasi belajar karena, sekolah yang tidak disiplin mengakibatkan proses belajar mengajar terhambat dengan sering bolosnya anak didik dan jarangnya guru masuk mengajar sangat mempengaruhi hasil belajar.

3)      Masyarakat

        Keadaan masyarakat juga merupakan salah satu komponen yang menentukan prestasi belajar siswa, bila di sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Sebaliknya apabila tingga di lingkungan banyak anak yang nakal dan tidak bersekolah hal ini akan mengurangi semangat anak di dalam proses belajar sehingga motivasi belajar berkurang.[37]

            Dalam penelitian ini yang menjadi objek penilaian untuk hasil belajar adalah pada aspek kognitif yang mencakup dari kemampuan mengingat, menganalisa dan menjelaskan.

5.      Jenis-Jenis Tes Hasil Belajar

Secara umum untuk melihat hasil belajar seorang siswa dapat dibedakan menjadi dua yaitu tes secara verbal dan tes secara tulisan atau tes tindakan. Tes secara verbal adalah tes yang diadakan secara lisan berupa wawancara atau tanya jawab antara guru dan siswa,  sementara tes tulisan adalah tes dengan memberikan sejumlah soal-soal yang sudah disusun oleh guru dan soal tersebut akan dijawab oleh siswa. Dari hasil tes tersebut guru dapat mengukur sejauh mana siswa mampu memahami pelajaran yang sudah diberikan guru. Selain berbentuk soal-soal tes juga dapat dilakukan oleh guru dengan melihat tingkah laku siswa di dalam maupun di luar kelas, jika sebuah pelajaran berhasil maka siswa akan dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.[38]

        Pihak - pihak yang dapat melakukan penilaian hasil belajar siswa adalah pendidik (guru), satuan pendidikan (sekolah) dan pemerintah. Penilaian pendidik adalah penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan secara berkesinambungan bertuujuan untuk membantu proses dan kemajuan siswa serta untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran. Pendidikan oleh pendidik merupakan penelitian pertama setelah siswa menjalani proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Hasil penilaian yang dilakukan oleh guru dapat diuji keakuratannya melalui penilaian oleh satuan pendidikan dan pemerintah. Artinya penilaian yang dilakukan oleh guru akan sebanding atau relatif sama dengan hasil penilaian yang dilakukan oleh satuan pendidikan dan pemerintah. Siswa yang dikatakan kompeten juga melalui penilaian oleh satuan pendidikan dan pemerintah.[39]

        Penilaian oleh pendidik meliputi kegiatan sebagai berikut:

a.       Menyampaikan atau menginformasikan silabus mata pelajaran yang didalamnya memuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester.

b.      Mengembangkan indikator penyampaian kompetensi dasar (KD) dan memilih teknik penelitian yang sesuai dengan karakteristik materi pada saat menyusun silabus mata pelajaran.

c.       Mengembangkan instrumen dan pedoman penilaian sesuai dengan teknik dan bentuk penilaian  yang  sudah  dipilih  atau  ditentukan.

d.      Melaksanakan penilaian melalui tes, pengamatan,  penugasan, atau bentuk lain yang diperlukan.

e.       Mengolah hasil penilaian untuk mengetahui kemajuan hasil belajar dan kesulitan belajar siswa.

f.       Mengembalikan hasil pekerjaan siswa disertai balikan atau komentar yang mendidik bagi siswa.

g.      Memanfaatkan hasil penilaian untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.

h.      Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada pimpinan satuan pendidikan dalam bentuk satu nilai prestasi belajar siswa disertai deskripsi singkat sebagai cerminan kompetensi secara utuh (komprehensif).

      Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan adalah penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh satuan pendidikan yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi siswa pada semua mata pelajaran. Penilaian oleh satuan pendidikan meliputi kegiatan berikut.[40]

a.       Menentukan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap mata pelajaran dengan memperhatikan karakteristik siswa, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidikan.

b.      Mengorganisasikan Ulangan Tengah Semester (UTS), Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Ulangan Kenaikan Kelas.

c.       Menentukan kriteria kenaikan kelas bagi satuan pendidikan yang menggunakan sistem paket melalui rapat dewan penmdidik.

d.      Menentukan kriteria program pembelajaran bagi satuan pendidikan yang menggunakan sisten kredit semester melalui rapat dewan pendidikan.

e.       Menentukan nilai akhir kelompok mata pelajaran estetika dan kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan melalui rapat dewan pendidikan dengan mempertimbangkan hasil penilaian oleh pendidik.

f.       Menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan siswa dari ujian sekolah/madrasah sesuai dengan pos ujian sekolah/madrasah bagi satuan pendidikan menyelenggarakan UN.

g.      Melaporkan hasil penilaian mata pelajaran untuk semua kelompok mata pelajaran pada setiap akhir semester kepada dinas pendidikan kabupaten/kota.

h.      Menentukan kelulusan siswa dari satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidikan dengan kriteria menyelesaikan seluruh program pembelajaran, memperoleh nilai menimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran kelompok  dan lulus UN.

i.        Menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap siswa yang mengikuti ujian nasional bagi satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional (UN).

j.        Menerbitkan ijazah setiap siswa lulus dari satuan pendidikan penyelenggara UN.

        Sedangkan penilaian hasil belajar oleh pemerintah adalah penilaian yang dilakukan untuk menilai pencapian kompetensi lulusan secara nasional pada pelajaran tertentu.[41]

 

 

C.      Mata Pelajaran Alqur’an Hadist

a.      Pengertian Mata Pelajaran Alqur’an Hadist

            Kata pelajaran merupakan perpaduan antara dua aktivitas yaitu, belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara cara mengajar secara intruksional dilakukan oleh guru. Jadi istilah pembelajaran adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar.[42]

            Secara etimologi Alquran artinya bacaan. Kata dasarnya qara’a yang artinya membaca. Adapun pengertian Alqur’an dari segi istilah, para ahli memberikan definisi sebagai berikut:

1.      Menurut Manna Al-Qathan, Alqur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad, dan membacanya adalah ibadah.

2.      Menurut Abdul Wahhab Khalaf, Alqur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada hati Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril dengan menggunakan lafal bahasa Arab dan makna yang benar sebagai petunjuk bagi manusia dan menjadi sarana untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya.[43]

      Al-qur’an adalah kitab petunjuk, yaitu petunjuk bagi manusia, mengenai petunjuk serta pemisah antara hak dan batil.[44] Pengertian dari Al-qur’an adalah kalam Allah yang bernilai mukjizat, yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, dengan perantara malaikat jibril a.s yang di dalam berisi pedoman hidup bagi manusia. Menurut Dr. subhi Ash-Shalih, Al-qur’an merupakan kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan nabi Muhammad dan di tulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawattir dam membacanya bernilai ibadah.[45]

      Dalam buku metodologi pengajaran agama juga terdapat beberapa pendapat tentang Alqur’an, diantaranya:

1.      K.H Munawar khalil menyatakan bahwa Alqur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW yang bersifat mukjizat dengan sebuah surat dari padanya yang beribadah bagi yang membacanya.

2.      Prof. Dr. T.M Hasbi Ash Shiddieqy menyatakan bahwa Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad yang ditilawatkan dengan lisan dan penulisannya secara mutawatir.

3.      Fazlur Rahman mengartikan Alquran merupakan sumber yang mampu menjawab semua persoalan.[46]

            Menurut etimologi kata Hadist mempunyai banyak pengertian, yaitu jalan atau tuntunan, setiap apa yang dikatakan, al-jadid berarti baru sebagai lawan dari al-qadim yang berarti terdahulu atau lama. Sedangkan pengertian Hadist secara terminologi menurut para ulama Hadist pada umumnya membrikan definisi bahwa Hadist disamakan pengertiannya dengan al-sunnah, yaitu segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.

            Sedangkan Ulama Ushul Fiqh memandang Nabi sebagai pembuat undang-undang di samping Allah SWT. Oleh sebab itu mereka mendefinisikan Hadist Nabi adalah perkataan-perkataan, perbuatan dan taqrir Rasul Allah SWT sebagai petunjuk dan perundang-undangan.[47]

            Berdasarkan buku metodologi pengajaran agama, menurut muhaddisin bahwasannya Hadist adalah perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan, serta hal ihwal Nabi SAW. Sedangkan ahli ushul fiqh mengatakan Hadist adalah perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan, serta taqrir-taqrir Nabi yang berkaitan dengan bidang hukum. Ahli ushul fiqh lain mengatakan bahwa Hadist adalah perkataan-perkataan Nabi SAW yang dapat dijadikan dalil untuk penetapan hukum syara.

            Dari rumusan pengertian menurut ahli ushul fiqh di atas, maka yang dikatakan Hadist adalah perkataan-perkataan, perbuatan-perbuatan, serta taqrir-taqrir Nabi khususnya yang berkaitan dengan penetapan hukum syara’.[48]

            Pengertian Hadist merupakan isim (kata benda) yang secara bahasa berarti kisah, cerita, pembicaraan, percakapan atau komunikasi baik Verbal maupun lewat tulisan. Bentuk jamak dari Hadist adalah yang terpopuler dikalangan ulama Muhadistin yaitu berbentuk  Hadist bentuk lainnya hutsdan dan hitsdan.

            Dan yang dikatakan Hadist adalah sesuatu yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW, baik itu perbuatan, perkataan, perilaku dan lain sebagainya yang bersangkutan Nabi Muhammad SAW untuk menjelaskan kandungan Al-qur’an. Dari ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian pembelajaran Alquran Hadist adalah proses belajar mengajar mengenai bagaimana memahami dan menjelaskan makna dari  serta hukum-hukum yang terdapat didalamnya, agar kita tidak salah dalam melaksanakan apa saja perintah dan larangan yang ada didalam Al-qur’an dan Hadist tersebut.

b. Tujuan Mata Pelajaran Alqur’an Hadist

            Tujuan mata pelajaran Alqur’an Hadist adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran atau yang disebut juga dengan tujuan intruksional, merupakan tujuan yang paling khusus, tujuan pembelajaran menjadi tujuan kulikuler, didefenisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kalipertemuan, misalnya pelajaran surat Alfatihah dalam mata pelajaran.

            Pelajaran adalah bagian dari upaya untuk mempersiapkan sejak dini agar siswa memahami, terampil melaksanakan dan mengamalkan isi kandungan melalui kegiatan pendidikan. Tujuan pembelajaran  adalah agar siswa tersebut dapat membaca, memahami, menulis, menghafal dan mengartikan isi kandungan  dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Adapun tujuan mata pelajaran Alqur’an Hadist dapat juga dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

1.      Meningkatkan kecintaan siswa terhadap Alqur’an dan Hadist

2.      Membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Alqur’an dan Hadist sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan

3.      Meningkatkan kekhusyukan siswa dalam beribadah, terlebih dalam sholat dengan menerapkan hukum bacaan tajwid serta isi kandungan surah atau ayat dalam surat-surat pendek yang mereka baca. (Kemenag,2015:6)

c.      Fungsi  Mata Pelajaran Alqur’an Hadist

            Fungsi pelajaran Alqur’an Hadist adalah untuk memberikan kemampuan dasar kepada siswa dalam membaca, menulis, membiasakan dan menggemari Alqur’an dan Hadist serta menanamkan pengertian, pemahaman, penghayatan isi kandungan ayat-ayat  untuk mendorong, membina dan membimbing akhlak dan perilaku siswa agar berpedoman kepada Al-qur’an dan Hadist.

d.     Ruang Lingkup Mata Pelajaran Alqur’an Hadist

            Ruang lingkup mata pelajaran Alqur’an Hadist dapat dibedakan menjadi dua,  yaitu ruang lingkup materi dan ruang lingkup penyajian materi. Ruang lingkup materi mata pelajaran Alqur’an Hadist Madrasah Tsanawiyah kelas VIII dapat dipetakan sebagai berikut:

1.       Kelas VIII Semester Ganjil

Tema/Bab

Kompetensi Dasar

Kuperindah bacaan Alqur’an dengan Tajwid (Hukum bacaan Mad ‘iwadh, Mad Layyin dan Mad ‘Aridh Lissukun)

·         Memahami ketentuan hukum bacaan Mad ‘iwadh, Mad Layyin dan Mad ‘Aridh Lissukun dalam Alqur’an surah-surah pendek pilihan.

·         Menerapkan hukum bacaan Mad ‘iwadh, Mad Layyin dan Mad ‘Aridh Lissukun dalam Alqur’an surah-surah pendek pilihan.

Kugapai rezekiMu dengan Ikhtiyarku

·         Memahami isi kandungan QS. Alqur’an Quraisy 106 dan QS. Al-Insyirah 94 tentang ketentuan rezeki Allah.

·         Mensimulasikan Memahami isi kandungan QS. Alqur’an Quraisy 106 dan QS. Al-Insyirah 94 tentang ketentuan rezeki Allah.

Kebahagian anak yatim adalah kebahagianku

·         Memahami isi kandungan QS. Al-Kautsar 108 dan QS. Al-Ma’un 107 tentang kepedulian sosial dan isi kandungan Hadist tentang prilaku tolong menolong riwayat Al-Bukhari dan Abdullah Ibnu Umar, dan Hadist riwayat Muslim dari Abu Hurairah, dan Hadist tentang mencintai anak yatim riwayat Al-Bukhari dari Sahl bin Sa’ad, dan Hadist riwayat Ibnu Majah dari Abu Hurairah dalam fonomena kehidupan dan akibatnya.

·         Mensimulasikan sikap tolong menolong dan peduli terhadap anak yatim sesuai isi kandungan QS. Al-Kautsar 108 dan QS. Al-Ma’un 107 dan sikap tolong menolong sesama muslim sesuai isi kandungan Hadist tentang tolong menolong  riwayat Al-Bukhari dan Abdullah Ibnu Umar, dan Hadist riwayat Muslim dari Abu Hurairah, dan Hadist tentang mencintai anak yatim riwayat Al-Bukhari dari Sahl bin Sa’ad, dan Hadist riwayat Ibnu Majah dari Abu Hurairah.

2.      Kelas VIII Semester Genap

Tema/Bab

Kompetensi Dasar

Kuperindah bacaan Alqur’an dengan Tajwid (Hukum Bacaan Lam dan Ra’)

·         Memahami ketentuan hukum bacaan lam dan ra’ dalam QS. Al-Humazah 104, QS. At-Takasur 102 dan surah-surah lain dalam Alqur’an.

·         Mendemonstrasikan ketentuan hukum bacaan lam dan ra’ dalam QS. Al-Humazah 104, QS. At-Takasur 102 dan surah-surah lain dalam Alqur’an. 

Kuraih ketenangan hidup dengan menghindari sikap tamak

·         Memahami isi kandungan QS. Al-Humazah 104 dan QS. At-Ttakasur 102 tentang sifat cinta dunia dan melupakan kebahagiaan yang hakiki.

·         Mensimulasikan sikap yang sesuai dengan isi kandungan QS. Al-Humazah 104 dan QS. At-Ttakasur 102 tentang sifat cinta dunia dan melupakan kebahagiaan yang hakiki.

Keseimbangan hidup dunia dan akhirat

·         Memahami isi kandungan Hadist tentang prilaku keseimbangan hidup di dunia dan akhirat riwayat Ibnu Asakirdari Anas dan Hadist riwayat Muslim dari Abu Hurairah dan Hadist riwayat Al-Bukhari dari Zubair bin Awwam.

            Menurut Permenag no.20 tahun 2008 ruang lingkup mata pelajaran Alqur’an Hadist terbagi menjadi tiga bagian. yaitu:

1.     Pengetahuan dasar membaca dan menulis Al-qur’an yang benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

2.     Hafalan surat-surat pendek dalam Al-qur’an dan pemahaman sederhana tentang arti dan makna kandungannya, serta pengalamanya melalui keteladanan dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

3.     Pemahaman dan pengalaman melalui keteladanan dan pembiasaan mengenai Hadist-Hadist yang berkaitan dengan keutamaan membaca Al-qur’an, kebersihan, niat, menghormati orang tua, persaudaraan, silahturrahim, taqwa, menyayangi anak yatim, shalat berjamaah, ciri-ciri orang munafik dan amal shaleh.

e.    Model Pelajaran Alqur’an Hadist Dalam Membentuk Kompetensi Siswa

       Pendekatan pembelajaran pada hakikatnya adalah sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran, yang menunjuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan melatar belakangi metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu.[49] Roy Killen dalam Wina Sanjaya menyebutkan ada dua pendekatan yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centered approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centered approaches).[50]

       International Baccalaureate dalam Miftahul Huda menawarkan berbagai pendekatan pembelajaran yang dapat diaplikasikan didalam kelas. Antara lain pendekatan organisasional, kolaboratif, komunikatif, informatif, pendekatan reflektif, berfikir dan berbasis masalah.[51]

       Pendekatan organisasional, memiliki tujuan mengarahkan siswa untuk mengatur dan mengorganisasikan seluruh aspek pembelajaran agar berjalan teratur dan sesuai terget. Pendekatan kolaboratif lebih berfokus agar siswa mengembangkan aspek sosialnya dengan adanya komunikasi dan interaksi dalam tim.

       Pendekatan komunikatif mengarahkan siswa untuk mampu membaca dan menulis, belajar dari orang lain, penggunaan media dan mampu menerima dan menyampaikan informasi. Pendekatan informatif memfokuskan siswa untuk mampu mencari pengetahuan dan informasi denagn baik yang kemudian siswa mampu mengakses dan mengolah informasi.

       Pendekatan reflektif bertjuan agar siswa mengenali dan sadar dengan kemampuan yang dia miliki. Dan terakhir adalah pendekatan berfikir dan berbasis masalah, pendekatan ini mengarahkan siswa untuk mampu meneliti dan mengemukakan pendapat sampai pada membuat hubungan-hubungan dan analisis.

D.    Profil Sekolah MTsMuhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman

Identitas Madrasah

Kepala Madrasah : Arif Rahman

Akreditasi : B

Kurikulum :

Waktu Belajar : Pagi

NSM : 121213050011

NPSN : 10311181

Status : Swasta

Bentuk Pendidikan : MTsS

Penyelenggara : Perorangan

SK Pendirian Sekolah : kw/03/2-e/pp.006/MTs/90/2014

Tanggal SK Izin Operasional : 2014-03-19

Tenaga Pendidik : 18 Orang

Peserta Didik :

Sarana Prasarana : 3 Ruang Kelas

 

 

 

 

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.    Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif, yaitu data yang dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka.[52] Menurut Bogdan dan Taylor, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif dalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif  berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.[53]

Sementara itu, penelitian deskriptif  adalah suatu bentuk penelitian yang ditunjukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia.[54]

Adapun tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat pecandraan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana penerapan metode Pesan Berantai dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MTs Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman

 

B.     Tempat dan waktu penelitian

1.      Tempat penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran dan informasi yang lebih jelas, lengkap, serta memungkinkan dan mudah bagi peneliti untuk melakukan penelitian observasi. Oleh karena itu maka penulis menetapkan lokasi penelitian  adalah tempat dimana penelitian dilakukan. Dalam hal ini Tempat yang dijadikan objek penelitian adalah di MTs Muhammadiyyah Koto Tinggi Pakandangan Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas VIII  MTs Muhammadiyyah Koto Tinggi.

2.      Waktu penelitian

Adapun waktu yang ditempuh oleh peneliti untuk memperoleh data-data yang berhubungan dengan objek penelitian lebih kurang dilakukan selama 28 agustus sampai dengan 2 Oktober 2019 ).

Tabel 3.1

Jadwal penelitian

No

Kegiatan

Waktu

1.

Pesiapan, pembagian kelompok, dan pelaksanaan proses pembelajaran pada pertemuan  pertama

 28 Agustus 2019

2.

Pelaksanaan proses pembelajaran pada pertemuan kedua

4 September 2019

4.

Pelaksanaan proses pembelajaran pada pertemuan ketiga

18 September 2019

5.

Pelaksanaan Ujian Akhir pelajaran Alqur’an Hadist kelas VIII MTsMuhammadiyah Koto Tinggi

25 September 2019

6.

Kesimpulan

2 Oktober 2019

Berdasarkan pada tabel 3.1 dapat dilihat penjabaran jadwal penelitian dari persiapan sampai kesimpulan dengan jadwal yang telah ditetapkan.

C.    Sumber Data

Menurut Lofland sebagaimana yang telah dikutip oleh Lexy. J. Moleong dalam bukunya yang  berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif, mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya berupa data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jelas datanya dibagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistic.[55]

Sedangkan yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila menggunakan wawancara dalam mengumpulkan datanya maka sumber datanya disebut informan, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan baik secara tertulis maupun lisan. Apabila menggunakan observasi  maka sumber datanya adalah berupa benda, gerak, atau proses sesuatu. Apabila menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber datanya.[56]

Dalam penelitian ini sumber data primer berupa kata-kata diperoleh dari wawancara dengan guru bidang studi Alqur’an Hadist di kelas VIII Mts Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman mengenai kendala dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran Alquran Hadist. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa nilai tes Ulangan Harian mata pelajaran Alquran Hadist di kelas VIII Mts Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman, absensi siwa, serta foto-foto dokumentasi pada saat proses belajar mengajar menggunakan metode Pesan Berantai.

D.    Fokus Penelitian

Kajian penelitian ini difokuskan pada penerapan metode pesan berantai pada mata pelajaran Alquran Hadist kelas VIII Mts Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman.

G.    Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

a.       Observasi

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan. Dimana peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.[57]

Dalam observasi secara langsung ini, peneliti selain berlaku sebagai pengamat penuh yang dapat melakukan pengamatan terhadap gejala atau proses yang terjadi di dalam situasi yang sebenarnya yang langsung diamati oleh observer, juga sebagai pemeran serta parsipan yang ikut melaksanakan proses belajar mengajar pada mata pelajaran Alqur’an Hadist.

Observasi langsung ini dilakukan peneliti untuk mengoptimalkan data mengenai pelaksanaan pembelajaran Alquran Hadist di kelas VIII Mts Muhammadiyah Koto Tinggi Padang pariaman dengan menggunakan metode permainan pesan berantai.

b.      Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.[58]

Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur, dimana seseorang pewawancara menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk mencari jawaban atas hipotesis yang disusun dengan ketat. [59]

Dalam melaksanakan teknik wawancara (interview), pewawancara harus mampu menciptakan hubungan yang baik sehingga informan bersedia bekerja sama, dan merasa bebas berbicara dan dapat memberikan informasi yang sebenarnya. Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah secara terstruktur (tertulis) yaitu dengan menyusun terlebih dahulu beberapa pertanyaan yang akan disampaikan kepada informan.

Hal ini dimaksudkan agar pembicaraan daam wawancara lebih terarah dan fokus pada tujuan yang dimaksud dan menghindari pembicaraan yang terlalu melebar. Selain itu juga digunakan sebagai patokan umum dan dapat dikembangkan peneliti melalui pertanyaan yang muncul ketika kegiatan wawancara berlangsung.[60]  

Metode wawancara peneliti gunakan untuk menggali data terkait pada penerapan metode Pesan Berantai pada mata pelajaran Alqur’an Hadist di Mts Muhammadiyah Koto Tinggi Padang  Pariaman adalah Ibuk Yusal Fitriyanti Spd.

 

 

 

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.    Pembahasan Hasil Penelitian

1.      Penguasaan Materi

Guru harus menguasai materi yang akan diajarkan pada siswa sebelum melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Materi pada pembelajaran Alquran Hadist ini adalah Hukum bacaan mad dalam surah-surah pendek pilihan dalam Alquran, yang terdiri dari beberapa hukum bacaan yaitu; Mad iwadh, mad layyin, dan mad aridh lissukun. Yang mana penjelasannya sebagai berikut:

a.     Mad Iwadh

Mad Iwadh secara bahasa mad artinya panjang, dan Iwadh berarti pengganti. Sedangkan menurut istilah, mad Iwadh yaitu mad yang terjadi apabila ada fathatain. Yang berada di akhir ayat atau tanda waqaf. Bacaan mad disini menggantikan bunyi  fathatain. Cara membacanya dipanjangkan dua harakat atau satu alif. Contoh hokum bacaan mad Iwadh terdapat pada surah al-Kahfi ayat 110.

قُلۡ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٞ مِّثۡلُكُمۡ يُوحَىٰٓ إِلَيَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمۡ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۖ فَمَن كَانَ يَرۡجُواْ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلۡيَعۡمَلۡ                                  عَمَلٗا صَٰلِحٗا وَلَا يُشۡرِكۡ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدَۢا ١١٠

Juga terdapat pada surah an-Nashr ayat 3 dan juga terdapat dalam Surah Al-Insyirah ayat 5 – 6  Perhatikan lafal berikut:

 

Surah an-Nashr ayat 3

فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱسۡتَغۡفِرۡهُۚ إِنَّهُۥ كَانَ تَوَّابَۢا ٣

                                                        Surah Al-Insyirah ayat 5 – 6

.  فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا ٥ إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا ٦

            Khusus fathatain yang berada pada huruf ta marbutah tidak dibaca mad karena huruf tersebut jika diwaqafkan berubah bunyi menjadi huruf ha.

b.      Mad Layyin

Menurut bahasa mad berarti panjang, dan Layyin artinya lunak. Sedangkan menurut istilah mad Layyin adalah mad yang terjadi apabila ada wau sukun atau ya sukun yang didahului huruf berharkat fathah dan setelahnya berupa huruf hidup yang dibaca waqaf. Cara membacanya boleh dipanjangkan sebanyak dua, empat, atau enam harakat. Contoh mad Layyin  terdapat pada surah Quraisy ayat 1-2, surah Ali ‘Imran ayat 26.

     Surah Quraisy ayat 1-2

لِإِيلَٰفِ قُرَيۡشٍ ١  إِۦلَٰفِهِمۡ رِحۡلَةَ ٱلشِّتَآءِ وَٱلصَّيۡفِ ٢

Surah Ali ‘Imran ayat 26                          

قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلۡمُلۡكِ تُؤۡتِي ٱلۡمُلۡكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلۡمُلۡكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُۖ بِيَدِكَ ٱلۡخَيۡرُۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ٢٦

c.       Mad Aridh Lissukun

Secara bahasa, mad artinya panjang, ‘aridh berarti baru/tiba-tiba ada dan sukun artinya mati. Menurut istilah, mad yang terjadi apabila ada huruf mad (wau, alif, atau ya) yang berada di akhir ayat atau tanda waqaf. Cara membaca mad ‘aridh lissukun ada tiga macam yaitu:

§  Boleh dibaca dua harakat (qashr),

§  Boleh dibaca empat harakat (tawassuth)

§  Boleh dibaca enam harakat (thul)

Tetapi yang paling utama dibaca dengan panjang bacaan enam harakat. Contoh bacaan mad ‘aridh lissukun terdapat pada surah al-Ma’un ayat 1, surah yasin ayat 9 dan surah az-Zumar ayat 20.

Surah al-Ma’un ayat 1

أَرَءَيۡتَ ٱلَّذِي يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ ١

                                                 Surah Yasin ayat 9

وَجَعَلۡنَا مِنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ سَدّٗا وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ سَدّٗا فَأَغۡشَيۡنَٰهُمۡ فَهُمۡ لَا يُبۡصِرُونَ ٩

                                                                                Az-Zumar ayat 20

 لَٰكِنِ ٱلَّذِينَ ٱتَّقَوۡاْ رَبَّهُمۡ لَهُمۡ غُرَفٞ مِّن فَوۡقِهَا غُرَفٞ مَّبۡنِيَّةٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ وَعۡدَ       ٱللَّهِ لَا يُخۡلِفُ ٱللَّهُ ٱلۡمِيعَادَ ٢٠

 

.

2.      Langkah – langkah penerapan metode Pesan Berantai pada Mata Pelajaran Alquran Hadist Kelas VIII MTs Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman

Adapun langkah-langkah penerapan metode Pesan Berantai pada Mata Pelajaran Alquran Hadist Kelas VIII Mts M Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman adalah sebagai berikut:

a.        Pembagian kelompok siswa

Pada hal ini guru membagi siswa yang berjumlah delapan belas orang menjadi dua kelompok. Dimana satu kelompok berisikan sembilan orang siswa.

b.      Pembagian Materi

Pada kegiatan selanjutnya guru membagikan materi pelajaran pada dua kelompok siswa. dimana materi yang diajarkan pada saat itu adalah materi tentang hukum bacaan mad dalam surah-surah pendek pilihan dalam Alquran. yaitu hukum bacaan Mad iwadh, mad layyin, mad ‘Aridh Lissukun.

Materi yang dibagikan guru kepada siswa sudah berupa ringkasan materi yang dibuat oleh guru dengan selembaran kertas potongan kecil.

c.       Pelaksanaan Metode Pesan Berantai

Setelah guru membagikan materi di kertas kecil kepada dua kelompok siswa, kemudian siswa yang terdiri dari duak kelompok tersebut di instruksikan untuk berbaris berbanjar kebelakang sesuai kelompok masing-masing.

Kemudian materi yang diberikan kepada masing-masing ketua kelompok tersebut mulai di sampaikan siswa kepada teman sekelompoknya secara berbisik antara satu siswa dengan siswa lainnya hingga siswa yang terakhir di barisan kelompok.

d.      Penyimpulan Materi

Pada hal ini, siswa yang bagian akhir barisanlah yang akan menyimpulkan materi yang telah di sampaikan dengan cara berantai tadi ke depan kelas.

3.      Deskripsi hasil penerapan metode  Pesan Berantai pada Mata Pelajaran Alquran Hadist Kelas VIII Mts Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman disetiap pertemuannya adalah:

a.      Pada pertemuan pertama peneliti menjelaskan mengenai penggunaan metode Pesan Berantai. Setelah peneliti menjelaskan mengenai metode Pesan Berantai, barulah peneliti masuk dalam pembelajaran hukum bacaan mad dalam surah-surah pendek pilihan yaitu hukum bacaan mad ‘Iwadh. Setelah itu baru peneliti menampilkan potongan-potongan ayat yang telah disediakan oleh peneliti dan ditempelkan di papan tulis, peneliti menyuruh siswa untuk mengamati potongan ayat tersebut dan memberikan jawaban atas apa yang telah diamati oleh siswa dan juga peneliti mengadakan tanya jawab dengan siswa tentang apa yang mereka ketahui tentang materi tersebut. Kegiatan ini bermaksud untuk meningkatkan kognitif yang telah dimiliki siswa agar lebih siap menghadapi pembelajaran tersebut.

Selanjutnya baru peneliti menyuruh siswa untuk berdiri sejajar dengan saling berhadapan dengan siswa lainnya dan siswa tersebut saling berbagi tugas untuk dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan ini siswa diberikan waktu sekitar 20 menit untuk mendiskusikan tugas yang diterima. Setelah berdiskusi, siswa yang terdiri dari 2 kelompok tersebut mendiskusikan materi yang diberikan oleh guru dan disampaikan kepada temannya yang pertama setelah itu siswa yang pertama menyampaikan kepada temannya yang kedua, siswa yang kedua menyampaikan kepada siswa yang ketiga, demikian seterusnya. Setelah itu barulah masing-masing kelompok memilih salah satu dari kelompok untuk menjelaskan pelajaran yang telah didapat tadi dan terakhir barulah menyimpulkan pelajaran tersebut. Siswa yang terakhir tersebut mempresentasikan materi yang didapatkan dari semua informasi tersebut.

Diakhir pertemuan peneliti memberikan penguatan dari kesimpulan yang sudah diambil siswa. Pada pertemuan pertama ini Alhamdulillah semua siswa hadir dalam mengikuti pelajaran Alqur’an Hadist. Selama proses pembelajaran terlihat siswa sangat antusias mengikutinya hingga proses pembelajaran usai, mereka terlihat aktif mengikuti proses dan bersemangat menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami. Pertemuan pertama ini dilakukan pada hari rabu tanggal 28 Agustus 2019 pada pukul 08:30 sampai pukul 10:10.

b.      Pertemuan kedua dilakukan pada hari rabu tanggal 4 September 2019  pada pukul 08:30 sampai pukul 10:10. Pada pertemuan kedua ini, sebelum memasuki pembelajaran selanjutnya yang bertema mad Layyin, terlebih dahulu peneliti menanyakan pembelajaran yang lalu, pertanyaan ini agar siswa masih ingat dengan pelajaran sebelumnya setelah itu barulah memasuki pembelajaran baru yang bertema mad Layyin, pada pertemuan kedua ini, peneliti juga  membagi siswa menjadi 2 kelompok, masing- masing kelompok terdiri dari 9 siswa. Sebelum masuk dalam pembelajaran hukum bacaan mad Layyin, peneliti menanyakan terlebih dahulu kesiapan siswa dalam mengikuti mata pelajaran Alqur’an Hadist.

Selanjutnya baru peneliti menyuruh siswa untuk berdiri sejajar dengan saling berhadapan dengan siswa lainnya dan siswa tersebut saling berbagi tugas untuk dikerjakan atau dibahas. Pada kesempatan ini siswa diberikan waktu sekitar 20 menit untuk mendiskusikan tugas yang diterima. Setelah berdiskusi, siswa yang terdiri dari 2 kelompok tersebut mendiskusikan materi yang diberikan oleh guru dan disampaikan kepada temannya yang pertama setelah itu siswa yang pertama menyampaikan kepada temannya yang kedua, siswa yang kedua menyampaikan kepada siswa yang ketiga, demikian seterusnya. Setelah itu barulah masing-masing kelompok memilih salah satu dari kelompok untuk menjelaskan pelajaran yang telah didapat tadi dan terakhir barulah menyimpulkan pelajaran tersebut. Siswa yang terakhir tersebut mempresentasikan materi yang didapatkan dari semua informasi tersebut. Setelah itu barulah masing-masing kelompok memilih salah satu dari kelompok untuk menjelaskan pelajaran yang telah didapat tadi dan terakhir barulah menyimpulkan pelajaran tersebut. Pada pertemuan kedua ini siswa lebih cepat menangkap pelajaran karena siswa sudah mulai mengerti dengan metode Pesan Berantai sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti pelajaran. Pertemuan ini dihadiri lengkap 18 orang siswa kelas VIII.

c.       Pertemuan ketiga dilakukan pada hari rabu tanggal 11 September 2019 pada pukul 08:30 sampai pukul 10:10. Pada pertemuan ini dilaksanakan seperti sebelumnya di awali dengan pengulangan pelajaran yang lalu dan melakukan permainan game sebelum masuk kepelajaran yang baru untuk membuat siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran dari awal sampai pelajaran selesai.

 Pada pertemuan ketiga ini dilanjutkan dengan mempelajari mad ‘Aridh Llissukun dengan menggunakan metode Pesan Berantai. Selanjutnya baru peneliti menyuruh siswa untuk berdiri sejajar dengan saling berhadapan dengan siswa lainnya dan siswa tersebut saling berbagi tugas untuk dikerjakan atau dibahas.  Pada kesempatan ini siswa diberikan waktu sekitar 20 menit untuk mendiskusikan tugas yang diterima. Setelah berdiskusi, siswa yang terdiri dari 2 kelompok tersebut mendiskusikan materi yang diberikan oleh guru dan disampaikan kepada temannya yang pertama setelah itu siswa yang pertama menyampaikan kepada temannya yang kedua, siswa yang kedua menyampaikan kepada siswa yang ketiga, demikian seterusnya. Setelah itu barulah masing-masing kelompok memilih salah satu dari kelompok untuk menjelaskan pelajaran yang telah didapat tadi dan terakhir barulah menyimpulkan pelajaran tersebut. Siswa yang terakhir tersebut mempresentasikan materi yang didapatkan dari semua informasi tersebut. Setelah itu barulah masing-masing kelompok memilih salah satu dari kelompok untuk menjelaskan pelajaran yang telah didapat tadi dan terakhir barulah menyimpulkan pelajaran tersebut. Pada pertemuan kedua ini siswa lebih cepat menangkap pelajaran karena siswa sudah mulai mengerti dengan metode Pesan Berantai sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti pelajaran.

Pada pertemuan ketiga ini siswa lebih cepat menangkap pelajaran karena siswa sudah faham dengan metode Pesan Berantai sehingga siswa lebih semangat dalam mengikuti pelajaran. Pada pertemuan ketiga ini dihadiri 15 siswa karena ada 3 orang siswa yang sakit. Pada pertemuan ini Alhamdulillah siswa sangat bersemangat dalam mengikuti pelajaran dan sangat antusias dikarenakan diadakan nya game yang menbuat siswa bersemangat dalam mengikuti pelajaran.

d.      Pada pertemuan keempat dilakukan hari rabu pada tanggal 18 September 2019 pada pukul 08:30 sampai pukul 10:10, pada pertemuan ini dilakukan pengulang seluruh materi yang sudah dipelajari yaitu tentang mad Iwadh, mad layyin, dan mad ‘aridh Lissukun. Pada pertemuan keempat ini siswa lebih banyak mencari contoh dan latihan tentang hukum bacaan mad di dalam surah-surah pendek pilihan dalam Alqur’an. Setelah siswa mendapatkan contoh yang dalam Alqur’an, siswa disuruh kedepan untuk menuliskan contoh yang mereka dapatkan. Dan Alhamdulillah pada pertemuan keempat ini siswa lengkap 18 orang.

e.       Pada pertemuan kelima dilakukan pada tanggal 24 september 2019 pada pukul 08:30 sampai pukul 10:10 dilakukan tes akhir pada pertemuan pertama sampai pertemuan terakhir. Pada pertemuan terakhir ini alhamdulillah lengkap 18 siswa.

4.      Faktor pendukung dan penghambat penerapan metode Pesan Berantai pada Mata Pelajaran Alquran Hadist Kelas VIII Mts Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman

a.       Faktor pendukung penerapan metode Pesan Berantai pada mata      pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MTs Muhammadiyah koto tinggi padang pariaman adalah siswa lebih aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga nilai siswa yang biasanya dibawah rata-rata KKM sekarang sudah mencapai batas KKM.

b.      Adapun faktor penghambat dari penerapan metode Pesan Berantai pada mata pelajaran alqur’an Hadist di kelas VIII MTs Muhammadiyah koto tinggi padang pariaman adalah karena siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar guru kurang bisa mengontrol keobohan siswa dalam kelas, pada pertemuan pertama siswa juga susah dalam merapikan barisan masing-masing.

 

 

 

 

BAB V

PENUTUP

A.    Kesimpulan

                  Dari hasil penelitian pengaruh penerapan metode pembelajaran menggunakan metode Pesan Berantai, dapat disimpulkan bahwa:

1.       Penerapan Pembelajaran menggunakan metode Pesan Berantai dilaksanakan sebanyak empat kali pertemuan. Pada pertemuan pertama ini guru menjelaskan terlebih dahulu tentang metode Pesan Berantai  kemudian barulah siswa dibagi menjadi dua kelompok setelah itu guru memberikan informasi kepada siswa yang pertama setelah itu siswa yang pertama Setelah berdiskusi, siswa yang terdiri dari 2 kelompok tersebut mendiskusikan materi yang diberikan oleh guru dan disampaikan kepada temannya yang pertama setelah itu siswa yang pertama menyampaikan kepada temannya yang kedua, siswa yang kedua menyampaikan kepada siswa yang ketiga, demikian seterusnya.

2.      Pada pertemuan yang kedua siswa sudah mulai memahami tentang metode Pesan Berantai  jadi pada pertemuan yang kedua ini siswa sudah mulai antusias dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Pada pertemuan ketiga ini siswa lebih cepat menangkap pelajaran karena siswa sudah faham dengan metode Pesan Berantai sehingga siswa lebih semangat dalam mengikuti pelajaran. Pada pertemuan ini Alhamdulillah siswa sangat bersemangat dalam mengikuti pelajaran dan sangat antusias dikarenakan diadakan nya game yang membuat siswa bersemangat dalam mengikuti pelajaran.

3.      Pelaksanaan metode Pesan Berantai dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran Alqur’an Hadist di kelas VIII MTs Muhammadiyyah koto tinggi sudah berjalan dengan baik, hal ini terbukti dengan hasil belajar siswa yang cukup baik ini terbukti dengan rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 81.4 nilai tersebut diambil dari penilaian guru terhadap siswa pada saat melaksanakan ujian harian yang telah dilaksanakan setelah materi selesai.

B.     Saran

              Adapun saran dari hasil penelitian ini adalah:

1.      Guru

a.       Sebelum melakukan pembelajaran menggunakan metode Pesan Berantai, sebaiknya guru memberikan instruksi yang sederhana kepada siswa agar mudah mengatur siswa.

b.      Dalam mata pelajaran Alqur’an Hadist, hendaknya guru bisa menerapkan hal-hal yang baru, tidak hanya terpaku dalam metode konvensional, namun guru juga harus selalu mengikuti perekembangan teknologi yang dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dan mempermudah dalam pelaksanaan pembelajaran Alqur’an Hadist.

c.       Disarankan kepada guru untuk lebih meningkatkan kesabaran dalam mengajarkan siswa menggunakan metode Pesan Berantai. Karena guru harus memastikan siswa benar-benar memahami metode Pesan Berantai.

2.      Saran untuk siswa

a.  Disarankan kepada siswa untuk bisa mengikuti pembelajaran dengan semangat, walaupun ada yang belum terbiasa ataupun suka membaca buku pelajaran dengan fokus.

b.  Disarankan kepada siswa agar mengikuti pembelajar dengan baik dengan mengikuti instruksi guru dengan semestinya.

c.  Semoga dengan menggunakan metode Pesan Berantai ini siswa lebih aktif dan kritis menanyakan kepada guru hal yang tidak dipahami dari buku pelajaran yang ada.

d. Disaranakn kepada siswa tidak hanya memiliki satu sumber buku pelajaran saja, namun juga memiliki sumber lainnya yang berkaitan dengan materi mata pelajaran Alqur’an Hadist.

3.      Untuk peneliti selanjutnya

a.       Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar menggunakan metode Pesan Berantai sesuai dengan materi yang diajarkan nantinya pada mata pelajaran Alqur’an Hadist.

b.      Diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar bisa menambah referensi buku pembelajaran dari sumber-sumber lainnya baik dari buku, internet dan lainnya.

4.      Untuk sekolah

           Untuk sekolah MTs Muhammadiyah Koto Tinggi Padang pariaman diharapkan untuk memperhatikan kreatifitas guru dalam mengajar dan memfasilitasi para guru untuk mengembangkan potensi mereka dengan memberikan pelatihan serta sumber-sumber bacaan yang baik guna menunjang kemampuan guru serta menambah wawasan guru.

 



[1] Nana Sudjana, Media Pengajaran, (Bandung:Sinar Baru,2011), hlm 3

[2] Shihab, M. Quraish, Al-qur’an dan maknanya, (Jakarta,lentera hati, 2010)

[3] Shihab, M. Quraish, Tafsiran  M. Quraish Shihab, (Jakarta, Lentera Hati, 2002), hlm 379-381

[4] H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta, Kalam Mulia, 2002 ),hlm 274-275

[5] Azhar Arsyad,Media Pembelajaran,(Jakarta Raja Grafindo persada, 2011),hlm 2

[6] Wina Sanjaya,Strategi Pembelajaran,(Jakarta Prenadamedia Group,2016),hlm 164

[7]Ramayulis, Op. Cit, hal.271

[8] Eko Widhi dan Lydia Ersta K, Meningkatkan Perkembangan Bahasa Melalui Permainan Pesan Berantai, (Jurnal Audi, 2018) hlm 93. http://ejurnal.unsri.ac.id/index.php/jpaud

[9] Bahari Hamid, Seabrek Permainan Kreatif Khusus Asah Otak Kanan Anak, (Yogyakarta, FlashBooks,2011), hlm 74-75

[10] Hasil observasi di kelas VIII MTs Muhammadiyah Koto Tinggi Padang Pariaman, pada tanggal 28 agustus 2019

[11] Ani Yulianti Rahayu  2014, Meningkatkan  kemampuan  Menyimak  Usia  Dini   melalui  Permainan  Pesan  Berantai  pada  taman  kanak-kanak  Aisyiah  7  Bandung Tahun Pelajaran  2014/2015.

[12] Royanih ” Peningkatan  kemampuan  menyimak  melalui  penerapan   metode permainan  bisik  berantai  pada  peserta  didik  kelas  III  MI Ath-Thoyyibiyah  Kalideres    Jakarta Barat”.

[13] Amalaia Fauzia,“Pengaruh Metode Permainan Bahasa Bisik Berantai Terhadap Keterampilan Menyimak Pantun Universitas Syarif Hidayatullah

[14] Ali Mufron, Ilmu Pendidikan Islam, (Lingkar Media Yogyakarta:2013) hlm.85-86

[15]Ibid, hlm. 271-272

[16] Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Agama  (Surabaya : Usaha Nasional, 1980), hlm. 68.

[17] Oemar Muhammad alThaumy al Syaibany,Falsafut Tarbiyah al Islamiyah,  Filsafat Pendidikan Islam, Terjemahan Hasan Langgalung (Jakarta: Bulan Bintang, 1971).hlm 51.

[18] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2006), Cet. 3, hlm. 46.

[19] Trianto Ibnu Badar al-Tabany,  Mendesain  Model  Pembelajaran  Inovatif,  Progresif, dan  Kontekstual, (Jakarta: Prenamedia Group, 2014), hlm. 19.

[20] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar Micro Teaching (Jakarta : Quantum teaching  2005), hlm. 52-53.

[21]  Suryobroto,  B.  Pembelajaran  di  Sekolah,  ( Jakarta:  Rineka  Cipta,  2002 ), hlm .56

[22]  Zuhairini, Metode  Khusus  Pendidikan  Agama  (Malang : IAIN  Sunan  Ampel 1981). hlm 70

[23]  M. Basyiruddin  Usman, M.Pd,  Metodologi  Pembelajaran  Agama  Islam,  (Jakarta: Ciputat  Pers, 2002 )  hlm. 33.

[24]  Opcit, hlm 88-89

[25]  Omar  Mohammad  Al-Toumy  Al-Syaibany,  Falsafah  Pendidikan  Islam,  (Jakarta: Bulan  Bintang, 1979 ),  hlm  585.

[26]  Op.Cit. hlm 154-160

[27] Eko Widhi Hastuti dan Lydia Ersta K, Meningkatkan Perkembangan Bahasa Melalui Bermain Pesan Berantai, (Jurnal Audi,2018),hlm 93

[28] Budinuryanta Y, Kasuriyanta, Imam Koermen, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Jakarta: Universitas Terbuka,2008) hlm.29-30

[29] Faridah Kartono, Siti Halidjah, Peningkatan Kemampuan Menyimak Menggunakan Teknik Permainan Bisik Berantai,(Pontianak:2013) hlm 8

[30] Ibid, hlm. 9

[31]  Tutik Rachmawati,   Teori  Belajar  dan  Proses  Pembelajaran  yang  Mendidik ,            ( Yogyakarta : Gava  Media, 2015 ),  hlm. 35

[32]  Purwanto,  Evaluasi  Hasil  Belajar,  (Yogyakarta : Pustaka  Belajar, 2009), hlm.40-41

[33]  Ibid,  hlm. 44

[34] Ahmad  Susanto, Teori  Belajar  dan  Pembelajaran  Di  Sekolah  Dasar, (Jakarta : Kencana  Prenada  Group, 2013 ). hlm. 5

                    [35]   Tutik Rachmawati.Op.Cit.,Ihlm.37-38

    [36]   Syaiful Bahri  Djamarah, Op,.Cit , hlm 105-107

    [37] Rohmalina, Wahab, Psikologi  Pendidikan ,( Palembang: IAIAN  Raden  fatah Press, 2006 ), hlm 126-129

 

    [38]  Bukhari,  Teknik- Teknik  Evaluasi  Dalam  Pendidikan  (Bandung:  Jemmars, 1983), hlm.  124.

 

    [39]  Kunandar ,  Penilaian  Autentik,  (Bandung:  Rajawali  Pers  2012 ), hlm  78

    [40]   Ibid,  hlm  79

[41]  Ibid,  hlm  80

                    [42] Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di sekolah Dasar, (Jakarta: Kencana,2013), hlm. 18-19

[43]  Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam: Upaya Pembentukan Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011) hlm. 171-172. 

[44] Shihab,M.Qikuraish,Membumikan Al-qur’an,(Bandung:mizan,1994),hlm.  33

[45] Musthafa Aris,Qur’an Hadist,(Sragen:Akik Pusaka 2008),hlm 3

[46] Chabib Thoha, et al., Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999) hlm. 24. 

[47] Suryani, Hadits Tarbawi: Analisis Paedagogis Hadits-hadits Nabi, (Yogyakarta: Teras, 2012)  hlm 3- 4.  

[48] Opcit, Chabib Thoha, et al., Metodologi Pengajaran Agama,  hlm  61-63.

[49] Abdul Majid, Belajar Pembelajaran. hlm 125

[50] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran. hlm 127

[51] Miftahul Huda, Model-Model Pembelajaran, Isu-isu Metodis dan Paradigmatis, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013) hlm.185

[52] Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2002)  hlm. 51

[53] Lexy. J. Moleong, Metedologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2000) hlm.3

[54] Ibid, hlm. 17

[55] Ibid, hlm. 112

[56] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Sesuatu Pendekatan Praktek, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002, cet.XII), hlm.107

[57] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2006) hlm 310

[58] Opcit, Lexy J. Moleong, hlm 135

[59] Ibid, hlm  138

[60] Opcit, Suharsimi Arikunto, hlm 203

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kesimpulan Dinamika dan Masalah Kependudukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN DEMAM KEJANG di RUANG ANAK RSUD PARIAMAN